Malfuudzaat 41
Pada suatu ketika beliau berkata, “Maulana! Ilmu dan Dzikir sangat penting di dalam tabligh. Tanpa Ilmu, tidak akan dapat beramal dan tidak mengenal amalan. Tanpa Dzikir, ilmu adalah Zhulumat yang sangat gelap. Karkun-karkun kita sangat kurang perkara ini.”Saya berkata, “Tabligh juga adalah fardhu yang sangat penting maka kesibukan dalam tabligh menyebabkan mereka kurang dalam Dzikir adalah wajar. Begitu juga Hadrat Sayyid Ahmad Berelwy rah. ketika dalam persiapan Jihad, beliau menangguhkan Dzikir para muridnya dan sibuk berlatih menembak, menunggang kuda, dan lain-lain. Lalu ada yang mengadu bahwa mereka tidak merasa nur Dzikir seperti dulu. Sayyid Ahmad rah. berkata, “Benar, nur Dzikir tidak ada lagi tetapi nur Jihad ada dan inilah yang paling utama sekarang.”
Maulana Ilyas rah. berkata, “Namun saya
merasa sedih karena kelemahan kita dalam ilmu dan Dzikir lantaran ahli ilmu dan
ahli dzikir belum mengambil kerja ini. Seandainya mereka ikuti kerja ini maka
kekurangan ini dapat diimbangi. Sayang hingga kini, sangat sedikit ahli ilmu
dan ahli dzikir yang mengikuti kerja ini.
Malfuudzaat 42
Di dalam surat Maulana Sayyid Hasan Ali Nadwi, beliau menulis bahwa orang Islam hanya terbagi kepada dua golongan saja, tidak ada yang ketiga. Menjadi orang yang keluar di jalan Allah (Muhajir) atau yang membantu orang yang sedang keluar di jalan Allah (Anshar).Maulana Ilyas rah. berkata, “Beliau sudah faham.” Tambah beliau, “Menyediakan orang untuk keluar juga termasuk membantu orang yang sedang keluar. Beritahu mereka bahwa jika kamu keluar karena ulama fulan yang mengajar Bukhari dan Al Quran tidak dapat keluar, maka kamu juga akan mendapat pahala mengajarnya. Oleh karena itu sangat penting ada niat begini dan tunjukkan mereka cara-cara untuk mendapat pahala.”
Malfuudzaat 43
Pada suatu ketika beliau berkata, “Maulana! Kesimpulan kerja kita ini agar kaum Muslimin yang awam dapat mengambil manfaat agama dari alim ulama mereka, kemudian menyampaikannya kepada orang-orang yang masih kekurangan (lebih rendah) dari mereka. Namun mereka harus menganggap orang yang kurang dari mereka itu telah berbuat kebaikan kepadanya, karena sebanyak mana kita menyampaikan kalimah tauhid, maka sebanyak itu pula kalimah tersebut akan semakin sempurna dan semakin bercahaya pada diri kita. Dan sebanyak kita menyediakan orang untuk shalat, maka sebanyak itu pula shalat kita akan semakin sempurna.”
ULASAN KAMI:
Satu ucapan yang sangat janggal dan pelik dari kacamata syariat.Manfaat agama datang dari ilmu yang dipelajari dengan cara menadah kitab di hadapan guru.Ilmu yang paling penting dan asas ialah ilmu tauhid.mempelajarinya bukan secara sambil lewa sambil 'berjalan-jalan makan angin' seperti khurujnya jemaah tabligh.Ia mesti dipelajari seperti mana yang telah di contohkan oleh para ulama muktabar dahulu yang berguru dengan puluhan ulama besar yang lain.
Mereka berjaulah@musafir dengan tujuan menuntut ilmu bukan angkut periuk belanga dan bermalam di masjid dengan hanya bersolat sahaja.Sebaliknya jemaah tabligh mereka TIDAK membawa kitab tauhid atau fiqah lalu berjaulah untuk mencari guru tetapi yang mereka cari ialah orang yang jahil lalu mengisytiharkan mereka telah belajar agama sambil berdakwah.SANGATLAH MELUCUKAN..
Malfuudzaat 44
Beliau berkata, “Tersebut di dalam Hadits :
Man Laa Yarham Laa Yurham. Irhamuu man fiil Ardhi yarhamukum man fiis samaa
“Barangsiapa tidak menyayangi, tidak akan disayangi. sayangilah olehmu
penduduk bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh penduduk langit.”
Malangnya manusia memperuntukkan hadits ini
kepada si miskin saja. Mereka kasihan terhadap orang yang kelaparan, dahaga dan
tidak berpakaian. Tetapi mereka tidak mengasihi orang Islam yang jauh dari
agama, seolah-olah kerugian dunia adalah kerugian yang sesungguhnya dan
kerugian agama bukan merupakan kerugian. Maka bagaimana ahli langit akan sayang
kepada kita, jika kita tidak kasihan kepada saudara-saudara Muslim kita yang
jauh dari agama?”
Kata beliau selanjutnya, “Asas kerja
tabligh kita adalah kasih sayang. Oleh karena itu, kerja ini harus dibuat
dengan lemah lembut dan kasih sayang. Jika seorang dai, bertabligh dengan kasih
sayang dan kerisauan atas kemunduran agama kaum muslimin maka sesungguhnya kita
akan mendapat kesan baik dalam menunaikan kewajiban ini. Tetapi, jika dibuat dengan
tujuan dan cara lain maka akan berlaku sombong, takabbur, dan ujub, yang tidak
mendatangkan faidah apa-apa.
Maka mereka yang ingat hadits ini di dalam
bertabligh, ia akan mencapai ikhlash dan mencari aib sendiri dan jika terlihat
aib orang lain, ia akan lihat Islam yang ada dalam diri orang itu. maka orang
seperti ini akan mendapat kebaikan dan manfaat. Ini juga satu
keistimewaan kerja tabligh, yang mengutamakan ishlah atas diri sendiri.”
ULASAN KAMI:
Sekali lagi pengasas tabligh ini menafsirkan hadith tidak berdasarkan manhaj ulama muhadithin yang telah mensyarahkan hadith tersebut dengan tafsiran yang berdasarkan ayat-ayat al quran dan hadith yang selainnya.Sebaliknya pengasas tabligh ini lebih hendak membenarkan kerja buat jemaah yang ditubuhnya dengan menafsirkan hadith mengikut akal semata..Nauzubillahi min zalik..
Malfuudzaat 45
Beliau berkata, “Maulana tafaqqud (memilih yang lebih utama) perintah Allah adalah wajib. Senantiasa tafaqqud dalam segala hal. Misalnya, sebelum melakukan sesuatu kerja hendaknya berfikir mengenai dua perkara:
1.
Perhatikan
terhadap kerja yang akan dibuat.
2.
Perhatikan kerja
lain yang ditangguhkan karena kerja ini.
Fikirkan baik-baik di antara kerja
tersebut, jangan terjadi kerja yang ditangguhkan itu lebih penting
dari kerja
yang sedang dibuat. Tanpa tafaqqud, maka perkara itu tidak dapat dilaksanakan.
Malfuudzaat 46
Suatu hari beliau berkata, “Sebelum shalat sebaiknya luangkan masa untuk muraqabah mengenai shalat. Shalat tanpa Intidhar (menunggu waktu shalat) adalah bisikan-bisikan saja. Maka hendaklah berfikir mengenai shalat sebelum mendirikan shalat.”
Allahumma inni as’aluka tamaamal wudhuu’i wa tamaamash shalati wa tamaama
ridhwanika. Amiin.