Saturday, 26 January 2013

Tidak Salah Memohon Kekuasaan Politik...



"Sesungguhnya manusia itu Kami telah memberi kekuasaan kepadanya (Zul Qarnain) di (Muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala Sesuatu". (Al-Kahfi: 84).

Ayat di atas dan ayat Anugerah kekuasaan kepada para Nabi pilihan Allah swt lainnya cukup menjadi Bukti dan argumentasi yang Kuat untuk menjawab mispersepsi atau miskonsepsi yang masih Hadir di tengah-tengah Umat bahwa kekuasaan sangat bertentangan dengan dakwah. Kekuasaan adalah Simbol kediktatoran dan kezaliman Rasad, sedangkan dakwah adalah Rasad keteladanan dan Simbol kasih sayang.

Persepsi negatif ini wajar muncul karena beberapa orang bisa jadi majoriti orang yang diberi peluang untuk berkuasa ternyata tidak mampu memanfaatkan kekuasaan itu untuk kemaslahatan dan kesejahteraan bangsa. Malah sebaliknya, kekuasan itu dimanfaatkan untuk mempekaya diri dan justifikasi tindakan kesewenangannya.

Di sisi lain, ada sekelompok orang yang memiliki cita-cita luhur menyebarkan kemasalahatan dan kesejahteraan kepada semua pihak, namun tidak dapat merealisasikannya karena tidak memiliki alat kekuasaan (kuasa).

Dua realiti yang menggejala di tengah umat ini tentunya tidak bisa dijadikan alasan menyalahkan kekuasaan atau memaksakan kekuasaan. Kehadiran kekuasaan dalam konteks dakwah, merupakan sunnatullah yang pernah berlaku kepada umat terdahulu, Sebaliknya melalui manusia unggul pilihan Allah swt, yaitu para Nabi dan hamba-hamba-Nya yang shalih.

Tentu, Anugerah kekuasaan yang Allah swt sediakan kepada salah seorang dari hamba-Nya yang sholeh tidak bisa dilepaskan dari misi dakwah menyebarkan Ajaran Islam dan menegakkannya di tengah-tengah Umat Manusia.

Zul Qarnain yang diabadikan namanya pada ayat di atas merupakan figur penguasa yang sekaligus aktivis dakwah. Ia mampu merealisasikan dakwah dan kekuasaan secara bersamaan. WALAUPUN dengan kekuasaan yang dimilikinya, ia mampu menghadirkan kemajuan dan kemaslahatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Al-Qur'an menyuguhkan supersoulmate prestasi POSITIF Zul Qarnain dalam bidang dakwah dengan kekuasaan yang diraihnya dalam surah Al-Kahfi: 83-98.

Pengabadian supersoulmate dakwah dan kekuasaan Zul Qarnain oleh Al-Qur'an jelas merupakan petunjuk sekaligus jawapan bahwa sebuah dakwah akan lebih memberikan hasil yang maksimal manakala disokong oleh sarana kekuasaan. Simaklah ketegasan Zul Qarnain dalam ayat berikut ini,

"Berkata Dzulkarnain:" Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Siak mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya Pahala yang terbaik fasih sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (Perintah) yang mudah dari Perintah-Perintah kami "(Al-Kahfi: 87-88)..

Kenyataan yang demikian tegas ini tentunya tidak akan terlontar kecuali dari seorang penguasa. Dalam Hadits Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar, Rasulullah saw malah mengawali perubahan kemunkaran itu dengan "biyadihi" yaitu kekuasaan dan kekuatan, barulah langkah di bawah Seterusnya> dengan Lisan dan dengan doa, meskipun termasuk Penanda iman yang Lemah.

Pada realitinya, dengan kekuatan dan kekuasaan yang Allah swt anugerahkan, Justru memudahkan Zul Qarnain untuk melakukan ekspidisi dakwah ke seluruh penjuru bumi dari Hemisfera timur hingga ke Hemisfera barat, sekaligus mendapatkan ketaatan umat manusia, yang selanjutkan manfaatkan ia untuk melancarkan program pemberian, adanya pembangunan dan penyejahteraan . WALAUPUN dengan kekuasaannya yang besar, memudahkannya untuk merealisasikan apapun nantinya yang dapat memajukan dan mensejahterakan kehidupan bersama.

Bukti lain dari Zul Qarnain yang disebutkan kisahnya dalam surah Al-Kahfi, bahwa ia bukan sekedar penguasa biasa. Ia sekaligus seorang hamba Allah yang sholeh yang tak kenal lelah melakukan safari dakwah untuk mensosialisasikan Ajaran Allah.

Allah swt menggambarkan jaulah dakwahnya yang cukup Ensure ke berbagai penjuru dunia yang tidak bisa dicapai oleh orang lain, "Kemudian dia mempersiapkan dan mengarahkan peserta jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit Matahari (sebelah Timur) dia mendapati Matahari itu menyinari segolongan Umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka Sesuatu yang melindunginya dari (Cahaya) Matahari itu, demikianlah. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan ILMU Kami meliputi segala apa yang ada padanya. (Al-Kahfi: 89-91).

Dalam konteks kekuasaan sebagai bahagian dari sarana dakwah Islam, Nabi Yusuf sebagai sangat layak untuk dijadikan contoh Nyata bahwa kekuasaan yang dimiliki Seorang Da'i akan memuluskan kerja dan Objektif dakwah. Al-Qur'an menyebutkan permintaan Nabi Yusuf sebagai kepada raja Mesir, "Berkata Yusuf:" Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan "(Yusuf: 55)..

Permintaan ini disampaikan manakala raja menawarkan jawatan kepadanya, "Dan raja berkata:" Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang Rapat kepadaku. "Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata:" sesungguhnya manusia itu menyaksikan kamu (mulai) hari ini menjadi Seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada Sisi kami "(Yusuf: 54).

Peluang dan kesempatan yang terbuka di depannya tidak disia-siakan lagi oleh Nabi Yusuf sebagai demi kepentingan dakwah.

Ayat meminta jawatan oleh Nabi Yusuf sebagai di sini harus difahami dari Sudut Pandang yang POSITIF bahwa sesungguhnya manusia itu menyaksikan Nabi Yusuf sebagai tidak meminta jawatan melainkan yang diyakininya dapat mengatasi krisis di masa depan. Jawatan yang diyakini akan mampu melindungi rakyatnya dari kelaparan dan Kematian serta melindungi Negara dari kehancuran. Jawatan yang akan diembannya Justru memiliki konsekuensi dan tanggungjawab yang berat di masa paling SULIT ketika krisis terjadi. Nabi Yusuf sebagai harus bertanggung jawab atas atas kecukupun stok makanan bagi seluruh  bangsa Mesir dan bangsa-bangsa sekitarnya selama tujuh tahun ke depan, dimana selama itu tidak ada kegiatan Pertanian dan Penggembalaan.

Memang suatu jawatan yang tidak menguntungkan bagi Yusuf. namun Justru dengan kekuasaan tersebut, Nabi Yusuf sebagai dapat lebih leluasa bergerak dan berdakwah merealisasikan Objektif dan misi Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin,

"Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Komplek; (dia berkuasa Penuh) Scram menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Komplek itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan Pahala orang-orang yang berbuat baik ". (Yusuf: 56).

Sayid Qutb mengomentari kekuasaan yang telah diraih oleh Nabi Yusuf di Mesir dalam kaca mata dakwah bahwa sesungguhnya manusia itu menyaksikan penghalang terbesar bagi peralihan sebuah Masyarakat dari jahiliyah menuju Islam adalah keberadaan para thagut (penguasa) yang enggan berhukum kepada undang-undang Allah swt. Ditambah dengan keberadaan bangsa yang masih taat dan tunduk kepada thagut. Di sini, Nabi Yusuf sebagai melihat kondisi yang memungkinkannya untuk menjadi seorang pemimpin yang ditaati dan bukan tunduk kepada Norma jahiliyah. Sukses dengan kekuasaanya kerana itulah, ia bebas berdakwah dan menyerbarkannya di tengah masyarakat Mesir pada masa pemerintahannya.

Demikianlah tabiat dakwah Islam. Berawal dari individu, kemudian diikuti oleh sekelompok orang. Lantas kempulan ini begerak melawan jahiliyah dengan segala risiko sehingga Allah swt memutuskan dengan hukum-Nya antara orang-orang yang tunduk kepada-Nya dengan mereka yang ingkar dan durhaka. Lalu Allah swt menganugerahkan kepada mereka kekuatan dan kekuasaan di muka bumi, sehingga orang-orang berbondong-bondong memeluk agama Allah swt.

Nabi lain yang dianugerahkan oleh Allah swt kekuasaan adalah Nabi Sulaiman. Sebaliknya kekuasaan beliau adalah kekuasaan yang luar biasa tidak terbatas dan tidak akan berulang untuk kedua kalinya. Kekuasaan Yang Diperolehi Sulaiman sebagai adalah berawal dari permintaannya kepada Allah swt,

"Ia berkata:" Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku Kerajaan yang tidak dimiliki oleh Seorang juapun sesudahku, sesungguhnya manusia itu menyaksikan Engkaulah Yang Maha Pemberi "(Shaad: 35).

Pemahaman yang paling dekat dengan ayat ini adalah bahwa Nabi Sulaiman sebagai memohon kepada kekuasaan Allah yang istimewa yang tidak akan ada lagi setelahnya. Karena hanya dengan kekuasaan seperti itulah, Kerajaan-Kerajaan di sekitarnya akan tunduk dan menerima seruan dan dakwah Nabi Sulaiman sebagai.

Dengan kekuasaan yang meliputi seluruh makhluk Allah swt yang tidak terhingga Kerana itulah, Nabi Sulaiman melakukan dakwahnya, sampai akhirnya bergetarlah salah seorang penguasa yang menyembah Matahari melihat kekuasaan Sulaiman sebagai yang tidak terbatas itu. Lantas ia dan seluruh rakyatnya menyatakan keIslamannya.

"Berkatalah Balqis:" Ya Tuhanku, sesungguhnya manusia itu menyaksikan aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri Bersama Sulaiman kepada Allah, Siak Semesta alam "(An-Naml: 44).

Jika Seorang Nabi yang dijadikan Tsabit oleh Allah swt dibenarkan untuk berdoa memohon agar diberi kekuasaan dan kekuatan, maka tentunya permohonan itu adalah permohonan yang tidak bertentangan dengan Ajaran Islam. Sebaliknya menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dari Ajaran Islam yang konprehensif. Karena Allah swt tidak mengajarkan Sesuatu melainkan untuk kebaikan hamba-hamba-Nya.

Kekuasaan yang telah memberikan sumbangan yang besar kepada dakwah pernah ditegakkan juga oleh sahabat Umar bin Khattab dan mencapai puncaknya pada masa Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Kesejahteraan dan ketenangan bukan hanya dirasakan oleh Umat Islam, tetapi oleh seluruh Umat Manusia, Sebaliknya Hewan pun mendapatkan berkah dari kekuasaan keduanya.

Begitulah, ketika kekuasaan ditangan orang-orang yang sholeh, maka Objektif dakwah dapat direalisasikan dengan Sempurna. Dan manakala Objektif dakwah terealisir, maka pada masa yang sama sesungguhnya manusia itu menyaksikan kemaslahatan dan kepentingan Manusia juga terjamin, karena dakwah Islam diarahkan untuk membina kebaikan kepada sesama. Maha tentu Allah dengan firmanNya,

"Sesungguhnya manusia itu bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang sholeh". (Al Anbiya ': 105).

Disinilah urgensi kekuasaan dalam dakwah Islam. Dengan kekuasaan, pintu dan peluang dakwah dan amal sholeh akan lebih terbuka luas. Efektifitas kekuasaan dalam menegakkan dakwah telah terbukti dalam sejarah dakwah para manusia pilihan Allah, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Zul Qarnain, Sebaliknya Rasulullah saw sendiri ketika berhasil menguasai dan menaklukkan Mekah, sehingga berbondong-bondong penduduk Mekah memeluk Islam.

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat Manusia masuk Agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya manusia Dia adalah Maha Penerima taubat. " (An Nashr: 1-3).

Saatnya kita menjadikan dan memanfaatkan kekuasaan dalam bentuk dan skála apapun sebagai sarana untuk menyempurnakan dakwah Islam sehingga integralitas Islam mampu kita jabarkan dalam Realitas Kehidupan Sehari-hari. Karena sesungguhnya manusia Islam adalah Din sekaligus Negara (Din Wa Daulah), bukan dipersempit dengan batasan ruangan rutinitas ibadah mahdloh-upacara-SEHARI-hari semata. Allahu A'lam.

Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...