Khulafa
al Rasyidin iaitu Saidina Abu Bakar r.a , Saidina Umar r.a, Saidina Usman
r.a dan Saidina Ali r.a serta Umar bin Abdul Aziz Khalifah Ke
6 Bani Umaiyyah adalah contoh para pemimpin yang agung dalam sejarah
dunia Islam di muka bumi ini, setelah Rasulullah saw. Merekalah para
pemimpin yang disebut oleh Nabi sebagai pemimpin yang mendapatkan bimbingan
Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan utuh dan adil terhadap
rakyatnya. Keadilannya, tidak pernah dijumpai dalam sejarah hidup pemimpin manapun
di muka bumi ini.
Tetapi
mereka semua meninggalkan kita dengan cara yang amat menghayat hati dan tragis
sekali, termasuklah baginda Rasulullah saw yang juga tidak terlepas dari dugaan
khianat oleh kaum Yahudi yang amat membenci baginda dan menjadi kaum pembunuh
kepada nabi-nabi yang lain. Berikut adalah suatu kupasan autopsi siri
kematian mereka satu per satu dalam rakaman sejarah Islam.
Rasulullah SAW Wafat Akibat Racun
Yahudi
Diriwayatkan dari Aisyah
Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata, “Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda di
kala sakit yang berakhir dengan wafatnya Baginda :
يَا
عَائِشَةُ، مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِى أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ،
فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهَرِى مِنْ ذَلِكَ السَّمِّ
‘Wahai Aisyah, aku masih merasakan
sakit karena makanan yang aku cicipi
di perang Khaibar. Dan, inilah saatnya bagiku merasakan terputusnya urat nadiku
karena racun itu’.”
(Shahih al-Bukhari)
Setelah
menyantap daging kambing beracun itu, Baginda masih bertahan hidup sampai tiga
tahun, hingga Baginda merasakan sakit yang menyebabkan beliau wafat. Sedang
perempuan Yahudi yang menghadiahkan daging kambing beracun itu masuk Islam
setelah ia bertanya, “Siapa yang memberitahumu?” Dan, ia mendapat jawaban dari
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bahwa daging kambing beracun itulah
yang memberitahu beliau. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam memaafkannya
terlebih dahulu, kemudian membunuhnya sebagai qishash atas meninggalnya Bisyr
bin Barra’ ra. Dalam hal ini, ada hadits shahih yang sanadnya bersambung
(kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam), bahwa sebab wafatnya
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam adalah karena pengaruh racun.
Diriwayatkan dari Abu Salamah ra, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ’Alaihi
Wasallam bersedia menerima sedekah, tetapi tidak bersedia menyantapnya.
Karenanya, seorang perempuan Yahudi menjadikan pemberiannya kepada beliau
sebagai hadiah, yakni berupa seekor kambing panggang yang telah ia taburi racun.
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam menyantap daging kambing itu sedikit
dan orang-orang turut makan bersama Baginda. Namun, Baginda bersabda, ‘Tahan
tangan kalian, sebab kambing itu memberitahuku bahwa ia telah ditaburi racun.’
Akibatnya, Bisyr bin Barra’ bin Ma’rur, seorang sahabat Anshar, meninggal.
Maka, beliau memanggil perempuan Yahudi itu dan bertanya, ‘Apa yang
mendorongmu melakukan ini?’ Ia menjawab, ‘Bila kamu seorang nabi, tentu
tindakanku ini tidak akan membahayakanmu; tetapi jika kamu seorang raja, maka
aku telah menyelamatkan orang-orang darimu.’ Rasulullah Shallallahu ’Alaihi
Wasallam memerintahkan agar perempuan itu dibunuh.
Kemudian Baginda bersabda di
kala sakit yang berakhir dengan wafatnya , ‘Aku masih merasakan sakit
akibat makanan yang aku makan di Khaibar dahulu . Inilah saatnya aku
merasakan terputusnya urat nadiku’.”
Ibunda
Bisyr berkata kepada Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam di kala Baginda sakit
yang berakhir dengan wafatnya, “Menurut engkau apa gerangan penyebab sakitmu,
wahai Rasulullah? Sungguh, aku tidak menaruh curiga atas kematian anakku,
kecuali kepada daging kambing beracun yang ia makan bersama engkau di Khaibar.”
Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Aku pun tidak menaruh curiga
kecuali kepada daging kambing beracun itu. Inilah saatnya urat nadiku terputus.”
Ibnu
Katsir Rahimahullah memastikan bahwa Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam
meninggal sebagai syahid. Ia menukil, “Kaum muslimin berpandangan bahwa
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam meninggal sebagai syahid, selain
kemuliaan yang Allah limpahkan kepada beliau berupa kenabian.” Ibnu Mas’ud
Radhiyallahu Anhu berkata, “Sekiranya aku bersumpah sembilan kali untuk
menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam wafat karena terbunuh,
itu lebih aku sukai daripada aku bersumpah sekali untuk menyatakan bahwa beliau
tidak terbunuh. Yang demikian itu, karena Allah telah mengangkat beliau sebagai
nabi sekaligus sebagai syahid.”
Saidina
Abu Bakar r.a Mati Diracun oleh Yahudi
Para
ulama berbeza pendapat tentang penyebab kematian Abu Bakar ra. Ada yang
berpendapat bahwa sebab kematian Abu Bakar adalah sakit yang disebabkan oleh
karena beliau mandi pada cuaca yang sangat dingin.
Tetapi
ada juga yang berpendapat bahwa Abu Bakar meninggal karena diracun oleh Yahudi
setahun sebelum wafatnya. Sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab tarikh
al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari.
As-Suyuthi
berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu
Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kildah makan makanan yang dihadiahkan
kepada Abu Bakar. al-Harits berkata: Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulillah.
Demi Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda
akan mati pada satu hari yang sama.
Abu
Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal pada satu hari
yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”
Untuk
menguatkan riwayat ini, as-Suyuti menukil pernyataan ulama ternama asy-Sya’bi.
As-Suyuti berkata: Al-Hakim meriwayatkan dari Sya’bi, dia berkata, “Apa yang
kita harapkan dari dunia yang hina ini. Telah diracun Rasulullah, demikian pula
Abu Bakar.”
Setelah
itu, as-Suyuti menyebutkan pendapat kedua. Di mana al-Waqidi dan al-Hakim
meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “Permulaan sakitnya Abu Bakar yaitu dia
mandi pada Hari Senin 7 Jumadil Akhir. Saat itu cuaca sangat dingin. Hal itu
menyebabkannya demam selama 15 hari. Sehingga tidak bisa keluar untuk shalat.
Dan wafat pada malam Selasa 8 malam yang terakhir di Bulan Jumadil Akhir tahun
13 dalam usia 63 tahun.”
Para
ulama sejarah memperbincangkan kedua penyebab ini. Masing-masing mencuba
mengambil yang dianggapnya lebih kuat. Atau seperti as-Suyuti yang menyebutkan
kedua pendapat sekaligus.
Jika
kita mengambil pendapat pertama yaitu sebab diracun, maka ini semakin menambah
panjang daftar kematian pemimpin adil dengan cara mengenaskan. Kalau kita
mengambil pendapat yang kedua yaitu sebab sakit, maka seakan sejarah Abu Bakar
ingin mengatakan bahwa hanya dia dari 4 khulafaur rasyidin yang meninggal
karena sakit. Tetapi 3 pemimpin adil lainnya harus mengakhiri hidupnya dengan
cara yang tragis.
Saidina Umar r.a Mati Ditikam oleh
Majusi
Pagi
itu bukan hanya Umar yang ditusuk oleh Abu Lu’luah. Tetapi ada 13 orang
lainnya. Dari mereka, 7 meninggal. Penusukan yang telah disasarkan oleh Abu
Lu’luah yang beragama majusi berdasarkan dendam terhadap Umar dan juga
muslimin.
DR.
Ali Muhammad ash-Solabi mengatakan bahwa bukti kuat kalau Abu Lu’luah bukan
hanya memiliki dendam pribadi kepada Umar tetapi juga kepada muslimin adalah
dia menusuk 13 muslimin yang sedang berjamaah Shalat Shubuh. “Kalaulah benar
Umar telah berbuat dzalim kepadanya, tetapi apa dosa para shahabat yang dia
tusuk. Dan aku berlindung kepada Allah menyebut Umar sebagai orang dzalim,”
begitu Ali ash-Solabi menjelaskan (Umar bin Khattab h. 644)
Abu
Lu’luah adalah budaknya Mughirah bin Syu’bah. Di mana dia digaji setiap harinya
4 Dirham dengan kemampuannya sebagai seorang pembuat alat penggiling.
Sejarah
menyebutkan bahwa dendam pribadi Abu Lu’luah ketika dia kecewa dengan keputusan
Umar yang dirasa tidak adil saat dia mengadukan tuannya Mughirah. “Semua
merasakan keadilannya (Umar), kecuali saya,” kata Abu Lu’luah.
Suatu
saat Umar berkata, “Saya diancam oleh seorang budak.” Kalimat diucapkan setelah
Abu Lu’luah berbicara kepada Umar, “Saya akan buatkan ‘alat penggilingan
untukmu yang akan menjadi pembicaraan manusia.”
Maka,
dia membuat senjata khusus untuk membunuh Umar. Sebuah pisau berkepala dua
dengan pegangan di tengahnya yang telah dibubuhi racun. Umar mendapatkan 6
tusukan, salah satunya di bawah pusarnya.
Menjelang
kematiannya, Umar diberitahu bahwa yang menusuknya adalah seorang majusi yang
bernama Abu Lu’luah. Umar pun berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak
menjadikan kematianku di tangan seorang yang mengaku muslim.”
Saidina
Usman r.a Mati dibunuh oleh Para Pemberontak
6
tahun pertama pemerintahan Utsman adalah pemerintahan yang begitu menyenangkan
dan mententeramkan seluruh manusia. Utsman yang lembut bertemu dengan
kelanjutan kebijakan adil zaman Umar merupakan penyebab keamanan itu.
6
tahun kedua pemerintahannya, adalah merupakan tahun-tahun sulit penuh fitnah.
Bahkan fitnah itu melebar hingga ke zaman kita dan sungguh tidak mudah dihurai
oleh masyarakat awam.
DR.
Ali Muhammad ash-Sholabi (Utsman ibn Affan h. 146, MS) menukil dari ath-Thabari
dalam Tarikh al-Umam w al-Muluk dan Ibnu al-Atsir dalam al-Kamil fi al-Tarikh
keberadaan penggerak di balik layar fitnah yang ditujukan kepada Utsman. Orang
itu adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi dari Yaman yang berkeliling
kota-kota Islam dari Hijaz, Bashrah, Kufah dan Syam untuk menyebarkan fitnah
seputar Utsman. Tetapi dia gagal total. Hingga saat dia pergi ke Mesir, di
sanalah fitnah itu mendapatkan pendukungnya. Dan menyebarlah fitnah itu…
Kelembutan
Utsman, membuat fitnah begitu mudah bermaharajalela tanpa penghalang . Berbagai
tuduhan merebak liar di kota-kota utama muslimin saat itu. Hingga para
pemberontak itu pun menuju kota Madinah untuk menurunkan Utsman dari
jabatannya. Ratusan orang berangkat ke Madinah dan mengepung rumah Utsman.
Sekitar 40 hari Utman dikepung, dimulai dari bulan Syawal 35 H. Hingga air pun
mereka halangi untuk masuk ke rumah Utsman. Berbagai upaya para sahabat dan
anak-anak mereka untuk melindungi Utsman tidak berdaya di hadapan tidak kurang
dari 600 orang itu.
Hingga
pada Waktu Asar di Hari Jum’at 8 Dzulhijjah 35 H, para pemberontak itu berhasil
masuk ke dalam rumah Utsman melalui pintu lain. Kening Utsman ditusuk, bagian
bawah telinganya ditusuk hingga masuk ke kerongkongan, kemudian pedang dihayunkan
untuk menebas Utsman, robohlah Utsman dan melompatlah Amr bin Hamaq menindih
dada Utsman dengan menghunjamkan 9 tusukan lagi.
Utsman
pun syahid, persis seperti yang pernah disampaikan oleh Rasul saw saat beliau
masih hidup. Mushaf yang sedang dibacanya, menjadi saksi bisu akan kebiadaban
para pembunuh itu. Darah mengalir di atas Surat al-Baqarah yang sedang dibacanya.
Tak
cukup hanya membunuh Utsman, mereka pun merompak harta yang ada di rumah
Utsman. Perilaku sangat biadab.
Para
shahabat terkejut. Ali bin Abi Thalib ra marah. Hingga dia mendatangi kedua
putranya Hasan dan menamparnya, juga Husain dan memukul dadanya, “Bagaimana
Amirul Mukminin bisa terbunuh, padahal kalian menjaga pintunya?”
Ali
ra mendatangi rumah Utsman. Para pemberontak itu ingin membaiat Ali. Tapi Ali
dengan marah berkata, “Demi Allah, saya malu membaiat orang-orang yang telah
membunuh Utsman. Dan saya malu kepada Allah, dibaiat sementara Utsman belum
dikubur.”
Mereka
yang menghalalkan darah Utsman dinyatakan oleh para ulama sebagai kafir.
Sementara yang tidak menghalalkan tetapi ikut berperanan serta dalam kematian
Utsman dinyatakan sebagai fasik (Utsman ibn Affan, ash-Sholabi, h. 186, MS).
Sumber fitnah adalah Yahudi yang menyusup ke dunia Islam untuk mengacaukan
ketenteraman dan kemakmuran muslimin serta kemajuan Islam.
Saidina
Ali ra Mati Dibunuh Orang Khawarij
Kelompok
khawarij adalah sekte sesat di tubuh muslimin yang merasa benar dan dekat
dengan Allah serta mengkafirkan muslimin lainnya yang tidak sepaham dengan
mereka, hingga para sahabat seperti Ali sekalipun. Kelompok ini telah
diingatkan oleh Nabi saw saat beliau masih hidup. Pemahaman yang dangkal yang
berbalut semangat taksub adalah penyebabnya. Secara zahir, mereka sangat meyakini
sebagai seorang muslim dengan ibadah-ibadah yang mereka lakukan. Tetapi hakikatnya
mereka adalah kelompok sesat.
Zaman
Khalifah Ali bin Abi Thalib, kelompok ini diperlakukan dengan sangat bijak oleh
Ali. Dialog ilmiah dibangun dengan sangat baik oleh Ali, hingga keputusan yang
sangat ilmiah dan tidak terbawa emosi. Tetapi saat mereka menumpahkan darah, menginiaya
masyarakat muslim dan merompak, terpaksa Ali sebagai pemimpin negara harus
melakukan perlawanan. Perang Nahrawan pun meletus antara Ali dan kaum khawarij.
Sesungguhnya
saat Ali mengetahui kaum khawarij telah melakukan keganasan, dia tidak langsung
memerangi tetapi meminta agar mereka menyerahkan para pembunuh untuk dihukum.Tetapi mereka justru berkata: kami semua pembunuhnya. Maka Ali pun membawa
pasukan yang semula hendak dibawa ke Syam, untuk memerangi kaum Khawarij di
Nahrawan pada Bulan Muharram 38 H.
Perang
Nahrawan, benar-benar meninggalkan luka yang sangat dalam di hati orang-orang
khawarij. Dari seribu pasukan yang mereka miliki, tidak ada yang tersisa
kecuali hanya sekitar 10 orang yang lari dari medan perang. Sementara dari
pihak Ali korbannya sekitar 12 orang. (Lihat: Ali ibn Abi Thalib, ash-Shalabi,
2/351-356, MS)
Dendam
kaum khawarij tidak mati. Pertemuan rahasia antara 3 orang khawarij (Abdurahman
bin Muljam, Burak bin Abdillah, Amr bin Bakr at-Taimi) membicarakan keadaan
negara dan balas dendam mereka atas kematian teman-teman mereka di perang
Nahrawan. Mereka sepakat untuk membunuh orang-orang yang mereka anggap sebagai
pemimpin kafir; Abdurahman bin Muljam akan membunuh Ali bin Abi Thalib, Burak
akan membunuh Muawiyah dan Amr bin Bakr akan membunuh Amr bin Ash.
Pada
Hari Jum’at Subuh di Bulan Ramadhan 40 H, Abdurahman bin Muljam beserta
teman-temannya yang telah bersembunyi semalaman mencuba membunuh Ali.
Pedang
Abdurahman bin Muljam meninggalkan luka sangat serius di kepala Ali.Tabib Atsir
bin Amr as-Sukuni menyatakan bahwa lukanya sudah tidak mungkin diubati dan akan
menyebabkan kematian. Ali hanya bertahan 3 hari setelah terluka itu dan
kemudian meninggal pada tanggal 21 Ramadhan 40 H. (Lihat: Ali ibn Abi Thalib,
ash-Shalabi, 3/188-194, MS)
Umar bin Abdul Aziz Mati Diracun
oleh Seteru Politiknya
Umar
bin Abdul Aziz yang mengagumkan. Kepemimpinan dan karya peradabannya belum pernah
ada yang bisa menyainginya. Hanya dalam 29 bulan, negera menjadi makmur,
sejahtera dan keadilan ditegakkan. Setelah kemiskinan bermaharajalela, kerakusan
penguasa dan kedzaliman selalu menimpa rakyat jelata.
Semua
rakyat senang. Negeri muslim yang sangat besar ketika itu sangat berbahagia di
bawah pemimpin adil Umar bin Abdul Aziz. Tetapi ada yang tidak senang. Ada
yang marah. Mereka adalah para mantan kakitangan istana sebelum Umar bin Abdul
Aziz ambil alih. Mereka dulu menikmati dunia dan harta kemewahan dengan luar biasa
di atas air mata dan darah rakyat.
Di
zaman Umar bin Abdul Aziz, para pembesar Bani Umayyah itu benar-benar mati kutu. Tidak
bisa korupsi. Mereka harus mengembalikan semua harta, tanah dan kedzaliman yang
selama ini mereka lakukan terhadap rakyat. As-Suyuthi (Tarikh khulafa’
1/215, MS) dan Ali ash-Shalabi (Umar ibn Abdil Aziz, 4/198, MS) menyebutkan
bahwa penyebab kematian Umar bin Abdul Aziz adalah diracun oleh bekas pegawai
politik khalifah sebelumnya.
Imam Mujahid berkata: Umar bin Abdul
Aziz bertanya kepada saya: Apa pendapat masyarakat tentang keadaan saya
sekarang?
Mujahid: Mereka berkata bahwa Anda
terkena sihir.
Umar: Saya tidak terkena sihir.
Tetapi saya sungguh tahu bila saya diracun.
Umar kemudian memanggil seorang
pembantunya (seorang budak) dan berkata kepadanya: Celakalah dirimu, mengapa
kamu memberiku racun?
Pembantu itu berkata: Seribu dinar
dan dibebaskan dari perbudakan.
Umar: Berikan ke saya wangnya.
Pembantu itu memberikan wang dan
Umar bin Abdul Aziz menyerahkannya ke Baitul Mal. Dan Umar berkata kepada
pembantunya: Pergilah ke tempat yang tidak dilihat seseorang.
Kesimpulannya
Abu
Bakar ra dalam sebuah riwayat meninggal karena diracun oleh yahudi. Umar bin
Khattab ra meninggal karena ditusuk oleh Majusi. Usman bin Affan ra meninggal
dibantai oleh orang kafir dan muslim fasik. Ali bin Abi Thalib ra meninggal
dengan pedang tokoh kelompok sesat khawarij.Umar bin Abdul Aziz ra meninggal
diracun oleh seteru politik yang marah. Rasulullah SAW wafat juga karena sakit
yang disebabkan oleh racun yahudi
Kemunculan
pemimpin agung ini harus diusahakan terus. Dicari di tumpukan tunasnya, walau
hanya sekecil jarum. Apalagi hari ini, ketika pencarian masyarakat islam
terbentuk tembok kekecewaan Dicerminkan pada sikap apatis terhadap semua bentuk
pemilihan pemimpin. Karena mereka telah kecewa. Harapan yang muncul seperti
tunas yang baru tumbuh, dihentam oleh badai dusta. Tak tersisa. Siapapun
yang akan muncul menjadi pemimpin agung, apalagi di tengah kumuhnya sistem dan
kepimpinan.
Tulisan
ini mudah-mudahan memberikan bibit-bibit mula bagi kemunculan pemimpin agung
yang akan berulang di sepanjang sejarah.
No comments:
Post a Comment