Saturday, 5 May 2012

koreksi Jemaah Tabligh



Jawatan: Senator
Gabungan parti: MQM
Jantina: Lelaki


 Tempoh = Mac 2006 hingga Mac 2012

Pencapaian: * Ph.D. Fakulti Usul-AlDin, Azhar University, Kaherah, Mesir.
* MA di Dawat-i-Islam dengan tesis, Azhar University, Kaherah, Mesir.
* Shahadat-ul-Alamia, (MA Pengajian Islam - Bahasa Arab), Universiti AshrafiaLahore, Pakistan.

* Ex. Profesor Universiti Al Azhar, Kaherah Mesir dari tahun 1983 hingga 1998.
* Profesor Pelawat Universiti Kuala Lumpur, Sejak Jan 01, 2004.
* Scholorship Khas oleh Presiden Pakistan dari 1982-1983.
* Scholorship Dari Universiti Al-Azhar Mesir 1978-1982.
* Nishan-e-Ilm-o-Denmark Karachi Universiti.


Dr. Abdul khaliq Firzada dalam bukunya, Maulana Muhammad Ilyas diantara pengikut dan penentangnya, menyebut segi-segi penting yang diutamakan oleh Syekh Muhammad Ilyas,  adalah segi ibadah. Seterusnya disebutkan : 

Sesungguhnya, akidah itu tidak bermanfaat apapun tanpa disertai ibadah”[1]

Berdasar pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa menurut Maulana Muhammad Ilyas bahwa dosa besar dengan sebab meninggalkan ibadah dapat mengakibatkan seseorang hilang imannya. Karena akidah yang dapat dipahami sebagai iman itu tidak bermanfaat kecuali disertai dengan ibadah. Kalau seseorang yang berakidah tanpa beribadah, imannya masih ada, tentu akidahnya tersebut bermanfaat adanya.

Analisis
Dalam memahami status hukum seseorang akibat melakukan dosa besar, kaum muslimin terpecah dalam beberapa golongan. Kaum Khawarij yang sudah dianggap keluar dari garis-garis Islam, menetapkan bahwa setiap perbuatan dosa merupakan syirik kepada Allah. Karena itu orang berbuat dosa besar dapat dianggap sebagai kafir dan kekal dalam api neraka.[2] . Khawarij dalam mendefinisikan Iman, memahami bahwa amalan jawarih (amalan dzahir anggota tubuh) itu sendiri adalah merupakan iman. Sehingga kalau seseorang meninggalkan amalan dzahir, maka dia dapat digolongkan kepada kafir.

Golongan Muktazilah berprinsip, bahwa amalan dzahir merupakan bagian dari iman, sehingga dosa besar itu dapat mengeluarkan seseorang dari keimanan, namun menurut Muktazilah, keluar dari keimanan tidak dapat menyebabkan seseorang menjadi kafir, tetapi statusnya diantara muslim dan kafir. Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah golongan yang diredhai Allah berprinsip bahwa seorang muslim yang berbuat dosa besar tetap dalam keimanannya dan dia tetap dapat dianggap sebagai mukmin meskipun mukmin ‘ashii, (orang beriman yang berbuat maksiat yang dijanjikan Allah kena ‘azab dalam neraka kelak kalau dia meninggal dunia tidak sempat bertaubat). Pemahaman Ahlussunnah wal Jama’ah ini atas dasar bahwa amalan dzahir tidak termasuk dalam bagian iman.[3]

Prinsip Ahlussunnah wal Jama’ah ini berdasarkan
1. firman Allah SWT,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain syirik itu, bagi siapa yang dikehendakinya. (An-Nisa’ : 48)

2. Sesungguhnya dalam hukum-hukum qishas, Allah telah menyebut bahwa sipembunuh adalah saudara bagi siterbunuh.
Firman Allah SWT :
فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ
Artinya : Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah mengikuti dengan cara yang baik. (Al-Baqarah : 178)

Seandainya pembunuh yang  telah berbuat dosa besar itu digolongkan kepada kafir, tentu Allah tidak menyebutnya sebagai saudara bagi orang mukmin, karena ukhuwah dan kasih sayang tidak akan terjadi melainkan bagi orang mukmin.
Pertanyaan selanjut adalah paham manakah yang diikuti oleh Muhammad Ilyas ini ? mengikuti paham Muktazilah atau termasuk Khawarijkah ? wallahu a’lam bishshawab.
Yang jelas pemahaman tersebut bertentangan dengan paham Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah.

Masalah 2

Maulana Muhammad Ilyas menanamkan faham anti politik dan kekuasaan kepada pengikutnya. Bahkan beliau mengungkapkan bahwa memegang kekuasaan yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW hendaknya tidak menjadi cita-cita umat Islam. Hal ini dapat kita pahami dari pernyataan Maulana Muhammad Ilyas :
Jika kita dapat memegang kekuasaan dengan mengikuti ajaran Nabi SAW , memang kita tidak menolaknya, akan tetapi hal itu hendaknya tidak menjadi cita-cita kita.”[4]
Dr. Abdul Khaliq Pirzada menyebutkan empat hal yang tidak boleh disentuh oleh Jam’ah Tabligh, salah satunya adalah masalah politik .[5]

Analisis
Telah terjadi ijma’ ulama bahwa mengangkat imam (pemimpin negara) adalah wajib hukumnya.[6] Ijma’ ini didasarkan kepada firman Allah SWT sebagai berikut :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya : Allah SWT telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin dan orang-orang yang beramal shaleh diantara kami bahwa mereka akan menjadi khalifah di muka bumi sebagaimana orang-orang dahulu telah menjadi khalifah. Dan Allah akan menetapkan agama mereka (Islam) yang diredhai-Nya bagi mereka. Dan Allah akan mengganti ketakutan mereka dengan perasaan aman. (Q.S. An-Nur : 55)

Bahkan sebagaimana riwayat yang sangat masyhur dan tidak ada yang membantahnya, bahwa para Sahabat Nabi SAW lebih mendahulukan permusyawaratan masalah khilafah (kepemimpinan) dari pada urusan jenazah Rasulullah SAW.[7] Ini menunjukkan bahwa masalah kepemimpinan adalah masalah yang sangat penting dan urgen dalam agama Islam, karena tidak mungkin dapat menyempurnakan kewajiban seperti pembelaan agama, menjaga keamanan umat Islam dan sebagainya selain dengan adanya khilafah (pemerintahan) dan inilah yang menjadi doktrin Ahlussunnah wal Jama’ah, paham majority umat islam. Upaya meraih kekuasan untuk memperoleh kedudukan imam tersebut menjadi fardhu kifayah atas umat Islam.[8] Berkata Qalyubi :

“Hukum mendirikan Imamah adalah fardhu kifayah “[9]
 .
Berdasarkan uraian di atas nyatalah bahwa pernyataan Maulana Muhammad Ilyas, pendiri Jama’ah Tabligh bahwa memegang kekuasaan negara bukan cita-cita umat Islam, adalah bertentangan Ijma’ Ulama dan keluar dari paham Ahlussunnah wal jama’ah. 

Jika ditelusuri sejarah pemikiran Islam tentang politik dan kekuasaan di India, kita diingatkan oleh sejarah, bahwa di India pernah muncul seorang yang mengaku sebagai pembaharu yang mati-matian membela Pemerintah Kolonialis Inggris pada penghujung Abad 19, yaitu Sir Sayyed Ahmad Khan (1817-1898 M) yang berpendapat bahwa susunan agama Islam itu bersifat a-politik, karena itu ia menentang setiap pergerakan politik, walaupun politik berdasarkan Islam.[10] . Disamping itu kita diingatkan oleh ajaran Mirza Ghulam Ahmad, Nabinya orang Ahmadiyah Qadian, yang menghilangkan ajaran jihad demi pesan sponsornya, Pemerintah kolonial Inggris. Penulis menduga mungkin pemikiran Maulana Muhammad Ilyas ini terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran Sir Sayyed Ahmad Khan dan Mirza Ghulam Ahmad yang hidup senegara dengannya, setidaknya mengenai politik dan pemerintahan dalam Islam.

Masalah 3

 Berkata Maulana Ilyas :
Para anbiya a.s. adalah ma’shum dan mahfuzh. Mereka menerima ilmu dan hidayah langsung dari Allah. Tetapi ketika mereka bercampur gaul dengan masyarakat awam menta’limkan dan mentablighkan usaha hidayah kepada mereka, maka hati mereka yang mubarok (penuh berkah) dan munawar (penuh cahaya) terpengaruh juga oleh kotoran masyarakat awam. Akhirnya mereka akan membersihkan kotoran-kotoran tersebut dengan menyibukkan diri dalam dzikir dan ibadah”[11]

Jika kita perhatikan perkataan Maulana Ilyas tersebut di atas, dapat dipahami bahwa Maulana Ilyas menuduh para Nabi a.s. bahwa hati mereka tidak terpelihara dari dosa-dosa. Artinya para Nabi a.s. dapat saja melakukan dosa-dosa hati karena pengaruh kesalahan-kesalahan masyarakat awam, sehingga perlu dibersihkan dengan berzikir dan beribadah. Kita tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ma’shum menurut Maulana Ilyas, sehingga meskipun pada awalnya beliau menyebut para anbiya a.s. adalah ma’shum, tetapi kemudian menyatakan bahwa para anbiya tersebut dapat saja melakukan dosa-dosa.

Analisis

Tidak diragukan lagi, kita sebagai umat Islam yang beri’tiqad Ahlussunnah wal Jama’ah berkeyakinan bahwa para Anbiya a.s. adalah ma’shum dalam arti bahwa para anbiya a.s. tidak mungkin jatuh dalam perbuatan dosa. Berkata Zakaria al-Anshary as-Syafi’i seorang ulama besar beri’tiqad Ahlussunnah wal jama’ah bermazhab Syafi’i :
“Para Anbiya a.s. ma’shum (terpelihara) dari perbuatan dosa termasuk didalamnya dosa kecil yang dilakukan karena lupa. Oleh karena itu, tidak terjadi perbuatan dosa pada mereka, baik dosa besar maupun kecil, baik sengaja maupun dengan sebab lupa”.[12]

Berkata Muhammad bin Manshur al-Hud-hudy :
Perbuatan para Anbiya a.s. berkisar antara wajib, sunat dan mubah. Hukum mubah ini bila ditinjau zat perbuatannya. Adapun bila ditinjau dari ‘awarizhnya (aspek lain), maka perbuatan para Anbiya itu tidak terlepas dari wajib dan sunat, karena perbuatan mubah tidak terjadi pada para Anbiya a.s. kecuali untuk qashad qurbah (ibadah), minimal untuk qashat tasyri’ (pensyari’atan) kepada orang lain (umat)”[13]

Menurut perkataan dua orang ulama besar Ahlussunnah wal jama’ah tersebut di atas, perbuatan mubah saja tidak terjadi pada para Nabi a.s., lalu bagaimana dengan perbuatan dosa sebagaimana tuduhan Maulana Muhammad ilyas, nauzubillahi min zalik



Masalah 4

Ungkapan perasaan rasa syukur kepada Allah boleh dengan sikap berpura-pura. Maulana Muhammad Ilyas pernah mengirim surat kepada rakannya saat anaknya baru lahir :
Sungguh itu kenikmatan yang besar dari Allah dan engkau mesti menerimanya dengan suka cita. Mesti tidak boleh berlebihan, namun engkau mesti melahir perasaan suka cita meski berpura-pura sebagai tanda syukur kepada Allah”.[14]
Analisis
Sikap berpura-pura dalam etika Islam atau ilmu akhlak sering disebut sebagai sikap munafiq. Sikap munafiq merupakan suatu sifat yang sangat tercela dalam Islam. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67) وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafiq itu hanyalah orang berbuat fasiq, Allah telah menjanjikan bagi orang-orang munafiq , baik laki-laki maupun perempuan dan orang-orang kafir itu kekal dalam neraka jahannam.(Q.S. At-Taubah : 67-68)

Masalah 5

Jama’ah Tabligh melarang jama’ahnya dalam berdakwah menghilangkan dan membersihkan kemungkaran. Sementara itu dalam kelompok Jama’ah Tabligh ada berbagai aliran sesuai dengan asal paham anggotanya termasuk didalamnya aliran-aliran yang keluar dari Ahlussunnah wal Jama’ah. Bahkan Sa’ad bin Ibrahim Syilbi, salah seorang penyebar ajaran Jama’ah Tabligh dalam bukunya Dalil-Dalil Da’wah dan Tabligh setelah mengakui ada segelintir anggota Jama’ah yang tidak ada pemahaman yang cukup terhadap al-Qur’an dan as-Sunnah yang membenci dan memusuhi kaum salaf dan dua tokohnya, Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab, berkata :
"Ini demi Allah batil (tidak benar), kezhaliman dan kebohongan besar yang tidak halal dilakukan oleh seorang muslim’, selanjutnya Sa’ad bin Ibrahim Syilbi mengatakan ‘Kami hanya ingin mengatakan bahwa Jama’ah Tabligh tidak termasuk dalam kelompok orang yang membenci kaum salaf".[15]

Padahal sebagaimana kita maklumi bahwa kedua tokoh salaf, Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab sudah difatwa oleh ulama-ulama Ahlusunnnah wal Jama’ah sebagai orang yang sudah keluar dari golongan yang benar dan sudah menyimpang dari jalan yang lurus
Berkata Dr. Abdul Khaliq Firzada :
“ Beliau (Muhammad Ilyas, pen.) mengajak setiap orang tanpa membedakan tingkat keilmuan, kelas sosial, maupun mazhab, baik orang alim maupun bodoh, kaya, miskin, pengikut Maliki, Syafi’i, Hambali atau Hanafi, bahkan Mazhab Salafi atau mazhab-mazhab kecil lainnya dikalangan umat Islam. [16]

Dalam hal larangan Jama’ah Tabligh menghilangkan kemungkaran dapat disemak dari pengakuan Sa’ad bin Ibrahim Syilbi dalam bukunya,
“Bahwa tidak termasuk dalam metode Jama’ah Tabligh pengingkaran terhadap pemilik atau pelaku kemungkaran.[17]

Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat dipahami bahwa Jama’ah Tabligh tidak membolehkan anggotanya menghilangkan kemungkaran termasuk didalamnya bid’ah dan bahkan Jama,ah Tabligh melarang anggotanya memusuhi tokoh seperti Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab.

Analisis
Dalam menjawab masalah di atas, mari kita simak dalil-dalil yang mengharuskan untuk menghilangkan kemungkaran dibumi ini, antara lain :
1.
Firman Allah Q.S. al-Taubah : 71

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. al-Taubah : 71)

2. Firman Allah Q.S. al-Hajj : 41
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.(Q.S. al-Hajj : 41)

3. Hadits Nabi SAW :
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده. فإن لم يستطع فبلسانه. ومن لم يستطع فبقلبه. وذلك أضعف الإيمان
Artinya : Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman(HR. Muslim)[18]

Berdasarkan dalil di atas, dapat dipahami dengan mudah  bahwa kedudukan upaya menghilangkan kemungkaran mendapat kedudukan yang sangat penting dalam agama.
Artinya menghilangkan kemungkaran mempunyai kedudukan yang sama dengan amar ma’ruf. Jadi kita tidak dapat menyepelekan salah satunya, apalagi menganggap menghilangkan kemungkaran bukanlah sebuah kewajiban. Dalam sejarah anak manusia, sebenarnya jama’ah yang meninggalkan menghilangkan kemungkaran banyak bermunculan. Diantaranya, Allah SWT telah mencela pendeta agama Nashrani yang meninggalkan upaya menghilangkan kemungkaran dalam firman-Nya :
لَوْلَا يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
Artinya : Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.(Q.S. al-Maidah : 63)

Imam al-Ghazali mengatakan bahwa pendeta-pendeta itu berdosa karena meninggalkan menghilangkan kemungkaran.[19] Masih banyak dalil-dalil lain, baik dari al-Qur’an maupun dari hadits Rasulullah SAW yang menerangkan kewajiban menghilangkan kemungkaran, namun penulis tidak menyebut semuanya karena menurut hemat penulis dalil-dalil di atas sudah memadai sebagai pedoman, kalau memang kita termasuk dalam orang-orang mencari kebenaran agama. Al-Bakry al-Damyathi berkata :
"Banyak sekali dan tidak terhingga ayat-ayat dan hadits mengenai amar ma’ruf dan menghilangkan kemungkaran".[20]

Berikut pendapat ulama mengenai kewajiban menghilangkan kemungkaran, antara lain :
1. Imam al-Ghazali berkata :
"Sesungguhnya amar ma’ruf dan melarang kemungkaran adalah al-quthub al-a’dham (pusat yang terpenting) dalam agama".[21]

2. Zainuddin al-Malibary mengatakan :
"Memerintah hal-hal yang wajib pada syara’ dan melarang dari yang haram adalah wajib kifayah atas setiap mukallaf , baik dia merdeka ataupun hamba sahaya, laki-laki, perempuan ataupun khuntsa " .[22]

Lalu siapa kaum salaf dan kedua tokohnya, Ibnu Taimiyah dan Muhammad Bin Abdul Wahab itu? Penjelasan ini menjadi penting karena Jama’ah Tabligh, sebagaimana penjelasan di atas, begitu marah kalau ada pengikutnya yang membenci kedua tokoh tersebut. Untuk menjawab ini, penulis cukupi saja pernyataan dua ulama terpengaruh dikalangan Ahlussunnah wal Jama’ah, yaitu :
1. Mufti Syafi’i Syekh Zaini Dahlan berkata :
“Walhasil yang tahqiq menurut kami, bahwa sebagian perkataan dan perbuatannya (Muhammad bin Abdul Wahab) mewajibkan keluarnya dari qawa’id Islam,karena penghalalannya terhadap harta yang ijmak atas tahrimnya, yang maklum dari agama dengan dharurah dengan tanpa ta’wil yang dibolehkan, serta penempatannya derajat para anbiya, rasul, auliya dan orang-orang shaleh pada derajat yang kurang. Padahal penempatan mereka tersebut pada derajat yang kurang dengan sengaja adalah kufur dengan ijmak imam yang empat”.[23]

2. Syekh Yusuf bin Isma’il an-Nabhani berkata :
“ Kita mengatakan sesungguhnya mereka ( Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab dan pengikutnya) adalah sesat dan ahli bid’ah” [24]

= Selesai =

DAFTAR PUSTAKA
1 Dr. Abdul khaliq Firzada, Maulana Muhammad Ilyas diantara pengikut dan penentangnya, (terjemahan oleh Masrokhan Ahmad) Ash-Shaff, Yoqyakarta, Hal. 116
2.Al-Baidhawy, Tafsir Anwarul Tanzil wa Asrarul Ta’wil, Muassasah Sya’ban, Beirut, Juz II, Hal 92
3.Al-Baidhawy, Tafsir Anwarul Tanzil wa Asrarul Ta’wil, Muassasah Sya’ban, Beirut, Juz I, Hal. 54, dan Ibrahim Bajury, Tahqiqul Maqam ‘ala Kifayatul ‘Awam fii ‘Ilmil Kalam, Maktabah Ahmad bin Sa’ad bin Nabhan wa Auladuhu, Surabaya, Hal 77
4.Abul Hasan Ali Nadwy, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas, (terjemahan oleh Masrokhan Ahmad) Ash-Shaff, Yogyakarta, Hal 106
5.Dr. Abdul khaliq Firzada, Maulana Muhammad Ilyas diantara pengikut dan penentangnya, (terjemahan oleh Masrokhan Ahmad) Ash-Shaff, Yoqyakarta Hal.31, lihat juga Sa,ad bin Ibrahim Syibli, Dalil-Dalil Dakwah dan Tabligh , (terjemahan oleh Drs Musthafa Sayani) Pustaka Ramadhan, Bandung, Hal. 9
6.Al-Mawardy, Ahkamul Sulthaniyah, Darul Fikri, Beirut, Hal. 5. Dapat dilihat juga dalam al-Khuzhary Bek, Itmam al-Wafa’, Bangkul Indah, Surabaya, Hal. 6
7.Ibnu Hajar al-Haitamy, Shawa-i’ al-Muhriqah fi Radd Ahli al-Bid’i wal-Zindiqah, Hal. 6. lihat jiga H. Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, Sinar Baru, Bandung, Hal. 455
8.Al-Mawardy, Ahkamul Sulthaniyah, Darul Fikri, Beirut, Hal.5.
9.Qalyubi, Hasyiah Qalyubi wa ‘Umairah, Darul Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Juz IV, Hal. 173
10.Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, Juzu’ II, Hal 232
11.Maulana Manzhur Nu’mani, Mutiara Hikmah Ulama Ahli dakwah, (terjemahan oleh A. Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny) Pustaka Nabawi, Hal. 48-49
12.Zakariya al-Anshary, Ghayatul Wusul, Usaha Keluarga, Semarang, Hal. 91
13.Muhammad bin Manshur al-Hud-hudy, Syarah Hud-hudy, dicetak pada Hamisy Hasyiah al-Syarqawy, Syirkah al-Ma’rif, Bandung, Hal. 116
14.Abul Hasan Ali Nadwy, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas, (terjemahan oleh Masrokhan Ahmad) Ash-Shaff, Yogyakarta, Hal 170
15.Sa’ad bin Ibrahim Syilbi, Dalil-Dalil Da’wah dan Tabligh, (terjemahan oleh Ust. Musthafa Sayani), Pustaka Ramadhan, Bandung, Hal 153-154
16.Dr. Abdul Khaliq Firzada, Maulana Muhammad Ilyas diantara pengikut dan penentangnya, (Terjemahan oleh Ust. Masrokhan Ahmad), Ash-Shaff, Yoqyakarta, Hal 118
17.Sa’ad bin Ibrahim Syilbi, Dalil-Dalil Da’wah dan Tabligh, (terjemahan oleh Ust. Musthafa Sayani), Pustaka Ramadhan, Bandung, Hal. 155
18.Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Indonesia, Juz. I, Hal. 69, No. Hadits : 49
19.Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Thaha Putra, Semarang, Juz.
II, Hal. 303
20.Al-Bakry al-Damyathi, I’anah al-Thalibin, Thaha Putra, Semarang, Juz. IV, Hal. 182
21.Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Thaha Putra, Semarang, Juz. II, Hal. 302
22.Zainuddin al-Malibary, Irsyadul Ibad, Syirkah al-Ma’arif, Bandung, Hal. 72
23.Syekh Zaini Dahlan, Durarussaniah fi Raddi ‘ala al-Wahabiyah, Hal. 53
24.Yusuf bin Isma’il an-Nabhani, Syawahidul Haq, Darul Fikri, Beirut, Hal. 51


ULASAN SAYA:

Ini adalah pendedahan dari kajian anak bumi India sendiri ,negara di mana jemaah Tabligh di dirikan dan sudah tentunya fakta-fakta yang di rujuk amat diyakini kesahihannya oleh beliau sehingga ia diterbitkan dalam sebuah buku.

Kalau masih ada lagi yang mahu membela Tabligh selepas pendedahan ini,maka jelaslah ia takliq buta tahap maksimum.

Wallahu'alam



23 comments:

  1. buat le analisis sikit yop
    jangan copy paste je

    ReplyDelete
    Replies
    1. kami akui memang maklumat di atas adalah copy paste.kami dah sebut sebelum ini jika sekiranya ada maklumat itu salah@tidak tepat,sila nyatakan tang mana yang salah dan tidak tepat itu.

      jelaskan secara spesifik supaya kekeliruan dapat di perbetulkan bukan tegur secara umum.Umapam kita belajar membaca al quran secara bertalaqqi depan guru ,jika sebutan huruf,makhraj dan tajwid salah maka guru itu akan perbetulkan secara spesifik juga.

      harap sdr Roslan Hamid lebih fokus menegur ye...

      Delete
  2. buat malu pas je
    Tok Guru pun xpenah buat ulasan macam ni

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya,sebab kami bukan tok guru lah maka ulasan kami tidak seilmiah dan sebagus tok guru kami.

      Artikel kami di bawah label tabligh adalah saling menampung antara satu dengan yang lain.jika ada satu artikel itu salah atau tidak tepat(maklumlah copy paste)maka ia akan ditampung dgn artikel yang lain.

      Ibarat solat sunat itu menampung kekurangan atau kecacatan solat fardhu.Itu sebab posting bab tabligh ini paling banyak dalam berbagai tajuk supaya sidang pembaca dapat membuat perbandingan dan mengetahui info tabligh daripada berbagai sumber.

      Apakah kerana artikel di atas salah maka kesemua artikel tabligh yang lain juga salah??

      Adakah Fatwa NU itu juga salah??
      Adakah Fatwa tahun 1900 itu juga salah??

      Delete
  3. itulah taksub sgt dgn pas sampai jemaah lain dipandang buruk je..

    sedangkan tuan guru kamu, nik aziz sendiri mengatakan contohilah gerak dakwah tabligh..saudara sendiri melebih-lebih dalam berkata-kata

    jikalau tabligh itu sesat spt yg dinyatakan dalam fatwa tersebut..saya juga boleh menyatakan hujah drpd ulamak aswj lain bahawa pas jauh tersasar drpd mengamalkan politik islam yg sebenar..

    ReplyDelete
  4. kamu rugi kedua duanya dunia dan akhirat 1 parti kamu tidak dapat perintah malaysia 2 kamu bersama sama dgn yahudi dan nasara sama sama megamalkan demokrasi.termasuk dalam 72 gologan.





    ReplyDelete
    Replies
    1. wahai aisyah huda..

      anda telah menyanggah pendapat ahli syura anda sendiri.apakah anda tak rasa bersalah ??

      baca link ni:http://hambalialorstari.blogspot.com/2009/03/politik-vs-syura.html

      ustaz anda terima khilaf isu demokrasi tetapi anda menolak mentah-mentah.ADAKAH ANDA LEBIH ALIM DARI AHLI SYURA TABLIGH??

      Delete
  5. wahai!Jundullah hijau pekat,ulama kami menghukum demokrasi dgn harus atau haram megikut kesesuaian keadaan dan aku memilih haram.Ulama kamu pula menghukum wajib[ulamak kemaruk kuasa].

    Wahai!Jundullah hijau pekat.Di sini aku senaraikan 10 sebab keburukan DEMOKRASI.
    1.Meyalahi sunnah.
    2.Pemimpin apabila dipilih seumur hidup spt khalifah bukan untuk 5 tahun sekali.
    3.Bukan semua manusia boleh memilih pemimpin spt peminum arak,penzina,penipu dan seumpamanya.
    4.Jika negara Bahrain megamalkan demokrasi tentu syiah yang barkuasa 80% penduduk syiah.
    5.Kekuatan islam terletak pada kualiti bukan majoriti.senjata umat islam ialah doa .
    6.Timbulnya sifat megutuk,mencaci,menfitnah,bersangka buruk yang jelas dilarang islam.
    7.Timbulnya sifat berpuak puak.
    8.Rosak akidah sebab yakin megundi islam boleh tertegak.
    9.Sistem baraja lebih islamih lebih aman dan lebih kaya contoh BRUNAI,BAHRAIN,QATAR DAN A SAUDI.
    10.Khalifah memilih pemimpin sesuatu tempat bukan rakyat.

    Wahai!Jundullah hijau pekat ketahuilah kamu dgn geng kamu telah rosak AKIDAH kerana yakin dgn demokrasi.
    Wahai!Jundullah hijau pekat kamu hanya belajar sembahyang,puasa,zakat,hukum hakam dan seumpamanya tetapi tidak DAKWAH.Masuk bakul angkat sendiri megatakan aku pun buat dakwah juga.Orang tak panggil pun kamu orang dakwah.LEPAS CERAMAH AMBIL UPAH.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhirnya muncul juga apa yang kami tunggu-tunggu selama ini iaitu hujjah yang ada point dan isi walaupun penulisnya agak kasar tapi itu tidak mengapa sebab bukan kami yang judge(menjadi hakim) tetapi para pembaca blog ini yang akan menilai akhlak dan perangai serta hujjah berdasarkan fakta dan bukti.

      baik...

      Anda menggunakan istilah 'hijau pekat' dan kami berterima kasih sebab anda mengiktiraf bahwa kami menyukai warna yang menjadi kegemaran Rasul kami.Hijau adalah salah satu warna kegemaran Nabi saw.

      anda tulis:

      "Ulama kamu pula menghukum wajib[ulamak kemaruk kuasa]".

      kami jawab:

      Adakah ahli syura anda yang suruh(ajar)tulis begitu??
      Karkun Hambalialorstari.blospot dalam link yang kami beri di atas tak ada sebut pun ulama yang mewajibkan demokrasi itu sebagai 'kemaruk kuasa'

      Jadi jelaslah tuduhan anda itu tidak mewakili tabligh pusat di India sana sebaliknya hanya pandangan peribadi anda sendiri yang sangat jahil itu.

      Kami akan jawab 10 keburukan demokrasi yang anda senaraikan itu dalam sessi lain sebab ada komitmen lain buat masa ini.

      anda tulis:

      "ketahuilah kamu dgn geng kamu telah rosak AKIDAH kerana yakin dgn demokrasi."

      kami jawab:

      bukan kami sahaja tetapi anda kena hantar komen ini pada link ini:

      http://pemudabersamamu.blogspot.com/2011/11/praya-mesir-berdosa-tidak-keluar_29.html

      dan kepada Syeikhul Al Azhar,Dr Yusof Qardhawi dan 40000 lagi ulama lain di seluruh dunia.Untuk rujukan sila baca link ini:

      http://www.ikhwanonline.com/new/Default1.aspx

      dan

      http://urusanulama-hl.blogspot.com/2012/08/menjawab-ibn-hatarijadilah-orang-yang.html

      Secara ringkasnya ketika berlaku pilihanraya di Mesir,kesatuan ulama sedunia yang diwakili oleh 40,000 ulama di seluruh dunia telah mengeluarkan fatwa mengharamkan BOIKOT PILIHANRAYA MESIR.

      MENGHARAMKAN BOIKOT BERMAKNA MEWAJIBKAN MENGUNDI.
      tidak begitu karkun tajuddin??

      Anda tulis:

      "LEPAS CERAMAH AMBIL UPAH."

      kami jawab:

      Kami yakin ayat terakhir anda ini adalah pandangan peribadi anda yang jahil itu sebab kalau Tabligh pusat di India yang bermazhab Hanafi dapat tahu,mugkin anda akan di hukum kufur oleh ulama deobandi kerana meyalahi ijtihad Imam Abu Hanifah(pengasas mazhab hanafi) yang mengharuskan mengambil upah mengajar agama.








      Delete
    2. Menyalahkan sistem Demokrasi 100% adalah satu tindakan yang kurang bijak.Kita perlu flashback kembali sejarah awal munculnya demokrasi dalam negara islam terlebih dahulu baru kita boleh menghukum baik atau buruknya.

      Perlu dingat bahawa sistem beraja seperti yang anda rujuk kepada BRUNAI,BAHRAIN,QATAR DAN A SAUDI itupun bukan datang dari islam secara sunnahnya.Ini berdasarkan riwayat dari Imam Bukhari dan Imam Muslim melaporkan, “Khalifah Umar ditanya ketika beliau dalam keadaan tenat akibat cedera ditikam, supaya menamakan siapakah penggantinya. Katanya; Sekiranya aku menentukan, maka orang yang lebih baik daripadaku (Abu Bakar) pernah menentukannya. Sekiranya aku tinggalkan kepada kamu sendiri yang menentukan, maka orang yang terbaik (Rasulullah S.A.W) pernah meninggalkannya (dengan menyerahkan urusan ini kepada umat supaya memilihnya).”

      Saidina Umar menegaskan, “Sesiapa yang melantik pemimpin kerana harta ataupun hubungan keluarga, bukan kerana kelayakan mereka, maka sesungguhnya dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya S.A.W.”

      Kesimpulan dari ucapan diatas menunjukkan sistem monarki juga bukan amalan para sahabat secara mutlak.Hanyasanya khalifah Muawiyah mengwujudkan sistem monarki tersebut adalah kerana perubahan zaman dan suasana masyarakat ketika itu yang semakin kacau bilau lalu beliau berijtihad sendiri.Itu sebab kita tidak jumpa seorang ulamak pun menghukum Muawiyah sebagai sesat dan menyeleweng.

      Sedangkan sistem beraja itu juga diamalkan oleh orang kristian dan Parsi sebelum kedatangan islam.

      Kami nak tanya anda satu soalan...yang mana satu anda pilih antara sistem monarki(beraja)seperti Brunai dll atau sistem khalifah zaman khulafa ar rasyidin??

      Kalau anda pilih khilafah ia telah berakhir pada zaman khalifah Ali bin Abi Talib....
      Kalau anda pilih beraja(monarki)ia TIDAK SUNNAH kerana nabi dan khulafa ar rasyidin tak pernah buat..

      so mana satu anda pilih??

      Delete
  6. Wahai!Jundullah hijau pekat baguslah kalau kamu terima gelaran yang aku bagi.Nabi S.A.W pun bagi gelaran kpd sahabat spt Abu Hurairah,Abu Bakar,Salman,Abu Zar R.A dll sesuai dgn perwatakan masing masing.

    Wahai!Jundulah hijau pekat,ada aku peduli 40,000 ulama moyokong mewajibkan megundi.Ketika Dajjal turun 70,000 ulama megikutinya.Demokrasi terang terang amalan Yahudi dan Nasara nak jaga juga,pakaikan baju,pakai gincu,pakai bedak,nanti kalau dia nak berak kamu basuh tau!!!Nanti dapat pahala,boleh masuk syurga.PUIH!!!

    Wahai!Jundulah hijau pekat tentang UPAH.Sahlah kau buta hati.Ketika Nabi Nabi buat dakwah.Allah S.W.T akan selitkan satu ayat,aku tak minta upah.Di sini aku letak 3 ayat dari surah yang berbeza.Kalau mu nak lebih carilah sendiri.

    1.SURAH YA`SIN.
    ayat 21.
    Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu,dan mereka adalah orang orang yang mendapat petunjuk.

    2.SURAH HUUD.
    ayat 51.
    Hai kaumku,aku tidak meminta upah kepada mu bagi seruanku ini,upahku tidak lain hanyalah dari ALLAH yang telah menciptakan ku.Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?

    3.SURAH AL-AN`AAM.
    ayat 90.
    Mereka itulah orang orang yang telah diberi petunjuk oleh ALLAH,maka ikutilah petunjuk mereka.Katakanlah,;Aku tidak meminta upah kepadamu dalam meyampaikan(AL QURAN);.Al Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat.

    Wahai!Jundullah hijau pekat tentang bahasa kasar yang aku gunakan adalah sesuai dgn kamu yang bodoh lagi bahalul.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sidang pembaca yang budiman

      LIHAT LAH....!!!

      APA YANG TELAH KAMI PAPARKAN DALAM POSTING SEBELUM INI TENTANG SIFAT DAN AKHLAK PENGIKUT TABLIGH ADALAH BENAR BELAKA.SELAMA INI KAMI DI TUDUH MENEBAR FITNAH,MENGHINA DAKWAH NABI LA,TAK TAHU APA-APA TENTANG TABLIGH DAN MACAM-MACAM LAGI TANGGAPAN NEGATIF.

      PADA HARI DAN SAAT INI JELASLAH TERBUKTI SIAPA YANG BURUK SUNGGUH AKHLAKNYA,PANDAI BERPURA-PURA(MUNAFIK),BERMUKA-MUKA,SOMBONG(MENOLAK KEBENARAN) DAN MENAFSIRKAN AYAT ALQURAN MENGIKUT KEPALA LUTUT.

      Memang menjadi sunnah para nabi di tuduh sebagai tukang sihir,orang gila dll.So kami tak hairan dengan celaan anda itu.Anda boleh terus menggunakan kata-kata kesat itu dan kami akan terus siarkan tulisan anda untuk tatapan jutaan manusia dalam blog ini supaya mereka akan mengakui bahawa apa yang kami tulis selama ini tentang perangai orang tabligh adalah benar.

      Cumanya anda juga mesti bersikap adil kerana nabi suruh berlaku adil.Mari kita tanya tuan blog ini:
      http://ghostridermujahid.blogspot.com/#

      ADAKAH BELIAU TIDAK TAHU BAHAWA MENYOKONG DEMOKRASI ITU BOLEH ROSAK AQIDAH??
      BUKANKAH BELIAU 'SEKAPAL' DAN 'SEUSAHA' dengan karkun tajuddin TAPI KENAPA FIRQAH TAK SAMA??

      KATA PEPATAH 'KUMAN DI SEBERANG LAUT NAMPAK TAPI GAJAH DEPAN MATA TAK NAMPAK"

      Kami cadangkan anda 'tasykil' dulu rakan seusaha anda itu dulu supaya kembali kepangkal 'jalan tabligh'...

      anda tulis:

      "Wahai!Jundulah hijau pekat,ada aku peduli 40,000 ulama moyokong mewajibkan megundi.Ketika Dajjal turun 70,000 ulama megikutinya."

      kami jawab:

      boleh bagi sumber rujukan ayat ini.bagi nama kitab,penulisnya,penerbit,cetakan mana,tahun diterbitkan,muka surat berapa dan scan muka depan kitab dan muka surat sekali.

      KALAU ANDA GAGAL MEYERTAKAN BUKTI KAMI ANGGAP INI KHABAR ISRAELIYAT YANG PEMBOHONG BESAR DAN ANDA TANGGUNGLAH SENDIRI AKIBAT TULISAN FITNAH INI.





      Delete
    2. Bagi menjawab isu 'ambil upah berdakwah' kami nukilkan pendapat para ulama muktabar KERANA MEREKA LEBIH MEMAHAMI DAN PAKAR DALAM ILMU AL QURAN BERBANDING KARKUN TAJUDDIN.Kami tidak berani mengeluarkan pendapat sendiri tentang hukum hakam dalam menafsir ayat al quran kerana patuh kepada amaran nabi saw yang mafhumnya:

      “Barangsiapa yang berbicara (menafsirkan) tentang Al-Qur’an dengan pemikirannya tentang apa yang dia tidak memiliki pengetahuan, maka bersiaplah menyediakan tempat duduknya di neraka.” - dikeluarkan oleh At-Tirmidzi, An Nasa’i dan Abu Daud,

      Abu Laits rah berkata dalam kitab al-Bustan; “Mengajar dilakukan dengan tiga bentuk - Pertama, dengan tujuan untuk beribadah sahaja dan tidak mengambil upah. Kedua, mengajar dengan mengambil upah. Ketiga, mengajar tanpa syarat tetapi jika ia diberikan hadiah (upah), dia menerimanya.”
      • Bentuk yang pertama mendapat pahala dari Allah kerna itulah amalan para Nabi.
      • Bentuk yang kedua diperselisihkan ulama. Sebahagian ulama mengatakan tidak boleh, berdalilkan sabda Rasulullah s.a.w: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” Sementara sebahagian ulama lain berkata boleh. Mereka berhujah bahawa yang paling utama bagi seorang pengajar adalah tidak menentukan bayaran untuk menghafaz dan mengajar, dan jikapun ia menentukan bayaran itu maka aku harapkan agar tidak dilarang, kerana ia memerlukanya [kemaslahatan].
      • Bentuk yang ketiga dibolehkan oleh seluruh ulama kerana Nabi s.a.w adalah pengajar manusia dan baginda menerima hadiah mereka. Ianya juga berdasarkan satu kisah yang mana seseorang telah disengat haiwan berbisa lalu dibacakan surah al-Fatihah oleh sebahagian sahabat, kemudiannya mangsa itu memberikan hadiah beberapa ekor kambing atas perbuatan para sahabat berkenaan. Baginda Nabi setelah mengetahui kejadian itu bersabda; “Berikanlah aku bahagian dari hadiah itu.”

      Fatwa “Majma’ al-Fiqh al-Islami” - Jika tidak mengambil upah, nescaya meraka tidak akan mempunyai sumber untuk menyara kehidupan mereka. Jika perkara itu berlaku, agama Islam akan semakin dilupakan. Oleh itu, untuk menjaga kesinambungan agama Islam, para ulama Mazhab Hanafi telah membenarkan golongan ini mengambil upah. Para ulama daripada pelbagai mazhab juga telah mengambil pendapat ini demi menjaga kemaslahatan agama.

      UNTUK PERBAHASAN LEBIH DETAIL BOLEH RUJUK LINK INI:

      http://jomfaham.blogspot.com/2012/06/hukum-mengambil-upah-membaca-al-quran.html

      sidang pembaca yang budiman

      lihat perangai karkun tajuddin ini persis pelampau wahabi(memang tabligh berasal dari wahabi).beliau dengan berani menafsirkan ayat al quran yang mulia itu berdasarkan pemikirannya yang cetek dan jahil itu.

      beliau juga dengan angkuhnya menghina dan memfitnah para ulama dengan tuduhan yang berat(pengikut dajjal)..Astagfirullah al Azim...

      kami bersyukur kepada Allah dengan tulisan karkun Tajuddin telah membuka mata umat islam lain yang selama ini tidak tahu bahwa akhlak orang tabligh ni sangat buruk rupanya.

      Delete
  7. dengan keadaan umat islam jauh dari agama,golongan agama sibuk bertengkar...saling tidak bertolak ansur,saling tidak mengaku kelemahan..ini satu kerugian bagi umat akhir zaman.kenapa kita sering mencari kelemahan org lain,sedangkan kita sendiri penuh dgn kelemahan...kembalilah kpd maksud kita di hantar kedunia ini...dalam pas ada abu lahabnya dan dalam jemaah tabligh pun ada abu lahabnya,tetapi ingat sesuatu yg buruk yg dilakukan oleh ahli sesuatu jemaah itu tidak menunjukkan bahawa jemaah itu juga buruk,kalau tidak islam juga jadi sesat disebabkan kesesatan penganutnya,tp islam tetap benar walaupun penganutnya tidak benar..so bekerjasamalah dalam meninggikan kalimah allah di muka bumi ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih...

      kami nak perbetulkan sedikit ayat tuan 'kenapa kita sering mencari kelemahan org lain'.Ini bukan mencari kelemahan TETAPI mendedahkan perkara salah,tidak betul dan penyelewengan yang berleluasa dalam jemaah tabligh.

      Dalam islam ada istilah 'haram' atau 'larangan'.contoh 'di haramkan makan babi' atau 'orang yang sedang berihram di larang memakai minyak wangi' dll.

      APAKAH MAKNA SEMUA INI WAHAI TUAN??

      Ini bermakna dalam islam kalau benda tu betul,kita kena kata betul dan KALAU SALAH KENA KATA SALAH LAH,...mana boleh dah tahu salah kita diam je...!!!!

      betul tak tuan??

      diharap tuan boleh lawat link bekas burzuk@otai tabligh yang telah bertaubat di link: http://jamaluddinab.blogspot.com/2011/02/peringatan-sebelum-membaca-artikel.html

      tuan kena baca dengan hati yang terbuka.ada 12 siri semuanya.

      Delete
    2. kami rasa penggunaan nama 'Abu Lahab' tidak tepat tetapi yang tepat ialah 'Abdullah bin Ubai' sebab Abu Lahab tak masuk masjid solat belakang nabi...

      atau ada nama lain...??

      Fatwa sesat jemaah tabligh oleh ulama terdahulu BUKAN di buat atas faktor kelemahan pengikutnya (seperti anggapan karkun melayu) tetapi atas dasar pokok ajarannya (kaedah khuruj) di perolehi berdasarkan mimpi pengasasnya.Bukan kerana ada pengikut tabligh yang minum arak atau tengok filem lucah atau kahwin budak bawah umur dan sebagainya.

      silalah tuan layari youtube video muzakarah ulama tabligh deoband vs ulama sunni di india dan pakistan yang telah berlaku sejak dahulu lagi untuk mendapat pencerahan.

      Delete
  8. aku bukanlah org yg boleh digelar karkun,tetapi aku sentiasa melihat pekembangan JT dan aku belajar di pakistan yg mana negara ini mempunyai banyak karkun,aku pernah bertanya kepada guru2ku yg bukan karkun bahkan mereka bnyak mengkritik JT ,namun mereka tdk pernah mendakwa bahawa mereka sesat atau muktazilah..dan itu yang aku lihat tentang mereka,aku menziarahi markaz2 mereka,belum pernah aku melihat mereka melakukan perkara yg bertentangan dgn syariat...guru2ku ada yg mengkritik JT bukan dalam Masalah HUKUM atau AKIDAH tetapi dalam masalah tertib dan cara yg tidak relevan tp tidak sampai tahap yg menyeleweng.tentang fatwa ulamak yg tuan copy dri husam haramain,itu adalah fitnah yg di buat oleh maulana redha khan,pengasas berelwy yg sesat.dan fatwa itu telah di tarik semula....cuba tuan bagi hujjah atau dalil yg mengatakan JT sesat yg lebih jelas dan bukti yg kuat secara ilmiah,sehingga sekarang aku tak dapat lagi bukti yg mengatakan JT sesat....mohon tunjuk ajar..

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih,

      kami telah bagi link ustaz jamaludin abu bakar-mantan senior karkun dalam pengakuan taubatnya itu telah mendedahkan secara detail masalah yang wujud dalam jemaah tabligh.beliau menyedari penyelewengan tafsiran nas-nas agama setelah beliau memasuki pengajian pondok yang pengajian ilmunya berdasarkan kitab-kitab ulama silam secara bertalaqqi dari kulit ke kulit.

      kami rasa tulisan beliau itu sudah memadai untuk membuktikan kesalahan tabligh dari sudut apa sekiranya tuan tidak emosi membacanya.dan kami pun pernah mendengar sendiri sebahagian dari itu melalui bayan yang disampaikan satu ketika dulu.

      berkenaan dengan fatwa sesat dalam husam haramain itu isunya telah lama kami perdebatkan dengan karkun musafir.tuan boleh cari dalam blog ini.secara ringkas kami boleh katakan IA BUKAN FITNAH sebab pihak deobandi sendiri GAGAL mendatangkan dokumen yang mengatakan fatwa itu ditarik balik.SEKADAR CAKAP KOSONG TANPA BUKTI.Kalau tuan tak percaya boleh lawat laman web resmi deoband.org....

      dahulu semua orang islam kagum dan bangga dengan al arqam kerana mampu berpakaian sunnah(serbab,jubah,celak dll)sepanjang masa baik lelaki mahupun wanitanya tetapi setelah terbongkar kepercayaan dan pegangan mereka yang salah itu maka barulah masyarakat tahu penampilan luaran tidak membuktikan seseorang itu benar dan betul.

      melalui pengakuan bertulis ustaz jamaluddin itu nampak gayanya nasib jemaah tabligh hampir sama dengan al arqam tetapi karkun tabligh melayu masih belum terlambat untuk kembali ke pangkal jalan dengan syarat buang sifat taksub dan ego mereka serta mahu menuntut ilmu sebagaimana mantan karkun tabligh itu.

      Delete
  9. aku minta bukti atau hujjah dari tuan sendiri,bukan minta tuan passing kepada org lain,adakah tuan setuju kalau aku katakan pakatan rakyat dah menyelewing disebabkan pengakuan bertulis zul nordin atau zahrin dan aku katakan PAS telah sesat disebabkan pengakuan Hasan Ali sendiri....org boleh tulis apa yang mereka nak tulis .sebagai org yg berilmu tak sepatutnya kita mentah-mentah percaya sebelum kita membuat kajian sendiri .berkenaan dokumen yang mengatakan fatwa itu ditarik balik tu , aku sendiri telah membacanya memang ada,telah di cetak di pakistan,cuma aku tak dapat buktikan pada tuan kerana risalah tu dah hilang,insyaallah aku akan cari dalm bilik bacaan aku,klu jumpa aku akan tunjukkan,cuma ia di tulis dalam b.urdu dan ini bukan SEKADAR CAKAP KOSONG TANPA BUKTI....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau mcm tu perbincangan ini terpaksa Di'hold' - rehat sementara sehingga tuan berjaya mendapatkan bukti tersebut.setuju??

      Delete
  10. KALAU AKU TAK DAPAT JUMPA BUKTI ITU ADAKAH BERMAKNA ULAMA DEOBAND SESAT?KALAU AKU TAK DAPAT BUKTI ITU SO TUAN KENA BERIKAN BUKTI YG KUAT BAHAWA ULAMA DEOBAND SESAT TANPA MENGCOPY HUSAM AL-HARAMAIN,KERANA TUAN YG MENDAKWA SO KE ATAS TUAN BUKTI DAN HUJJAH DAN AKU AKAN SENTIASA MENCARI BUKTI BAHAWA MEREKA ADALAH ULAMA MUKTABAR.....ILALLIQO`

    ReplyDelete
  11. Assalamualaikum...bg pendapat saya yang dhoif ni....biarla orang nak cakap apa pun....ambil lah iktibar dari kisah Luqmanul Hakim & anaknya bersama keldai...dan jangan biasakan diri kita melihat keburukan orang lain..tengaklah & carilah kebaiakn saudara Islam kita wlpun sebesar zarah...selagi kita dok tgk buruk orang...sebanyak itulah najis kekotoran hati kita...
    saya baru pulang dari khuruj fi sabilillah 4Bulan India & Bangladesh...kawan saya (seorang ustaz dr machang,kelantan) sempat pi ziarah Madrasah Deoband & Sharanpur....bukan setakat madrasah tu mghasilkan ulama2 hadith/alim....mereka juga lahirkan student2 ahli zikir...beliau juga sempat ziarah perkampungan Kandahlawi, Uttar Pradesh tempat salasilah Maulana Elyas Rah...
    Jadi..biasakanlah diri/hati kita bersangka baik terhadap org lain...
    Asif jiddan...wassalam

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...