Saturday 30 March 2013

Menjawab Karkun Ibnu Hussain-2

Kepada karkun Ibnu Hussain

Kebanyakan komenter atau soalan yang anda kemukakan itu telah kami jawab pada tulisan kami sejak posting awal lagi yang bertajuk "Tabligh:Satu penilaian semula" dan posting yang menyusul selepas itu.Tapi anda masih degil dan tetap tulis soalan yang berulang seolah-solah kanak-kanak yang baru masuk tadika.

terbaru anda mempersoalkan kelayakan kami bercakap tentang kesesatan tabligh,soal bid'ah,belajar hadith dll.Came on la bro.....cuba matang sikit cara berfikir tu.... 
Semua tulisan kami bersumber dari tulisan para ulama samada fatwa,pengalaman dan kajian dari perlbagai pihak. (yang telah kami sertakan linknya).

apa lagi yang anda tak puas hati??
Atau anda mahu kami bagi bukti(sumber) lain yang menyokong fakta yang kami bentang ini??
seperti ini:




buku yang membicarakan tentang pembahagian Bid'ah dan jenisnya serta sanggahan kepada puak Wahabi
 


Buku asalnya dari bahasa arab tulisan as syahid Dr Said Ramadan al Buti yang menceritakan antara lain pengalaman beliau berdebat dengan puak wahabi salafi di Mesir .




Buku yang menjawab isu salafi wahabi di malaysia
Kami juga membaca buku tulisan tokoh wahabi Malaysia untuk menilai hujjah beliau

 Sebahagian buku berkaitan Fatwa yang ada dalam simpanan kami yang mengulas pelbagai isu .



Sebahagian buku terbitan Jais yang mengupas isu Salafi wahabi dan pegangan sesat mereka


Kesimpulan kami tidak menulis semata-mata pendapat sendiri tetapi mengambil sumber yang asli dan muktabar dalam rangka mendedahkan kebathilan jemaah tabligh.Walaupun masih ada pelbagai buku lain tapi kami rasa cukup yang ini untuk menunjukkan sumber rujukan kami.

Apa yang perlu anda ingat ialah ulama terbahagi 2 kategori iaitu Ulama warasatul anbia vs ulama jahat (Su'k).Jangan di nilai kepada pengajiannya(khatam kutubul sittah dll) atau karamahnya tapi nilai kepada sikapnya adakah sesuai dengan al quran atau as sunnah.Cuba anda ambil contoh ulama yang sokong kebatilan UMNO.Walaupun ilmunya hebat tapi sikapnya yang sokong kebatilan adalah bercanggah dengan syariat islam.

Maka begitulah juga dengan ulama Deobandi yang anda bela sangat tu.Kami tertarik untuk respon soalan yang ditujukan kepada sniper muslim berkaitan kisah pistol tak meletop di Israel.

Orang tabligh menjadikan kisah ini sebagai satu stand(iktikad) untuk mengatakan jemaah tabligh adalah jemaah yang HAQ.Kami sebenarnya geleng kepala dan sedih sekiranya benar kisah tersebut dijadikan landasan untuk mengiktiraf tabligh berada dijalan yang benar.

Sedangkan Nabi ajar kita berpegang kepada al quran dan as Sunnah sebagai stand(iktikad) supaya tidak sesat bukan peristiwa atau karamah.Berkata Imam Abu Yazid al Busthami(seorang wali Allah terkenal) yang artinya, “Kalau kamu melihat seseorang yang diberi keramat sampai ia terbang di udara, jangan kamu tertarik kepadanya, kecuali kalau ia melaksanakan suruhan agama dan menghentikan larangan agama dan membayarkan sekalian kewajiban syari’at”


Kalau kisah pistol tak meletop itu boleh dijadikan hujjah sesuatu kebenaran maka apakah kebenaran seekor anjing yang telah ditembak 40 das tapi masih hidup seperti dalam link ini:
http://melayukini.net/2012/07/subhanallah-anjing-ditembak-40-kali-di-kepala-masih-hidup/

Pandangan kami berkaitan kisah pistol tak meletop itu membuktikan:
1- Soal ajal maut  milik Allah secara mutlak.
2- karkun tabligh itu tidak ada rezeki untuk dapat mati syahid

Sekiranya kisah tersebut di jadikan dalil tabligh benar,maka apa justifikasi kita kepada para sahabat yang terbunuh dalam peperangan Khaibar??
Apa yang kita nak hukum kepada Rasulullah saw yang berdarah kepalanya kerana terkena balingan batu dalam peristiwa Taif dan kecederaan dalam peperangan UHUD??

APAKAH JEMAAH TABLIGH NAK MENGHUKUM NABI SAW TIDAK DI TOLONG OLEH ALLAH??

Monday 25 March 2013

Kajian Kematian Pemimpin Agung




Khulafa al Rasyidin  iaitu Saidina Abu Bakar r.a , Saidina Umar r.a, Saidina Usman r.a dan Saidina Ali r.a serta Umar bin Abdul Aziz Khalifah Ke 6 Bani Umaiyyah adalah contoh para pemimpin yang agung dalam sejarah dunia Islam di muka bumi ini, setelah Rasulullah saw. Merekalah para pemimpin yang disebut oleh Nabi sebagai pemimpin yang mendapatkan bimbingan Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan utuh dan adil terhadap rakyatnya. Keadilannya, tidak pernah dijumpai dalam sejarah hidup pemimpin manapun di muka bumi ini.

Tetapi mereka semua meninggalkan kita dengan cara yang amat menghayat hati dan tragis sekali, termasuklah baginda Rasulullah saw yang juga tidak terlepas dari dugaan khianat oleh kaum Yahudi yang amat membenci baginda dan menjadi kaum pembunuh kepada nabi-nabi yang lain. Berikut adalah suatu kupasan autopsi siri kematian mereka satu per satu dalam rakaman sejarah Islam.

Rasulullah SAW Wafat Akibat Racun Yahudi

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata, “Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda di kala sakit yang berakhir dengan wafatnya Baginda :
يَا عَائِشَةُ، مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِى أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ، فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهَرِى مِنْ ذَلِكَ السَّمِّ
‘Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit karena makanan  yang aku cicipi di perang Khaibar. Dan, inilah saatnya bagiku merasakan terputusnya urat nadiku karena racun itu’.
 (Shahih al-Bukhari)

Setelah menyantap daging kambing beracun itu, Baginda masih bertahan hidup sampai tiga tahun, hingga Baginda merasakan sakit yang menyebabkan beliau wafat. Sedang perempuan Yahudi yang menghadiahkan daging kambing beracun itu masuk Islam setelah ia bertanya, “Siapa yang memberitahumu?” Dan, ia mendapat jawaban dari Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bahwa daging kambing beracun itulah yang memberitahu beliau. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam memaafkannya terlebih dahulu, kemudian membunuhnya sebagai qishash atas meninggalnya Bisyr bin Barra’ ra. Dalam hal ini, ada hadits shahih yang sanadnya bersambung (kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam), bahwa sebab wafatnya Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam adalah karena pengaruh racun. Diriwayatkan dari Abu Salamah ra, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersedia menerima sedekah, tetapi tidak bersedia menyantapnya.

Karenanya, seorang perempuan Yahudi menjadikan pemberiannya kepada beliau sebagai hadiah, yakni berupa seekor kambing panggang yang telah ia taburi racun. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam menyantap daging kambing itu sedikit dan orang-orang turut makan bersama Baginda. Namun, Baginda bersabda, ‘Tahan tangan kalian, sebab kambing itu memberitahuku bahwa ia telah ditaburi racun.’ Akibatnya, Bisyr bin Barra’ bin Ma’rur, seorang sahabat Anshar, meninggal. Maka, beliau memanggil perempuan Yahudi itu dan bertanya, ‘Apa yang mendorongmu melakukan ini?’ Ia menjawab, ‘Bila kamu seorang nabi, tentu tindakanku ini tidak akan membahayakanmu; tetapi jika kamu seorang raja, maka aku telah menyelamatkan orang-orang darimu.’ Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam memerintahkan agar perempuan itu dibunuh.

Kemudian Baginda bersabda di kala sakit yang berakhir dengan wafatnya , ‘Aku masih merasakan sakit akibat makanan yang aku makan di Khaibar dahulu . Inilah saatnya aku merasakan terputusnya urat nadiku’.”

Ibunda Bisyr berkata kepada Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam di kala Baginda sakit yang berakhir dengan wafatnya, “Menurut engkau apa gerangan penyebab sakitmu, wahai Rasulullah? Sungguh, aku tidak menaruh curiga atas kematian anakku, kecuali kepada daging kambing beracun yang ia makan bersama engkau di Khaibar.” Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam bersabda, “Aku pun tidak menaruh curiga kecuali kepada daging kambing beracun itu. Inilah saatnya urat nadiku terputus.”

Ibnu Katsir Rahimahullah memastikan bahwa Nabi Shallallahu ’Alaihi Wasallam meninggal sebagai syahid. Ia menukil, “Kaum muslimin berpandangan bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam meninggal sebagai syahid, selain kemuliaan yang Allah limpahkan kepada beliau berupa kenabian.” Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata, “Sekiranya aku bersumpah sembilan kali untuk menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam wafat karena terbunuh, itu lebih aku sukai daripada aku bersumpah sekali untuk menyatakan bahwa beliau tidak terbunuh. Yang demikian itu, karena Allah telah mengangkat beliau sebagai nabi sekaligus sebagai syahid.”

Saidina Abu Bakar r.a Mati Diracun oleh Yahudi

Para ulama berbeza pendapat tentang penyebab kematian Abu Bakar ra. Ada yang berpendapat bahwa sebab kematian Abu Bakar adalah sakit yang disebabkan oleh karena beliau mandi pada cuaca yang sangat dingin.

Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Abu Bakar meninggal karena diracun oleh Yahudi setahun sebelum wafatnya. Sebagaimana yang bisa kita baca dalam kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari.
As-Suyuthi berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kildah makan makanan yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. al-Harits berkata: Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulillah. Demi Allah di makanan ini ada racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan mati pada satu hari yang sama.
Abu Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”

Untuk menguatkan riwayat ini, as-Suyuti menukil pernyataan ulama ternama asy-Sya’bi. As-Suyuti berkata: Al-Hakim meriwayatkan dari Sya’bi, dia berkata, “Apa yang kita harapkan dari dunia yang hina ini. Telah diracun Rasulullah, demikian pula Abu Bakar.”
Setelah itu, as-Suyuti menyebutkan pendapat kedua. Di mana al-Waqidi dan al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “Permulaan sakitnya Abu Bakar yaitu dia mandi pada Hari Senin 7 Jumadil Akhir. Saat itu cuaca sangat dingin. Hal itu menyebabkannya demam selama 15 hari. Sehingga tidak bisa keluar untuk shalat. Dan wafat pada malam Selasa 8 malam yang terakhir di Bulan Jumadil Akhir tahun 13 dalam usia 63 tahun.”
Para ulama sejarah memperbincangkan kedua penyebab ini. Masing-masing mencuba mengambil yang dianggapnya lebih kuat. Atau seperti as-Suyuti yang menyebutkan kedua pendapat sekaligus.

Jika kita mengambil pendapat pertama yaitu sebab diracun, maka ini semakin menambah panjang daftar kematian pemimpin adil dengan cara mengenaskan. Kalau kita mengambil pendapat yang kedua yaitu sebab sakit, maka seakan sejarah Abu Bakar ingin mengatakan bahwa hanya dia dari 4 khulafaur rasyidin yang meninggal karena sakit. Tetapi 3 pemimpin adil lainnya harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.

Saidina Umar r.a Mati Ditikam oleh Majusi

Pagi itu bukan hanya Umar yang ditusuk oleh Abu Lu’luah. Tetapi ada 13 orang lainnya. Dari mereka, 7 meninggal. Penusukan yang telah disasarkan oleh Abu Lu’luah yang beragama majusi berdasarkan dendam terhadap Umar dan juga muslimin.

DR. Ali Muhammad ash-Solabi mengatakan bahwa bukti kuat kalau Abu Lu’luah bukan hanya memiliki dendam pribadi kepada Umar tetapi juga kepada muslimin adalah dia menusuk 13 muslimin yang sedang berjamaah Shalat Shubuh. “Kalaulah benar Umar telah berbuat dzalim kepadanya, tetapi apa dosa para shahabat yang dia tusuk. Dan aku berlindung kepada Allah menyebut Umar sebagai orang dzalim,” begitu Ali ash-Solabi menjelaskan (Umar bin Khattab h. 644)

Abu Lu’luah adalah budaknya Mughirah bin Syu’bah. Di mana dia digaji setiap harinya 4 Dirham dengan kemampuannya sebagai seorang pembuat alat penggiling.

Sejarah menyebutkan bahwa dendam pribadi Abu Lu’luah ketika dia kecewa dengan keputusan Umar yang dirasa tidak adil saat dia mengadukan tuannya Mughirah. “Semua merasakan keadilannya (Umar), kecuali saya,” kata Abu Lu’luah.

Suatu saat Umar berkata, “Saya diancam oleh seorang budak.” Kalimat diucapkan setelah Abu Lu’luah berbicara kepada Umar, “Saya akan buatkan ‘alat penggilingan untukmu yang akan menjadi pembicaraan manusia.”
Maka, dia membuat senjata khusus untuk membunuh Umar. Sebuah pisau berkepala dua dengan pegangan di tengahnya yang telah dibubuhi racun. Umar mendapatkan 6 tusukan, salah satunya di bawah pusarnya.

Menjelang kematiannya, Umar diberitahu bahwa yang menusuknya adalah seorang majusi yang bernama Abu Lu’luah. Umar pun berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang yang mengaku muslim.”

Saidina Usman r.a Mati dibunuh oleh Para Pemberontak

6 tahun pertama pemerintahan Utsman adalah pemerintahan yang begitu menyenangkan dan mententeramkan seluruh manusia. Utsman yang lembut bertemu dengan kelanjutan kebijakan adil zaman Umar merupakan penyebab keamanan itu.
6 tahun kedua pemerintahannya, adalah merupakan tahun-tahun sulit penuh fitnah. Bahkan fitnah itu melebar hingga ke zaman kita dan sungguh tidak mudah dihurai oleh masyarakat awam.
 
DR. Ali Muhammad ash-Sholabi (Utsman ibn Affan h. 146, MS) menukil dari ath-Thabari dalam Tarikh al-Umam w al-Muluk dan Ibnu al-Atsir dalam al-Kamil fi al-Tarikh keberadaan penggerak di balik layar fitnah yang ditujukan kepada Utsman. Orang itu adalah Abdullah bin Saba’, seorang yahudi dari Yaman yang berkeliling kota-kota Islam dari Hijaz, Bashrah, Kufah dan Syam untuk menyebarkan fitnah seputar Utsman. Tetapi dia gagal total. Hingga saat dia pergi ke Mesir, di sanalah fitnah itu mendapatkan pendukungnya. Dan menyebarlah fitnah itu…

Kelembutan Utsman, membuat fitnah begitu mudah bermaharajalela tanpa penghalang . Berbagai tuduhan merebak liar di kota-kota utama muslimin saat itu. Hingga para pemberontak itu pun menuju kota Madinah untuk menurunkan Utsman dari jabatannya. Ratusan orang berangkat ke Madinah dan mengepung rumah Utsman. Sekitar 40 hari Utman dikepung, dimulai dari bulan Syawal 35 H. Hingga air pun mereka halangi untuk masuk ke rumah Utsman. Berbagai upaya para sahabat dan anak-anak mereka untuk melindungi Utsman tidak berdaya di hadapan tidak kurang dari 600 orang itu.

Hingga pada Waktu Asar di Hari Jum’at 8 Dzulhijjah 35 H, para pemberontak itu berhasil masuk ke dalam rumah Utsman melalui pintu lain. Kening Utsman ditusuk, bagian bawah telinganya ditusuk hingga masuk ke kerongkongan, kemudian pedang dihayunkan untuk menebas Utsman, robohlah Utsman dan melompatlah Amr bin Hamaq menindih dada Utsman dengan menghunjamkan 9 tusukan lagi.

Utsman pun syahid, persis seperti yang pernah disampaikan oleh Rasul saw saat beliau masih hidup. Mushaf yang sedang dibacanya, menjadi saksi bisu akan kebiadaban para pembunuh itu. Darah mengalir di atas Surat al-Baqarah yang sedang dibacanya.
Tak cukup hanya membunuh Utsman, mereka pun merompak harta yang ada di rumah Utsman. Perilaku sangat biadab.

Para shahabat terkejut. Ali bin Abi Thalib ra marah. Hingga dia mendatangi kedua putranya Hasan dan menamparnya, juga Husain dan memukul dadanya, “Bagaimana Amirul Mukminin bisa terbunuh, padahal kalian menjaga pintunya?”

Ali ra mendatangi rumah Utsman. Para pemberontak itu ingin membaiat Ali. Tapi Ali dengan marah berkata, “Demi Allah, saya malu membaiat orang-orang yang telah membunuh Utsman. Dan saya malu kepada Allah, dibaiat sementara Utsman belum dikubur.”

Mereka yang menghalalkan darah Utsman dinyatakan oleh para ulama sebagai kafir. Sementara yang tidak menghalalkan tetapi ikut berperanan serta dalam kematian Utsman dinyatakan sebagai fasik (Utsman ibn Affan, ash-Sholabi, h. 186, MS). Sumber fitnah adalah Yahudi yang menyusup ke dunia Islam untuk mengacaukan ketenteraman dan kemakmuran muslimin serta kemajuan Islam.

Saidina Ali ra Mati Dibunuh Orang Khawarij

Kelompok khawarij adalah sekte sesat di tubuh muslimin yang merasa benar dan dekat dengan Allah serta mengkafirkan muslimin lainnya yang tidak sepaham dengan mereka, hingga para sahabat seperti Ali sekalipun. Kelompok ini telah diingatkan oleh Nabi saw saat beliau masih hidup. Pemahaman yang dangkal yang berbalut semangat taksub adalah penyebabnya. Secara zahir, mereka sangat meyakini sebagai seorang muslim dengan ibadah-ibadah yang mereka lakukan. Tetapi hakikatnya mereka adalah kelompok sesat.
Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib, kelompok ini diperlakukan dengan sangat bijak oleh Ali. Dialog ilmiah dibangun dengan sangat baik oleh Ali, hingga keputusan yang sangat ilmiah dan tidak terbawa emosi. Tetapi saat mereka menumpahkan darah, menginiaya masyarakat muslim dan merompak, terpaksa Ali sebagai pemimpin negara harus melakukan perlawanan. Perang Nahrawan pun meletus antara Ali dan kaum khawarij.

Sesungguhnya saat Ali mengetahui kaum khawarij telah melakukan keganasan, dia tidak langsung memerangi tetapi meminta agar mereka menyerahkan para pembunuh untuk dihukum.Tetapi mereka justru berkata: kami semua pembunuhnya. Maka Ali pun membawa pasukan yang semula hendak dibawa ke Syam, untuk memerangi kaum Khawarij di Nahrawan pada Bulan Muharram 38 H.

Perang Nahrawan, benar-benar meninggalkan luka yang sangat dalam di hati orang-orang khawarij. Dari seribu pasukan yang mereka miliki, tidak ada yang tersisa kecuali hanya sekitar 10 orang yang lari dari medan perang. Sementara dari pihak Ali korbannya sekitar 12 orang. (Lihat: Ali ibn Abi Thalib, ash-Shalabi, 2/351-356, MS)

Dendam kaum khawarij tidak mati. Pertemuan rahasia antara 3 orang khawarij (Abdurahman bin Muljam, Burak bin Abdillah, Amr bin Bakr at-Taimi) membicarakan keadaan negara dan balas dendam mereka atas kematian teman-teman mereka di perang Nahrawan. Mereka sepakat untuk membunuh orang-orang yang mereka anggap sebagai pemimpin kafir; Abdurahman bin Muljam akan membunuh Ali bin Abi Thalib, Burak akan membunuh Muawiyah dan Amr bin Bakr akan membunuh Amr bin Ash.
Pada Hari Jum’at Subuh di Bulan Ramadhan 40 H, Abdurahman bin Muljam beserta teman-temannya yang telah bersembunyi semalaman mencuba membunuh Ali.

Pedang Abdurahman bin Muljam meninggalkan luka sangat serius di kepala Ali.Tabib Atsir bin Amr as-Sukuni menyatakan bahwa lukanya sudah tidak mungkin diubati dan akan menyebabkan kematian. Ali hanya bertahan 3 hari setelah terluka itu dan kemudian meninggal pada tanggal 21 Ramadhan 40 H. (Lihat: Ali ibn Abi Thalib, ash-Shalabi, 3/188-194, MS)

Umar bin Abdul Aziz Mati Diracun oleh Seteru Politiknya

Umar bin Abdul Aziz yang mengagumkan. Kepemimpinan dan karya peradabannya belum pernah ada yang bisa menyainginya. Hanya dalam 29 bulan, negera menjadi makmur, sejahtera dan keadilan ditegakkan. Setelah kemiskinan bermaharajalela, kerakusan penguasa dan kedzaliman selalu menimpa rakyat jelata.
Semua rakyat senang. Negeri muslim yang sangat besar ketika itu sangat berbahagia di bawah pemimpin adil Umar bin Abdul Aziz. Tetapi ada yang tidak senang. Ada yang marah. Mereka adalah para mantan kakitangan istana sebelum Umar bin Abdul Aziz ambil alih. Mereka dulu menikmati dunia dan harta kemewahan dengan luar biasa di atas air mata dan darah rakyat.

Di zaman Umar bin Abdul Aziz, para pembesar  Bani Umayyah itu benar-benar mati kutu. Tidak bisa korupsi. Mereka harus mengembalikan semua harta, tanah dan kedzaliman yang selama ini mereka lakukan terhadap rakyat. As-Suyuthi (Tarikh khulafa’ 1/215, MS) dan Ali ash-Shalabi (Umar ibn Abdil Aziz, 4/198, MS) menyebutkan bahwa penyebab kematian Umar bin Abdul Aziz adalah diracun oleh bekas pegawai politik khalifah sebelumnya.

Imam Mujahid berkata: Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada saya: Apa pendapat masyarakat tentang keadaan saya sekarang?
Mujahid: Mereka berkata bahwa Anda terkena sihir.
Umar: Saya tidak terkena sihir. Tetapi saya sungguh tahu bila saya diracun.
Umar kemudian memanggil seorang pembantunya (seorang budak) dan berkata kepadanya: Celakalah dirimu, mengapa kamu memberiku racun?
Pembantu itu berkata: Seribu dinar dan dibebaskan dari perbudakan.
Umar: Berikan ke saya wangnya.
Pembantu itu memberikan wang dan Umar bin Abdul Aziz menyerahkannya ke Baitul Mal. Dan Umar berkata kepada pembantunya: Pergilah ke tempat yang tidak dilihat seseorang.


Kesimpulannya

Abu Bakar ra dalam sebuah riwayat meninggal karena diracun oleh yahudi. Umar bin Khattab ra meninggal karena ditusuk oleh Majusi. Usman bin Affan ra meninggal dibantai oleh orang kafir dan muslim fasik. Ali bin Abi Thalib ra meninggal dengan pedang tokoh kelompok sesat khawarij.Umar bin Abdul Aziz ra meninggal diracun oleh seteru politik yang marah. Rasulullah SAW wafat juga karena sakit yang disebabkan oleh racun yahudi

Kemunculan pemimpin agung ini harus diusahakan terus. Dicari di tumpukan tunasnya, walau hanya sekecil jarum. Apalagi hari ini, ketika pencarian masyarakat islam terbentuk tembok kekecewaan Dicerminkan pada sikap apatis terhadap semua bentuk pemilihan pemimpin. Karena mereka telah kecewa. Harapan yang muncul seperti tunas yang baru tumbuh, dihentam oleh badai dusta. Tak tersisa. Siapapun yang akan muncul menjadi pemimpin agung, apalagi di tengah kumuhnya sistem dan kepimpinan. 

Tulisan ini mudah-mudahan memberikan bibit-bibit mula bagi kemunculan pemimpin agung yang akan berulang di sepanjang sejarah.

Saturday 23 March 2013

Allah Mengangkat Ilmu Dengan Mematikan Ulama



Sidang pembaca yang dirahmati Allah

Kita telah kehilangan sebutir lagi permata berharga apabila seorang ulama terbaik zaman kini telah menemui ajalnya sebagai syuhada dalam serangan oleh pihak yang belum di kenal pasti.Al'alim Al`Allamah Asy Syaikh Said Ramadlan Al Buthi rahimahullahuta'ala ketika beliau mengisi Ta’lim di Masjid Al Iman di Kota Damsyiq, Syria, selepas maghrib Khamis, 21 Mac 2013. Beliau Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi adalah salah seorang tokoh ulama dunia yang menjadi sumber rujukan masalah-masalah keagamaan.

Ketika kritikan terhadap tradisi Maulid dan zikir berjama’ah, misalnya, dilontarkan para pendakwa “muslim sejati”, al-Buthi hadir menjawab kritikan itu. Malah, dalil yang digunakan sama sepertimana dalil yang diperhujahkan para pengkritik itu.

Pada sisi lainnya, beliau juga mengkritik dengan tajam pola pemikiran Barat. Hujah-hujahnya membuat stereotip yang negatif terhadap Islam dan ketimuran pun luput.

Siapakah tokoh ulama kontemporer yang begitu alim ini? Sa’id Ramadhan Al-Buthi lahir pada tahun 1929 di Desa Jilka, Pulau Buthan (Ibn Umar), sebuah kampung yang terletak di bagian utara perbatasan antara Turki dan Iraq. Beliau  berasal dari suku Kurdi, yang hidup dalam tekanan kekuasaan Arab Iraq selama berabad-abad.

Bersama ayahnya, Syaikh Mula Ramadhan, dan anggota keluarganya yang lain, Al-Buthi berhijrah ke Damsyiq pada ketika umurnya memasuki empat tahun. Ayahnya merupakan figure yang amat dikaguminya.

Pendidikan daripada sang ayah sangat membekas dalam kehidupan intelektualnya. Ayahnya memang dikenal sebagai seorang ulama besar di Damsyiq. Bukan saja pandai mengajar murid-murid dan masyarakat di kota Damsyiq, Syaikh Mula juga seorang ayah yang memberikan sepenuhnya perhatian dan tanggung jawab bagi pendidikan anak-anaknya.

Dalam karyanya yang mengupas biografi kehidupan sang ayah, Al-Fiqh al-Kamilah li Hayah asy-Syaikh Mula Al-Buthi Min Wiladatihi Ila Wafatihi, Syaikh Al-Buthi mengurai awal perkembangan Syaikh Mula dari masa kanak-kanak hingga masa remaja ketika turut berpe-rang dalam Perang Dunia Pertama. Kemudian menceritakan pernikahan ayah¬nya, berangkat haji, hingga berhijrah ke Damsyiq, yang kemudian harinya menjadi titik awal kehidupan baru bagi keluarga asal Kurdi itu.

Masih dalam karyanya ini, Al-Buthi menceritakan kesibukan ayahnya dalam belajar dan mengajar, menjadi imam dan berdakwah, pola pendidikan yang diterapkannya bagi anak-anaknya, ibadah dan kezuhudannya, kecintaannya kepada orang-orang salih yang masih hidup maupun yang telah wafat, hubungan baik ayahnya dengan para ulama Damsyiq di masa itu, seperti Syaikh Abu Al-Khayr Al-Madani, Syaikh Badruddin Al-Hasani, Syaikh Ibrahim Al-Ghalayayni, Syaikh Hasan Jabnakah, dan lainnya, yang menjadi mata rantai tabarruk bagi Al-Buthi. Begitu besarnya atsar (pengaruh) dan kecintaan sang ayah, hingga Al-Buthi begitu terpacu untuk menulis karyanya tersebut.




Dari Damsyiq ke Kaherah

Sa’id Ramadhan Al-Buthi muda menyelesaikan pendidikan menengahnya di Institut At-Tawjih Al-Islami di Damsyiq. Kemudian pada tahun 1953 ia meninggalkan Damsyiq untuk menuju Mesir demi melanjutkan studinya di Universiti Al-Azhar. Dalam tempoh dua tahun, beliau berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1 di bidang syari’ah. Pada tahun berikutnya di Universiti yang sama, ia mengambil kuliah di Fakulti Bahasa Arab hingga lulus dalam waktu yang cukup singkat dengan sangat memuaskan dan mendapat izin mengajar bahasa Arab.

Kemahiran Al-Buthi dalam bahasa Arab tak diragukan. Sekalipun bahasa ini adalah bahasa ibu orang-orang Arab seperti dirinya, sebagaimana bahasa-bahasa terkemuka dalam khazanah peradaban dunia, ada orang-orang yang memang dikenal kepakarannya dalam bidang bahasa, dan Al-Buthi adalah salah satunya yang menguasai bahasa ibunya tersebut. Di samping itu, kecenderungan kepada bahasa dan budaya membuatnya senang untuk menekuni bahasa selain bahasa Arab, seperti bahasa Turki, Kurdi, bahkan bahasa Inggeris.

Lulusnya dari Al-Azhar, Al-Buthi kembali ke Damsyiq. Ia diminta untuk membantu mengajar di Fakulti Syari’ah pada tahun 1960, hingga berturut-turut menduduki jabatan pentadbiran, bermula dari pengajar tetap, menjadi wakil dekan, hingga menjadi dekan di fakulti tersebut pada tahun 1960.



Barisan Ulama yang setia bersama-sama al-Syahid al-Buti melawan konspirasi jahat pihak asing terhadap Syria


Lantaran keluasan pengetahuannya, beliau diberi kepercayaan untuk memimpin sebuah lembaga penyelidikan theologi dan agama-agama di Universiti yang berpusat di Timur Tengah itu.

Tak lama kemudian, Al-Buthi dipilih pimpinan rektorat kampusnya untuk melanjutkan program doktoral bidang usul syari’ah di Al-Azhar hingga lulus dan berhak mendapatkan gelaran doktor di bidang ilmu-ilmu syari’ah.

Aktivitinya sangat padat. Beliau aktif mengikuti pelbagai seminar dan persidangan peringkat antarabangsa di pelbagai negara di Timur Tengah, Amerika, mahupun Eropa. Hingga sebelum kematian beliau, masih menjawat jawatan sebagai salah seorang anggota di lembaga peneli-tian kebudayaan Islam Kerajaan Jordan, anggota Majlis Tertinggi Penasihat Yayasan Thabah Abu Dhabi, dan anggota di Majlis Tinggi Senat di Universiti Oxford Britain.

Penulis yang Sangat Produktif

Al-Buthi adalah seorang penulis yang sangat produktif. Karyanya menca¬pai lebih dari 60 buah, meliputi bidang syari’ah, sastra, falsafah, sosial, masalah-masalah kebudayaan, dan lain-lain. Beberapa karyanya yang dapat disebutkan di sini, antara lain, Al-Mar‘ah Bayn Thughyan an-Nizham al-Gharbiyy wa Latha‘if at-Tasyri’ ar-Rabbaniyy, Al-Islam wa al-‘Ashr, Awrubah min at-Tiqniyyah ila ar-Ruhaniyyah: Musykilah al-Jisr al-Maqthu’, Barnamij Dirasah Qur‘aniyyah, Syakhshiyyat Istawqafatni, Syarh wa Tahlil Al-Hikam Al-‘Atha‘iyah, Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah, Hadzihi Musykilatuhum, Wa Hadzihi Musykilatuna, Kalimat fi Munasabat, Musyawarat Ijtima’iyyah min Hishad al-Internet, Ma’a an-Nas Musyawarat wa Fatawa, Manhaj al-Hadharah al-Insaniyyah fi Al-Qur‘an, Hadza Ma Qultuhu Amama Ba’dh ar-Ru‘asa‘ wa al-Muluk, Yughalithunaka Idz Yaqulun, Min al-Fikr wa al-Qalb, La Ya‘tihi al-Bathil, Fiqh as-Sirah, Al-Hubb fi al-Qur‘an wa Dawr al-Hubb fi Hayah al-Insan, Al-Islam Maladz Kull al-Mujtama’at al-Insaniyyah, Azh-Zhullamiyyun wa an-Nuraniyyun.



 Gaya bahasa Al-Buthi istimewa dan menarik. Tulisannya kaya dengan tema-tema yang dibawanya. Tulisannya tidak tersasar dan keluar dari akar permasalahan dan kaya akan sumber-sumber rujukan, terutama dari sumber-sumber rujukan yang juga diambil lawan-lawan debatnya.

Akan tetapi bahasanya ada kalanya tidak dapat dipahami dengan mudah oleh kalangan bukan pelajar, disebabkan unsur falsafah dan mantiq, yang memang merupakan kepakarannya. Oleh kerana itu, majlis dan halaqah yang diasakannya di pelbagai tempat keramaian kota Damsyiq menjadi sarana untuk memahami karya-karyanya.

Walau demikian, sebagaimana dituturkan pecinta Al-Buthi, di samping mampu membedah logik, kata-kata Al-Buthi juga sangat menyentuh hati, sehingga mampu membuat pembacanya berurai air mata.

 Pembela Mazhab yang Empat

Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi membina halaqah pengajian di masjid Damsyiq dan beberapa masjid lainnya di sekitar kota Damsyiq, yang dijalankan hampir setiap hari. Majlis yang dipimpinnya selalu dihadiri ribuan jama’ah, laki-laki dan perempuan.

Selain mengajar di berbagai pusat pengajian, beliau juga aktif menulis di berbagai media massa tentang tema-tema keislaman dan hukum yang asing, di antaranya berbagai pertanyaan yang diajukan kepadanya oleh para pembaca. Ia juga menyemarakkan program dialog keislaman di beberapa stesyen televisyen dan radio di Timur Tengah, seperti di Iqra‘ Channel dan Ar-Risalah Channel.

Tokoh Pembela Ahlu Sunnah Waljamaah

Dalam hal pemikiran, Al-Buthi dianggap sebagai tokoh ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang lantang membela konsep-konsep Mazhab yang Empat dan aqidah Asy’ariyah, Maturidiyah, Al-Ghazali, dan lain-lain, dari serangan pemikiran dan pengkafiran sebahagian golongan yang menganggap hanya merekalah yang benar dalam hal agama (baca: Salafi Wahabi). Berbekal pengetahuannya yang amat mendalam dan diakui berbagai pihak, beliau masak dengan berbagai permasalahan yang timbul dengan fatwa-fatwanya yang bertabur hujah dari sumber yang sama yang untuk dijadikan dalil para lawan debatnya. Hujah-hujah Al-Buthi juga menyejukkan bagi yang benar-benar ingin memahami pemikirannya.

Al-Buthi bukan hanya seorang yang pandai di bidang syari’ah dan bahasa, ia juga dikenal sebagai ulama Sunni yang multidisiplin. Beliau terkenal dengan kealiman dalam ilmu falsafah dan aqidah, hafizh Qur’an, menguasai ulumul Qur’an dan ulumul hadis dengan cermat. Sewaktu beliau melakukan kritikan keatas pemikiran falsafah materialisme Barat, di sisi lain beliau juga melakukan pembelaan atas ajaran dan pemikiran mazhab fiqih dan aqidah Ahlussunnah, terutama terhadap tuduhan kelompok yang menisbahkan dirinya sebagai golongan Salafiyah dan Wahabiyah.

Dalam hal yang disebut terakhir, ia menulis dua karya yang meng-counter berbagai tuduhan dan dakwaan-dakwaan mereka, yakni kitab berjudul Al-Lamazhabiyyah Akbar Bid’ah Tuhaddid asy-Syari’ah al-Islamiyyah dan kitab As-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah wa Laysat Mazhab Islamiyy. Begitu pula hubungannya dengan gerakan-gerakan Islam seperti Ikhwanul Muslimin Syria yang kelihatan kurang baik, tentunya dengan berbagai perbezaan pandangan, yang menjadikan ketidaksetujuannya itu kelihatan dalam sebuah karya yang berjudul Al-Jihad fi al-Islam, yang terbit pada tahun 1993.


Tawassuth

Di era 1990-an, Al-Buthi telah menampakkan keintelektualannya dengan menggunakan sarana media informasi, seperti televisyen dan radio. Ini demi membawa pemikiran-pemikirannya yang tawassuth (pertengahan) di tengah gerakan-gerakan fundamentalisme Islam yang muncul.

Sayangnya, disebabkan keakrabannya dengan penguasa politik Syria saat itu, Hafizh Al-Asad, menimbulkan sikap dingin di kalangan pemerhati politik. Namun pendekatannya itu menjadi wadah politik Syria dalam menyokong perjuangan Hamas (Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah) dalam menghadapi ancaman Israel, sekalipun beberapa pandangannya dicemuh beberapa pihak.

Walaupun di usia yang semakin senja, Syaikh Al-Buthi masih tetap menulis, samada melalui websitenya yang sendiri mahupun beberapa media massa dan elektronik lainnya. Betapa besar harapan umat ini, khususnya kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah, menanti karya-karyanya yang lain terlahir, untuk memenuhi dahaga ilmu yang tak pernah habis-habisnya. 

Di mata beberapa ulama dan ustadz-ustadz yang pernah menimba ilmu di Syria, saat ini Al Buthi lebih dikenal sebagai tokoh ulama sufi dibanding tokoh pergerakan. Buku-buku karya Al Buthi banyak beredar di Indonesia dan karyanya banyak menjadi rujukan. Salah satu bukunya berisi kritik terhadap gerakan kelompok Salafy Wahabi berjudul Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarakah La Mazhab Islami.



 Kata Al-Habib Ali-Al-Jufri "Aku telah menelefonnya dua minggu lepas dan beliau (Dr Ramadhan Al-Buti) berkata pada akhir kalamnya: "Tidak tinggal lagi umur bagi aku melainkan beberapa hari yang boleh dikira. Sesungguhnya aku sedang mencium bau syurga dari belakangnya. Jangan lupa wahai saudaraku untuk mendoakan aku" 

Pada beberapa hari sebelum kewafatannya, beliau berkata "Setiap apa yang berlaku padaku atau yang menuduhku daripada ijtihadku, maka aku harap ia tidak terlepas dari ganjaran ijtihad" (yang betul mendapat dua ganjaran dan yang tidak mendapat satu ganjaran). Semoga Allah senantiasa memberikan ampunan dan Rahmat yang agung kepada beliau, amiin. Rahimahullah ya Syaikhul Syuhada'..

Adalah suatu kedustaan jika ada pihak menambah kata-kata Habib Ali al-Jufri perihal perbicaraannya dengan al-Syahid Dr. Ramadhan menyokong konspirasi kuasa asing ke atas Syria. Lihat juga (link), khutbah terakhir al-Buti (link), respon Mufti Syria (link), dan fatwa seorang Ulama yang mendorong pembunuhan al-Buti (link) serta tuduhan keji seorang Ulama Saudi terhadap al-Buti (link). Adalah perlu jelas di sini, beliau sama sekali tidak bersama dengan kemungkaran rejim diktator Basyar, akan tetapi beliau lebih cenderung untuk menolak campur tangan kuasa asing terhadap Syria.


Al Fatehah.............amin

sumber: http://faizassyirazi.blogspot.com/2013/03/menyoroti-biografi-al-allamah-dr-said.html

Friday 15 March 2013

Satu kajian Kritis: kekuatan dalam islam

Sidang pembaca yang dirahmati Allah
Pastinya dikalangan kita biasa mendengar kisah doanya Rasulullah Salallahu alaihi wassallam yang berbunyi: “Ya Allah, Islamkan salah satu diantara dua ‘Umar”, atau “Ya! Allah engkau kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari dua Umar”…iaitu Umar bin Khattab dan ‘Amru bin Hisyam (Abu Jahal).Lalu Allah mentakdirkan Saidina Umar al Khattab ra menganut islam.

Timbul persoalan yang perlu dipertanyakan iaitu kenapa Rasulullah saw perlu kepada kekuatan individu atau manusia??
Tidak cukupkah Allah dan para malaikat sebagai sumber kekuatan??
Tidak cukupkah pergantungan Nabi saw hanya kepada Allah untuk membantu dan menguatkan seruan risalah islam??
Jika soalan ini ditanya kepada orang tabligh ,adakah sesiapa yang boleh memberi jawapannya??
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...