Saturday 26 January 2013

Tidak Salah Memohon Kekuasaan Politik...



"Sesungguhnya manusia itu Kami telah memberi kekuasaan kepadanya (Zul Qarnain) di (Muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala Sesuatu". (Al-Kahfi: 84).

Ayat di atas dan ayat Anugerah kekuasaan kepada para Nabi pilihan Allah swt lainnya cukup menjadi Bukti dan argumentasi yang Kuat untuk menjawab mispersepsi atau miskonsepsi yang masih Hadir di tengah-tengah Umat bahwa kekuasaan sangat bertentangan dengan dakwah. Kekuasaan adalah Simbol kediktatoran dan kezaliman Rasad, sedangkan dakwah adalah Rasad keteladanan dan Simbol kasih sayang.

Persepsi negatif ini wajar muncul karena beberapa orang bisa jadi majoriti orang yang diberi peluang untuk berkuasa ternyata tidak mampu memanfaatkan kekuasaan itu untuk kemaslahatan dan kesejahteraan bangsa. Malah sebaliknya, kekuasan itu dimanfaatkan untuk mempekaya diri dan justifikasi tindakan kesewenangannya.

Di sisi lain, ada sekelompok orang yang memiliki cita-cita luhur menyebarkan kemasalahatan dan kesejahteraan kepada semua pihak, namun tidak dapat merealisasikannya karena tidak memiliki alat kekuasaan (kuasa).

Dua realiti yang menggejala di tengah umat ini tentunya tidak bisa dijadikan alasan menyalahkan kekuasaan atau memaksakan kekuasaan. Kehadiran kekuasaan dalam konteks dakwah, merupakan sunnatullah yang pernah berlaku kepada umat terdahulu, Sebaliknya melalui manusia unggul pilihan Allah swt, yaitu para Nabi dan hamba-hamba-Nya yang shalih.

Tentu, Anugerah kekuasaan yang Allah swt sediakan kepada salah seorang dari hamba-Nya yang sholeh tidak bisa dilepaskan dari misi dakwah menyebarkan Ajaran Islam dan menegakkannya di tengah-tengah Umat Manusia.

Zul Qarnain yang diabadikan namanya pada ayat di atas merupakan figur penguasa yang sekaligus aktivis dakwah. Ia mampu merealisasikan dakwah dan kekuasaan secara bersamaan. WALAUPUN dengan kekuasaan yang dimilikinya, ia mampu menghadirkan kemajuan dan kemaslahatan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Al-Qur'an menyuguhkan supersoulmate prestasi POSITIF Zul Qarnain dalam bidang dakwah dengan kekuasaan yang diraihnya dalam surah Al-Kahfi: 83-98.

Pengabadian supersoulmate dakwah dan kekuasaan Zul Qarnain oleh Al-Qur'an jelas merupakan petunjuk sekaligus jawapan bahwa sebuah dakwah akan lebih memberikan hasil yang maksimal manakala disokong oleh sarana kekuasaan. Simaklah ketegasan Zul Qarnain dalam ayat berikut ini,

"Berkata Dzulkarnain:" Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Siak mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya Pahala yang terbaik fasih sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (Perintah) yang mudah dari Perintah-Perintah kami "(Al-Kahfi: 87-88)..

Kenyataan yang demikian tegas ini tentunya tidak akan terlontar kecuali dari seorang penguasa. Dalam Hadits Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar, Rasulullah saw malah mengawali perubahan kemunkaran itu dengan "biyadihi" yaitu kekuasaan dan kekuatan, barulah langkah di bawah Seterusnya> dengan Lisan dan dengan doa, meskipun termasuk Penanda iman yang Lemah.

Pada realitinya, dengan kekuatan dan kekuasaan yang Allah swt anugerahkan, Justru memudahkan Zul Qarnain untuk melakukan ekspidisi dakwah ke seluruh penjuru bumi dari Hemisfera timur hingga ke Hemisfera barat, sekaligus mendapatkan ketaatan umat manusia, yang selanjutkan manfaatkan ia untuk melancarkan program pemberian, adanya pembangunan dan penyejahteraan . WALAUPUN dengan kekuasaannya yang besar, memudahkannya untuk merealisasikan apapun nantinya yang dapat memajukan dan mensejahterakan kehidupan bersama.

Bukti lain dari Zul Qarnain yang disebutkan kisahnya dalam surah Al-Kahfi, bahwa ia bukan sekedar penguasa biasa. Ia sekaligus seorang hamba Allah yang sholeh yang tak kenal lelah melakukan safari dakwah untuk mensosialisasikan Ajaran Allah.

Allah swt menggambarkan jaulah dakwahnya yang cukup Ensure ke berbagai penjuru dunia yang tidak bisa dicapai oleh orang lain, "Kemudian dia mempersiapkan dan mengarahkan peserta jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit Matahari (sebelah Timur) dia mendapati Matahari itu menyinari segolongan Umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka Sesuatu yang melindunginya dari (Cahaya) Matahari itu, demikianlah. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan ILMU Kami meliputi segala apa yang ada padanya. (Al-Kahfi: 89-91).

Dalam konteks kekuasaan sebagai bahagian dari sarana dakwah Islam, Nabi Yusuf sebagai sangat layak untuk dijadikan contoh Nyata bahwa kekuasaan yang dimiliki Seorang Da'i akan memuluskan kerja dan Objektif dakwah. Al-Qur'an menyebutkan permintaan Nabi Yusuf sebagai kepada raja Mesir, "Berkata Yusuf:" Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan "(Yusuf: 55)..

Permintaan ini disampaikan manakala raja menawarkan jawatan kepadanya, "Dan raja berkata:" Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang Rapat kepadaku. "Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata:" sesungguhnya manusia itu menyaksikan kamu (mulai) hari ini menjadi Seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada Sisi kami "(Yusuf: 54).

Peluang dan kesempatan yang terbuka di depannya tidak disia-siakan lagi oleh Nabi Yusuf sebagai demi kepentingan dakwah.

Ayat meminta jawatan oleh Nabi Yusuf sebagai di sini harus difahami dari Sudut Pandang yang POSITIF bahwa sesungguhnya manusia itu menyaksikan Nabi Yusuf sebagai tidak meminta jawatan melainkan yang diyakininya dapat mengatasi krisis di masa depan. Jawatan yang diyakini akan mampu melindungi rakyatnya dari kelaparan dan Kematian serta melindungi Negara dari kehancuran. Jawatan yang akan diembannya Justru memiliki konsekuensi dan tanggungjawab yang berat di masa paling SULIT ketika krisis terjadi. Nabi Yusuf sebagai harus bertanggung jawab atas atas kecukupun stok makanan bagi seluruh  bangsa Mesir dan bangsa-bangsa sekitarnya selama tujuh tahun ke depan, dimana selama itu tidak ada kegiatan Pertanian dan Penggembalaan.

Memang suatu jawatan yang tidak menguntungkan bagi Yusuf. namun Justru dengan kekuasaan tersebut, Nabi Yusuf sebagai dapat lebih leluasa bergerak dan berdakwah merealisasikan Objektif dan misi Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin,

"Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Komplek; (dia berkuasa Penuh) Scram menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Komplek itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan Pahala orang-orang yang berbuat baik ". (Yusuf: 56).

Sayid Qutb mengomentari kekuasaan yang telah diraih oleh Nabi Yusuf di Mesir dalam kaca mata dakwah bahwa sesungguhnya manusia itu menyaksikan penghalang terbesar bagi peralihan sebuah Masyarakat dari jahiliyah menuju Islam adalah keberadaan para thagut (penguasa) yang enggan berhukum kepada undang-undang Allah swt. Ditambah dengan keberadaan bangsa yang masih taat dan tunduk kepada thagut. Di sini, Nabi Yusuf sebagai melihat kondisi yang memungkinkannya untuk menjadi seorang pemimpin yang ditaati dan bukan tunduk kepada Norma jahiliyah. Sukses dengan kekuasaanya kerana itulah, ia bebas berdakwah dan menyerbarkannya di tengah masyarakat Mesir pada masa pemerintahannya.

Demikianlah tabiat dakwah Islam. Berawal dari individu, kemudian diikuti oleh sekelompok orang. Lantas kempulan ini begerak melawan jahiliyah dengan segala risiko sehingga Allah swt memutuskan dengan hukum-Nya antara orang-orang yang tunduk kepada-Nya dengan mereka yang ingkar dan durhaka. Lalu Allah swt menganugerahkan kepada mereka kekuatan dan kekuasaan di muka bumi, sehingga orang-orang berbondong-bondong memeluk agama Allah swt.

Nabi lain yang dianugerahkan oleh Allah swt kekuasaan adalah Nabi Sulaiman. Sebaliknya kekuasaan beliau adalah kekuasaan yang luar biasa tidak terbatas dan tidak akan berulang untuk kedua kalinya. Kekuasaan Yang Diperolehi Sulaiman sebagai adalah berawal dari permintaannya kepada Allah swt,

"Ia berkata:" Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku Kerajaan yang tidak dimiliki oleh Seorang juapun sesudahku, sesungguhnya manusia itu menyaksikan Engkaulah Yang Maha Pemberi "(Shaad: 35).

Pemahaman yang paling dekat dengan ayat ini adalah bahwa Nabi Sulaiman sebagai memohon kepada kekuasaan Allah yang istimewa yang tidak akan ada lagi setelahnya. Karena hanya dengan kekuasaan seperti itulah, Kerajaan-Kerajaan di sekitarnya akan tunduk dan menerima seruan dan dakwah Nabi Sulaiman sebagai.

Dengan kekuasaan yang meliputi seluruh makhluk Allah swt yang tidak terhingga Kerana itulah, Nabi Sulaiman melakukan dakwahnya, sampai akhirnya bergetarlah salah seorang penguasa yang menyembah Matahari melihat kekuasaan Sulaiman sebagai yang tidak terbatas itu. Lantas ia dan seluruh rakyatnya menyatakan keIslamannya.

"Berkatalah Balqis:" Ya Tuhanku, sesungguhnya manusia itu menyaksikan aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri Bersama Sulaiman kepada Allah, Siak Semesta alam "(An-Naml: 44).

Jika Seorang Nabi yang dijadikan Tsabit oleh Allah swt dibenarkan untuk berdoa memohon agar diberi kekuasaan dan kekuatan, maka tentunya permohonan itu adalah permohonan yang tidak bertentangan dengan Ajaran Islam. Sebaliknya menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dari Ajaran Islam yang konprehensif. Karena Allah swt tidak mengajarkan Sesuatu melainkan untuk kebaikan hamba-hamba-Nya.

Kekuasaan yang telah memberikan sumbangan yang besar kepada dakwah pernah ditegakkan juga oleh sahabat Umar bin Khattab dan mencapai puncaknya pada masa Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Kesejahteraan dan ketenangan bukan hanya dirasakan oleh Umat Islam, tetapi oleh seluruh Umat Manusia, Sebaliknya Hewan pun mendapatkan berkah dari kekuasaan keduanya.

Begitulah, ketika kekuasaan ditangan orang-orang yang sholeh, maka Objektif dakwah dapat direalisasikan dengan Sempurna. Dan manakala Objektif dakwah terealisir, maka pada masa yang sama sesungguhnya manusia itu menyaksikan kemaslahatan dan kepentingan Manusia juga terjamin, karena dakwah Islam diarahkan untuk membina kebaikan kepada sesama. Maha tentu Allah dengan firmanNya,

"Sesungguhnya manusia itu bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang sholeh". (Al Anbiya ': 105).

Disinilah urgensi kekuasaan dalam dakwah Islam. Dengan kekuasaan, pintu dan peluang dakwah dan amal sholeh akan lebih terbuka luas. Efektifitas kekuasaan dalam menegakkan dakwah telah terbukti dalam sejarah dakwah para manusia pilihan Allah, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Zul Qarnain, Sebaliknya Rasulullah saw sendiri ketika berhasil menguasai dan menaklukkan Mekah, sehingga berbondong-bondong penduduk Mekah memeluk Islam.

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat Manusia masuk Agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya manusia Dia adalah Maha Penerima taubat. " (An Nashr: 1-3).

Saatnya kita menjadikan dan memanfaatkan kekuasaan dalam bentuk dan skála apapun sebagai sarana untuk menyempurnakan dakwah Islam sehingga integralitas Islam mampu kita jabarkan dalam Realitas Kehidupan Sehari-hari. Karena sesungguhnya manusia Islam adalah Din sekaligus Negara (Din Wa Daulah), bukan dipersempit dengan batasan ruangan rutinitas ibadah mahdloh-upacara-SEHARI-hari semata. Allahu A'lam.

Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA 

Tuesday 22 January 2013

Salam Maulidur Rasul SAW 1434 Hijrah


Sidang pembaca yang dirahmati Allah

Oleh kerana kita sangat jauh dari zaman kenabian kerana hidup di akhir zaman maka adalah sangat perlu untuk kita memperingati hari kelahiran dan keputeraan junjungan besar Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi wasallam.

Tambahan pula sebahagian umat islam sangat alert (peka) dengan tarikh lahir suami/isteri/ibubapa/anak dll,maka apatah lagi manusia yang LEBIH BESAR JASANYA DAN PENYELAMAT KITA DI AKHIRAT NANTI(DENGAN SYAFAATNYA).

Oleh itu sempena hari keputeraan Baginda SAW bagi tahun 1434 hijrah ,marilah kita menzahirkan kegembiraan dengan berselawat secara berjemaah (sepanjang tahun kita mengingati secara individu-selawat sendirian). IA JUGA MELAMBANGKAN SYIAR ISLAM.


Sunday 13 January 2013

Satu perbandingan kritis



Satu perbandingan ajaran jemaah tabligh dengan sunnah(perintah) nabi saw.

  1. Dalam jemaah tabligh di larang menegur/mengkritik orang lain kerana boleh mengaibkannya khususnya ketika khuruj.Sebaliknya dalam sunnah Nabi saw (ajaran islam) makmum boleh menegur@membetulkan bacaan imam yang salah di khalayak makmum yang lain.Bahkan boleh mufarakah dari imam tersebut.Bukankah itu secara tidak langsung mengaibkan imam tersebut??
  2. Dalam jemaah tabligh konsep nahi mungkar yang mereka imani ialah apabila telah berjaya mendakwah perlaku maksiat untuk solat berjemaah di masjid dan menyertai khuruj tabligh maka secara otomatik mungkar tercegah.Sebaliknya dalam sunnah Nabi saw (ajaran islam) diperintah kepada ibubapa menyuruh anak-anak yang umur 7 tahun mendirikan solat dan pukul mereka jika tidak solat ketika umur 10 tahun.Ini bermakna tidak solat itu adalah satu kemungkaran maka kaedah pukul adalah cara mencegah kemungkaran itu.Tidak ada istilah otomatik dalam bab cegah mungkar.
  3. Dalam jemaah tabligh konsep menuntut ilmu bagi mereka ialah ketika keluar khuruj (3,40 hari dll) dan membaca 3 kitab (fadhail amal,muntakhab hadis dan hayatus sahabah) sahaja.Selain dari itu (kuliah,majlis pengajian kitab dll) di masjid surau BUKAN majlis ilmu dan tiada faedah.Pada mereka untuk mendapatkan ilmu cukup dengan bertanya jika perlu.

Sebaliknya amalan para ulama salafus soleh yang menjadikan mereka umat terbaik dan cemerlang di zaman keemasan islam ialah kerana mereka mementingkan ilmu dan beramal berdasarkan ilmu tersebut.Buktinya kita lihat istilah tabi’in merujuk kepada manusia yang sempat bertemu para sahabat dan sempat mengambil ilmu(berguru) dengan mereka dan munculnya kitab-kitab yang membahaskan berbagai masalah agama untuk umat hingga akhir zaman ditulis dizaman mereka. TIDAK ADA ISTILAH TABI’IN MENGAMBIL KERJA PARA SAHABAT. yang ada ialah mengambil ilmu dan menyebarkannya samada dalam bentuk tulisan atau mengajarkannya.

Kalaulah istilah tabi’in itu merujuk kepada manusia yang AMBIK KERJA SAHABAT (dakwah dari rumah ke rumah) ,tak dapat dibayangkan di zaman kita ini tanpa himpunan kitab hadith Bukhari,Muslim dll,kitab tafsir al quran at Tabari,Ibnu Katsir dll,kitab tasauf imam Ghazali,al hikam dll,kitab fiqh ibadah al Umm dan berbagai kitab ilmu yang lain.

Tak dapat dibayangkan bagaimana kita mendirikan solat tanpa kupasan para ulama tentang hadith bab solat,puasa,zakat dll.Betapa besarnya jasa para ulama terdahulu dalam memberi kefahaman agama kepada kita hingga hari kiamat tiba-tiba jasa mereka di nafikan hanya dengan berkata: khuruj berdakwah 40 hari nanti ”Allah akan bagi faham agama”.

Kalaulah perkataan itu boleh diguna pakai,TAK PERLULAH ADA UNIVERSITI DEOBAND,AL AZHAR,PASENTREN AZ ZAITUN DLL.Semua pakat-pakat keluar 40 hari setiap tahun akan jadi ulama besar,mufti dll.

Orang tabligh jangan marah ye.......
Ini nasihat je.....................

Wednesday 2 January 2013

Kuliah Hadith:Kitab Mustika Hadith


Mastika Hadith
Jilid 1

Bab 4 : Beriman kepada adanya malaikat.


Hadith 41
Dari Anas ra, bahwa Nabi saw bersabda: “Apabila seseorang mukmin diuji oleh Allah dengan sesuatu bencana pada tubuhnya, Allah ta`ala berfirman kepada malaikat penulis amalnya: ‘Tulislah juga untuknya amal-amal solih yang biasa ia lakukan’; kemudian jika Tuhan hilangkan bencana yang menimpanya itu, Tuhan jadikan dia hidup berkeadaan baharu – bersih suci dari dosanya; dan jika Tuhan mengambil nyawanya, diberinya keampunan serta dikurniakan rahmat kepadanya.” (Ibn Abu Shaibah, Imam Ahmad dan Baihaqi)
   
Muslimin muslimat yang dirahmati Allah. 

Hadith ke41 ini menceritakan pada dasarnya berhubung dengan ujian, iaitu suatu perkara yang telah ditentukan oleh Allah swt kepada sesiapa saja yang selagi dia dinamakan manusia (terutama orang-orang yang beriman kepada Allah), maka dia tidak akan sunyi dari dikenakan ujian, cabaran dan rintangan dari Allah swt.

Di dalam salah satu buku Prof Dr Hamka, beliau pernah menyebut bahwa, “Ketinggian nilai keimanan itu bukan terletak pada rukuk dan sujud, tetapi ia terletak pada sekadar mana ujian Allah ke atas manusia.”…Tuan-tuan boleh relate sebutan Dr Hamka ini dengan ayat 2 Surah al-Ankabut, yang bermaksud, “Adakah manusia itu mengira, bahwa Kami akan membiarkan sahaja mereka berkata: Kami telah beriman, sedangkan mereka belum diuji oleh Allah swt.”…Maknanya apa tuan-tuan?…Maknanya, kita tidak layak untuk menyebut kita sebagai orang yang beriman selagi Allah tidak memberi ujian kepada kita. Dan biasanya ujian-ujian ini akan didatangkan oleh Allah mengikut kadar keimanan seseorang. Seperti dalam sebuah hadith riwayat Tirmizi, di mana Nabi saw bersabda yang bermaksud, “Besarnya pahala seseorang adalah bersamaan dengan sekadar mana ujian yang dikenakan oleh Allah kepada dia.”…Maknanya kalau ujian tu kecik, maka keciklah pahala yang kita dapat. Kalau ujian tu besar, maka besarlah pula pahala yang diberikan oleh Allah.  

Golongan mana yang paling hebat diuji Allah?…Tidak lain dan tidak bukan, mereka adalah golongan para rasul dan nabi alaihimussola tuwassalam. Seperti yang disebut oleh ust Halim Nasir ketika mengisahkan suatu peristiwa bilamana Saad bin Abi Waqqas bertanya kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling teruk kena uji?”…Lalu jawab Rasulullah saw, “Yang paling teruk kena uji ialah para nabi dan para rasul, kemudiannya golongan yang mengikut para nabi selepas zaman nabi (tabiin) dan kemudiannya golongan selepas tabiin yang mengikut para tabiin.”…Inilah susunan yang Nabi saw letak dan jawapan kepada Saad bin Abi Waqash radiallahuanhu.

Kalau kita lihat sejarah yang ditinggalkan oleh para nabi dan rasul pun sudah cukup untuk kita tahu bahwa mereka diuji dengan ujian yang amat berat, yang tak mungkin dan tak mampu bagi insan kerdil seperti kita untuk menerima ujian-ujian sepertimana yang dikenakan oleh Allah kepada para anbiya`. Sebab itu, pada hujung Surah al-Baqarah, kita diajar oleh Allah swt dengan doa-doa, yang bermaksud, “Ya Allah! Jangan Engkau timpakan ke atas kami dengan ujian yang kami tidak sanggup untuk memikulnya;…”…Inilah yang Allah ajar kepada kita, especially kita yang lemah iman untuk memohon kepada Allah supaya ujian yang dikenakan, biarlah ujian yang mampu ditanggung. Bukannya apa; kita bimbang sebab kadang-kadang manusia boleh hanyut jauh dari ugama Allah dengan hanya ujian yang dikenakan oleh Allah kepadanya.

Mari kita tengok beberapa contoh bagaimana  para nabi/rasul terima ujian dari Allah swt. Yang pertamanya, kita lihat peristiwa yang berlaku kepada Nabi Nuh as. Ujian yang Nabi Nuh kena amat-amat berat tuan-tuan. Sehingga anaknya sendiri dihancurkan depan mata dia. Hati ayah mana yang tidak hancur melihat anaknya melencong jauh dari jalan orang yang beriman?…Hati ayah mana yang tidak terguris melihat anak dia tak mau ikut cakap dia?…Alangkah hancurnya hati ibubapa yang punya anak bersikap demikian. Sedangkan makbapak dah doa berjela-jela. Sewaktu di Mekah, sanggup cari tempat yang mustajab doa seperti di telaga zamzam, safah marwa, depan pintu Kaabah, sambil tawaf, habih semua kita doa; tetapi tidak diperkenankan juga oleh Allah swt. Anak tetap macam setan. Bila jadi macam tu, apa perasaan kita tuan-tuan?…Inilah dia ujian.   

Tapi kata Prof Hamka, walaubagaimana berat sekali pun ujian yang kita terima, tetap tak boleh challenge apa yang Nabi Nuh as kena. Dia rasul, sedangkan kita bukan rasul. Dia berdakwah bukannya 10 tahun, 20 tahun; malah dia mengambil masa selama 950 tahun untuk berdakwah kepada kaumnya, tanpa henti. Siang malam dia ceramah. Namun begitu, apa pun dia tak dapat hasil dari dakwahnya itu melainkan semua pakat cabut lari. Kaumnya tidak mahu mendengar seruan dakwahnya, termasuklah anaknya sendiri. Ini dia tuan-tuan rintihan Nabi Nuh as yang dirakam oleh Allah di dalam al-Quran. Inilah ujian yang Nabi Nuh kena, sehingga dia berdoa kepada Allah supaya menyelamatkan anaknya yang kuffur itu ketika bencana ombak besar melanda. Dalam Surah Hud: 45, Nabi Nuh berdoa kepada Allah, “Ya Allah! Itu anak dari keluarga ku, selamatkanlah dia.”…Tapi pada ayat seterusnya (Surah Hud:46), Allah menjawab doa Nabi Nuh itu dengan firmanNya, “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukan dari ahli keluarga mu, kerana dia tidak melakukan amal-amal yang solih…”…Dari jawapan tersebut, maka hancur luluh hati Nabi Nuh, namun begitu, dia menerima ujian itu dengan penuh kesabaran.

Yang kedua, kita lihat apa yang kena pada Nabi Lut as pula. Siapa yang mengkhianati beliau?…Bukannya orang lain, tak lain tak bukan, iaitu isterinya sendiri. Isteri yang tidur sekatil dengannya, isteri itulah yang bancuh minuman untuknya, isteri itulah yang basuh baju untuknya. Namun, apabila Nabi Lut berdakwah berhempas-pulas menentang amalan homoseksual yang semakin menjadi-jadi di zamannya, tiba-tiba si isteri pula pi jadi broker; tak haru punya cerita ka tu tuan-tuan?...Bayangkan betapa hancurnya hati Nabi Lut bila dia dapat tau isterinya sendiri mengkhianatinya. Namun begitu, beliau tetap tabah menghadapi perkara tersebut sebagai suatu ujian daripada Allah swt. Akhirnya berlaku sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Anfaal: 83 yang bermaksud, “Kami selamatkan seluruh kaum Nabi Lut, kecuali isterinya, ia termasuk orang-orang yang tinggal dalam siksaan.”…Maknanya, Allah lingkupkan negeri Sadom bersama isteri Nabi Lut as, yang sekarang ini terkenal dengan panggilan “The Dead Sea”.

Yang ketiga, kita lihat Nabi Ibrahim as. Apa ujian yang Nabi Ibrahim kena?…Beliau diuji untuk memilih antara cinta kepada Allah atau kasih sayang kepada anak. Bukan kecik punya ujian tu tuan-tuan Tetapi akhirnya, Nabi Ibrahim berjaya dalam ujiannya sehingga perintah Allah dalam mimpinya itu menjadi ibadah kepada seluruh umat Islam. Ini dia mimpi para rasul.

Dan yang keempat kita lihat Nabi kita Muhammad saw. Dalam bulan Rejab yang baru lalu, ana tengok ada sorang-dua ustaz agak kurang cermat dalam membicarakan sirah ketika buat ceramah Isra` wal Mikraj. Depa terus pergi ke ayat pertama Surah al-Isra` dengan meninggalkan apa yang Rasulullah saw kena sebelum baginda di Isra`-Mikrajkan. Sepatutnya depa kena meneliti satu persatu dulu ujian-ujian yang Allah kenakan kepada Nabi saw sebelum baginda dijemput ke Sidratul Muntaha, maka barulah nampak bernilainya Isra` wal Mikraj tu. Dimulakan dengan gelaran-gelaran buruk yang diberikan oleh masyarakat Mekah kepada Nabi seperti seorang ahli sihir yang cekap, pelajar yang gila, dan bermacam-macam lagi. Kemudian Allah uji lagi dengan kematian Abu Tolib, yang merupakan seorang exco kanan kerajaan negeri Mekah yang lurus bendol orangnya sebab projek apa pun takdak. Anak ramai, keluarga susah. Gaji yang dia dapat tu cukup-cukup untuk bagi makan kat anak-anak dia saja. Walaupun begitu, dia tetap jaga Nabi dengan menggunakan kuasa exconya. Allah ambik nyawanya. Lepas tu, wafat pula Khadijah radiallahuanha, isteri kesayangan Rasulullah. Mana lagi Nabi nak pi?…Kerajaan Mekah time tu dah tak bagi ruang untuk Nabi berceramah. Permit-permit apa semua memang tak lulus dah. Tapi dalam keadaan macam tu pun, Nabi boleh juga menyorok-menyorok buat ceramah kelompok. Kira dapat la juga sedas-dua, walaupun kena kepung. Suasana jadi semakin susah untuk Nabi bergerak. Bila tengok Mekah dah takdak harapan, Nabi try pi dakwah kat Taif dengan harapan orang Taif boleh terima Islam. Di Taif, bukan disambut dengan permaidani merah, sebaliknya disambut dengan lemparan ketul-ketul batu. Berdarah habih seluruh tubuh Nabi, mengalir turun sehingga bertakung dalam sepatu Nabi saw. Bayangkan tuan-tuan, seorang kekasih Allah dikenakan ujian yang begitu berat. Baginda bertahan dari dibaling batu bersama Zaid bin Harithah radiallahuanhu. Mereka berundur sehingga akhirnya tersadai kedua-duanya di suatu tembok dalam kebun milik Utbah bin Rabi`ah. Dalam kebun itulah Nabi saw mengangkat tangan bermunajat kepada Allah dengan doa yang dirakam oleh Muhammad Sa`id Ramadan al-Buti di dalam kitab Fiqh al-Sirahnya (Jilid 1 ms 180), Nabi berdoa (panjang doa tu, so ana petik di pangkalnya sahaja):

“Ya Allah! Betapa hinanya aku dalam pandangan manusia.  Ya Allah! Betapa lemahnya kekuatan ku. Ya Allah! Kepada siapakah yang Engkau nak serahkan aku? Adakah kepada musuh yang sentiasa menanti untuk membaham aku? Ya Allah! Aku tidak peduli semua itu, kerana yang aku cari hanyalah keredhaan daripada Mu…”

…Maknanya apa tuan-tuan?…Maknanya walaupun orang lempar batu ka, orang bubuh najis unta atas kepala ka, orang kata dah gila ka; semua tu Nabi saw tak peduli. Yang dipedulinya ialah adakah Allah redha atas segala perbuatannya?…Ini yang Nabi saw ajar kepada kita tuan-tuan. Dan ini cukup berat sebab bukan mudah untuk kita nak sampai ke tahap mendapat keredhaan dari Allah swt. Kemudian lepas balik dari Ta`if, barulah Allah angkat Nabi ke langit. Kena hurai macam tu dulu tuan-tuan, baru kita boleh nampak betapa bernilainya Isra` wal Mikraj. Kalau terus start dengan “Subhanallazi…”, maka jadilah perjalanan Nabi itu seolah-olah seperti melancong sahaja. Sebab apa ana sebut macam tu?…Sebab kita dah tinggalkan muqaddimah kepada peristiwa Isra` iaitu bagaimana Nabi menerima ujian dan penentangan yang terlalu dahsyat yang tidak dapat ditanggung oleh manusia biasa seperti kita kecualilah hanya para nabi dan rasul sahaja yang mampu.

Okay tuan-tuan tadi kita dah tengok macamana para rasul kena uji, sekarang kita tengok pula macamana tabiin (golongan muncul selepas Nabi saw wafat) menghadapi ujian. Mereka juga tidak terlepas dari menerima ujian yang besar dari Allah swt walaupun mereka terkenal dengan ilmu yang begitu luas. Siapa tidak kenal dengan Nu`man bin Tsabit rahimahullahu ta`ala, yang terkenal dengan panggilan Imam Abu Hanifah, iaitu imam mazhab Hanafi?…Imam mazhab bukan macam imam surau. Depa ni bukan calang-calang punya orang, Quran/hadith semua dalam kepala. Depa mampu menangani isu semasa pada zaman mereka. Punya la hebat ilmu, namun mereka juga tidak terlepas dari diuji oleh Allah swt. Ujian yang Imam Abu Hanifah terima ialah dia dipaksa meminum racun, dalam keadaan fizikalnya cukup lemah setelah dipukul di dalam penjara. Sebabnya satu saja, iaitu kerana beliau enggan menerima jawatan sebagai Qadi. Itu saja. Bukan dia buat salah apa pun. Jawatan qadi yang dioffer tu ialah tok hakim, bukannya tok qadi hat “aku nikahkan akan dikau…” tu. Bukannya apa; orang melayu kalau dengaq kata tok qadi, kira dia ingat hat bawa beg hitam dengan saksi dua orang tu la. Hat saksi tu pula samseng nak mampoih. Baru dapat RM20, dia cakap banyak pulak dah, memanjang tak sah. Jenoh pengantin lelaki nak kena ulang….Okay, imam Abu Hanifah tak mau terima tawaran jadi hakim sebab dia takut akan dibicarakan oleh Allah sekiranya dia salah menghukum. Lalu menyebabkan khalifah time tu naik angin, sumbat dia dalam penjara dan pegawai-pegawai penjara pukul dia sehingga berdarah belakang Imam Abu Hanifah. Dalam keadaan tak bermaya dan tak sedarkan diri itulah, dia disua segelas air berisi racun, apabila Imam Abu Hanifah minum, dia mati di depan khalifah. Tu dia tuan-tuan.

Yang kedua, kita tengok pula apa yang Imam Malik bin Anas rahimahullah kena. Beliau kena apabila mengeluarkan fatwa di Madinah mengatakan bahwa lelaki yang menceraikan isterinya dalam keadaan lelaki itu dipaksa, maka cerai itu tidak sah. Tu saja. Bukannya dia lawan khalifah apa pun. Tetapi apabila ulama-ulama di sekeliling khalifah time tu adalah geng-geng muktazilah belaka, depa bukan senang dengan Imam Malik, jadi depa cari jalan nak pekena Imam Malik. Dan apabila fatwa tersebut dikeluarkan, maka depa nampak inilah peluang untuk memalukan Imam Malik. Menurut ust Halim Nasir, yang kata muktazilah apa semua ni, depa ni berasal dari anak-anak murid Imam Hassan al-Basri. Maknanya, depa pun bukan calang-calang punya group. Pada waktu Imam Hassan al-Basri, telah berlaku perdebatan tentang masalah orang yang melakukan dosa besar. Anak-anak murid Imam Hassan al-Basri kata, orang macam tu kekal dalam neraka, manakala Imam Hassan al-Basri pula kata bahwa ianya tidak kekal, sebaliknya orang itu akan masuk syurga juga setelah dosanya dibakar oleh Allah swt. Masing-masing bawa mai hujjah, namun, sebahagian dari anak muridnya tetap membantah, maka akhirnya Imam Hassan al-Basri pun berlepas tangan dari anak-anak muridnya itu dengan berkata, “Iqtaziltah! Nyahlah toksah bersama aku lagi!”…Jadi, dari iqtazil inilah munculnya kumpulan muktazillah. Itu ceritanya. Balik kepada cerita Imam Malik tadi; apabila muktazillah menguasai kerajaan time tu, maka Imam Malik pun dipanggil untuk disoal-siasat. Sebaik saja diambil kenyataan apa semua, lepas tu depa paksa Imam Malik untuk tarik balik fatwanya tentang tidak sahnya orang yang menjatuhkan talak ke atas isterinya dalam keadaan dipaksa. Namun, Imam Malik tetap stand dengan fatwanya itu dengan dalil sebagaimana peristiwa Amar bin Yasir yang dipaksa meninggalkan agamanya dalam keadaan tidak sedarkan diri akibat siksaan yang teruk. Last sekali, khalifah yang termakan hasutan muktazillah, memerintahkan Imam Malik ditangkap dan dipukul di hadapan penduduk Madinah. Nampak tak tuan-tuan, Imam mazhab pun diuji begitu teruk, apatah lagi kita!              

Nak katanya, keempat-empat Imam mazhab yang besar, semuanya kena uji. Ujian tetap akan sampai apabila kita benar-benar beriman kepada Allah. Dan Allah uji tu, Dia tengok kadar iman kita tahap mana. Okay selepas zaman tabiin, muncul pula zaman tabiin tabiin, depa pun tak lari dari dikenakan ujian. Contoh yang paling ketara ialah ujian yang dikenakan Allah kepada Sheikhul Islam Ibnu Taimiyah. Dialah antara ulama yang paling banyak sekali kena penjara. Disebabkan sedikit perdebatan tentang masalah sifat Ketuhanan, beliau dimasukkan dalam penjara. Lepas tu keluar 2 minggu, sumbat balik 2 tahun. Keluar seminggu, sumbat balik 3 tahun 8 bulan. Sehingga akhirnya dia mati dalam penjara. Itu dia yang kata ujian tu tuan-tuan.

Okay berbalik kita kepada hadith yang dibahaskan di atas. Ujian yang Nabi sebut dalam hadith tu khususkan adalah pada tubuh manusia. Maksudnya apabila manusia demam, sakit, gering, kena accident dan sebagainya; Allah akan perintah malaikat tulis pahala untuk orang yang sakit itu sama seperti waktu dia tak sakit dulu. Contohnya macam orang yang rajin pi kuliyah/ceramah agama apa semua tu. Sekali bila depa jatuh demam tak boleh pi kuliyah, kata kat depa, “you don’t have to worried” sebab pahala untuk depa sedang berjalan. Maknanya pahala yang depa dapat time sakit tu, sama dengan pahala time depa attend majlis ilmu; seolah-olah depa hadir walaupun hakikatnya depa sedang terlantar sakit di hospital. Tu dia tuan-tuan, Allah punya sayang kat kita. Tapi jangan buat-buat sakit pulak, yang tu tak aci. Hat dok cerita ni, hat sakit betoi-betoi punya.

Kemudian Nabi saw sebut lagi, “Kalaulah dengan sakitnya itu, Allah matikannya, maka dia mati dalam keadaan bersih dari dosa dan diberi rahmat oleh Allah swt.”…Tapi ini semua berlaku dengan syarat. Syaratnya ialah kita betoi-betoi ambik waktu sihat untuk Islam. Waktu sihat dulu pulun sungguh pi mengaji; buka kitab, catit, rakam, apa semua. Tiba-tiba jatuh sakit, seminggu tak pi kuliyah, tetap malaikat catit pahala sepertimana tuan-tuan hadir ke majlis ilmu tu jugak.

Kesimpulannya; ujian mesti datang, cabaran mesti sampai. Dan Allah akan uji mengikut kadar tara mana iman kita. Sikit iman kita, sikitlah ujian. Besar iman kita, maka besarlah datangnya ujian. Selagi namanya dunia, pasti ujian akan datang dengan berbagai ragam. Tambah-tambah lagi di bumi umat Islam yang diserang kuffar hari ini seperti di Palestin,di Syiria, di Iraq, di Afghanistan, di Kashmir, di Chechya, di Moro, di Patani dan sebagainya; semua tu ujian Allah yang berat-berat belaka tu. Di bumi yang dalam suasana perang seperti yang disenaraikan ini, disamping kena bijak berstrategi, sabar juga perlu ada. Cumanya sebagai manusia yang serba serbi lemah, kita harap, ujian yang Allah bagi kat kita ialah ujian yang mampu kita tanggung. Tu saja yang kita doa. Bukannya apa, kita bimbang dengan ujian yang tak mampu ditanggung, menyebabkan kita bertindak di luar batasan. Nauzubillahiminzalik.

Ulasan kami:

Ketika dan saat ini PAS menerima ujian apabila Tuan Guru Presiden sendiri di tekan dan di gasak dengan isu lapok (amanat Haji Hadi-istilah yang diberi oleh Umno),sedangkan bagi kami ahli PAS tak pernah pun anggap itu sebagai amanat jauh sekali sebagai fatwa.

Tetapi itulah yang dikatakan ujian dalam perjuangan sebab islam,iman dan ujian itu umpama aur dan tebing (wajib ada).Apa yang dialami oleh pemimpin kami persis sama apa yang dialami oleh Imam Malik rah. bilamana beliau diminta menarik balik fatwa oleh kerajaan Muktazilah (UMNO) ketika itu dan ada pulak ulama muda zaman tersebut mewakili kerajaan .hu..hu...hu....



Allahu ta`ala `alam.  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...