Tuesday 22 May 2012

PERBAHASAN TENTANG DAJJAL:BHG 1




Sidang pembaca yang dirahmati Allah

Untuk posting kali ini mari kita menyemak semula hal ehwal Dajjal seperti yang di nyatakan baik dari al quran mahupun dalam al hadith supaya kita dapat mengetahui tipu dayanya sebagaimana Rasul saw telah mengingatkan kita lebih 1400 tahun yang lalu:

"Sejak terciptanya manusia hingga datangnya Hari Kiamat, tidak ada fitnah lebih besar daripada fitnahnya Dajjal" ( Imam Muslim)

Kami akan membahagikannya kepada beberapa bab:

1.   ERTI DAJJAL DAN YA'JUJ WA-MA'JUJ
2    DAJJAL DAN YA'JUJ WA-MA'JUJ MENURUT AL-QUR'AN 
3.   DAJJAL ADALAH IDENTITI (SAMA) DENGAN YA'JUJ WA-­MA'JUJ
4.   MENGAPA AL-QUR'AN TIDAK MENYEBUT-NYEBUT DAJJAL
5.  YA'JUJ WA-MA'JUJ MENURUT KITAB BIBLE
6.  DAJJAL MENURUT Al-HADIS
7.  MENURUT AL-QUR'AN DAN AL-HADIS, KEMENANGAN GEREJA ITU SAMA 
      DENGAN FITNAHNYA DAJJAL
8.  MENGAPA DAJJAL DISEBUT AL-MASIH
9.  HADIS TENTANG DAJJAL
10.APAKAH DAJJAL ITU ORANG ATAUKAH BANGSA ?
11.GAMBARAN DAJJAL MENURUT AL-HADIS
12.TEMPAT TINGGAL DAJJAL PADA ZAMAN NABI
13.AGAMA DAJJAL
14.TEMPAT MUNCULNYA DAJJAL.
15.FITNAH YANG PALING BESAR 
16.TANDA-TANDA DAJJAL
17.SYURGA DAN NERAKA DAJJAL
18.KECEPATAN DAJJAL, KENDERAAN DAJJAL DI DARAT, DI LAUT DAN 
      DI UDARA 
19.DAJJAL MENGELUARKAN KEKAYAAN BUMI
20.KAWAN-KAWAN DAJJAL HIDUP SENANG, DAN MUSUH
     MUSUH DAJJAL HIDUP SENGSARA
21.PERTEMUAN DAJJAL DENGAN ARWAH ORANG-ORANG YANG SUDAH 
      MENINGGAL DAN PERCAKAPAN DAJJAL DENGAN MEREKA
22. KEKUATAN YAHUDI DI BELAKANG DAJJAL
23.PENGARUH DAJJAL TERHADAP WANITA.
24.DAJJAL DAN ANAK YANG TIDAK SAH.
25.LELAKI SEPERTI WANITA DAN WANITA SEPERTI LELAKI.
26. PENYEMBUHAN AJAIB
27. BISIKAN JAHAT DAJJAL
28. MUNCULNYA DAJJAL DAN MAHARAJALELANYA DI DUNIA.
29.YA'JUJ WA MA'JUJ DALAM HADIS DAN PERSAMAANNYA DENGAN 
      DAJJAL
30.DAJJAL AKAN DIKENAL OLEH SESEORANG DI ANTARA KAUM MUSLIMIN
31.SIAPAKAH YANG BERKATA: "INILAH DAJJAL YANG DITERANGKAN
     OLEH NABI SAW"
32. NABI SAW BERSABDA: IA ADALAH PENGIKUTKU YANG TERDEKAT
33. DAJJAL DIBUNUH, TETAPI YA'JUJ WA MA'JUJ T'IDAK
34. GAGASAN NABI SAW UNTUK MENGALAHKAN DAJJAL DENGAN DALIL.
35. KESIMPULAN  




DAJJAL DAN YA'JUJ WA-MA'JUJ

Sungguh menarik perhatian adanya persamaan kejadian yang terjadi di dunia sekarang ini. Di satu pihak, kita melihat adanya tekanan kekuasaan Eropah yang dilancarkan dengan rancangan yang teratur terhadap dunia Islam, dan usaha mereka yang keras untuk mengenyahkan Islam sama sekali, tetapi di lain pihak, kita menemukan sejumlah besar Hadis Nabi saw yang meramalkan fitnah dan percubaan yang akan menimpa kaum Muslimin pada akhir zaman, ramalan yang hampir semuanya terpenuhi, berupa peristiwa yang menimpa dunia Islam sekarang ini. Lebih mengherankan lagi, kerana ramalan itu diucapkan pada waktu Islam sedang dalam keadaan menang, dan seluruh dunia merasa gentar menghadapi pesatnya kemajuan Islam.

Bukan rahsia lagi, bahwa kini sedang berlangsung pergolakan sengit antara Eropah dan Islam, khususnya antara kekuatan material melawan kekuatan spiritual. Kaum Kristian Eropah menganggap kekuatan Islam sebagai ancaman yang berbahaya bagi peradaban materialnya, dan dengan dalih palsu ini mereka berusaha untuk manghancurkan Islam, agar mereka dapat "menyelamatkan" dunia dari pengaruh politik Islam. Mereka terang-terangan menyebut agama lain sebagai non-kristian, tetapi terhadap agamar Islam mereka dangan tegas menyebutkan sebagai anti-Kristian. Sekalipun kaum missionaris Kristian aktif menyebarkan agama di segala penjuru dunia, tetapi tujuan mereka yang paling utama ialah ummat Islam. Ini adalah fakta yang tidak boleh dipandang remeh oleh kaum Muslimin.

Akan tetapi alangkah sedihnya bahwa kaum Muslimin sendiri terlibat dalam perselisihan mengenai masalah-masalah kecil, sehingga mereka tidak sempat memikirkan persoalan yang lebih penting. Seandainya mereka menaruh perhatian sedikit sahaja terhadap pergolakan sengit yang sekarang sedang berlangsung antara kekuatan material dan kekuatan spiritual, nescaya mereka akan melihat dengan terang, bahwa mengamuknya Dajjal dan maharajalelanya Ya'juj wa Ma'juj bukanlah dongengan kosong, melainkan gambaran tentang serbuan kaum materialis Eropah dengan agama Nasraninya pada zaman sekarang.

Bagi tiap-tiap orang Islam wajib kiranya melupakan perselisihan di kalangan ummat Islam sendiri mengenai masalah-­masalah kecil yang kurang penting, kerana kemenangan dan hidup matinya Islam di dunia bergantung kepada hasil perlumbaan antara dua agama ini (Islam dan Nasrani), bukan kerana mengurusi perbezaan kecil yang tidak akan mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi kaum Muslimin sendiri.



1. ERTI DAJJAL DAN YA'JUJ WA-MA'JUJ

Dajjal disebutkan berulang-ulang dalam Hadis, sedangkan Ya'juj wa-Ma'juj bukan sahaja disebutkan dalam Hadis, melainkan juga dalam Al-Qur'an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan turunnya Al-Masih.

Kata Dajjal berasal dari kata dajala, ertinya, menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul-'Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal kerana ia adalah pembohong yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, kerana ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, kerana ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, kerana ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.

Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke seluruh dunia, Ertinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal kerana mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, Ertinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.

Kata Ya'juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf'ul; kata ajij Ertinya nyala api. Tetapi kata ajja berErti pula asra'a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-'Arab. Ya'juj wa-Ma'juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, kerana hebatnya gerakan.

Bab 2. DAJJAL DAN YA'JUJ WA-MA'JUJ MENURUT AL-QUR'AN

Kata Dajjal tidak tertera dalam Al-Qur'an, tetapi dalam Hadis sahih diterangkan, bahwa sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat al-Kahfi melindungi orang dari fitnahnya Dajjal, jadi menurut Hadis ini, Al-Quran memberi isyarat siapakah Dajjal itu. Mengenai hal ini diterangkan dalam Kitab Hadis yang amat sahih sebagai berikut:

"Barang siapa hafal sepuluh ayat pertama Surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari
(fitnahnya) Dajjal."

"Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal."

Boleh jadi, dalam menyebut sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir, itu yang dituju ialah seluruh surat Al-Kahfi yang melukiskan ancaman Nasrani yang beraspek dua, yang satu bersifat keagamaan, dan yang lain bersifat keduniaan. Bacalah sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi, anda akan melihat seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan dalam dua tempat itu adalah ummat Nasrani.

Mula-mula dihuraikan aspek keagamaan, yang dalam waktu itu Nabi Muhammad saw dikatakan sebagai orang yang memberi peringatan umum kepada sekalian manusia (ayat 2), lalu dikatakan sebagai orang yang memberi peringatan khusus kepada ummat Nasrani (ayat 4), yaitu ummat yang berkata bahwa Allah memungut anak laki-laki. Demikianlah bunyinya:

"Segala puji kepunyaan Allah Yang menurunkan Kitab kepada hamba-Nya ..., ... agar ia memberi peringatan tentang siksaan yang dahsyat dari Dia… dan ia memperingatkan orang-orang yang berkata bahwa Allah memungut anak laki-laki." (18:1-4).

Terang sekali bahwa yang dituju oleh ayat tersebut ialah ummat Nasrani, yang ajaran pokok agamanya ialah Tuhan mempunyai anak laki-laki. Dalam sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi dihuraikan seterang-­terangnya, bahwa ummat Nasrani mencapai hasil gemilang di lapangan duniawi. Demikianlah bunyinya :

"Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-Ku sebagai pelindung selain Aku?… Katakan, Apakah Kami beritahukan kepada kamu orang-orang yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang tersesat jalannya dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. (bahwa mereka adalah orang yang mempunyai keahlian dalam membuat barang-barang)." (18: 102-104).

Ini adalah gambaran tentang bangsa-bangsa Barat yang diramalkan dengan kata-kata yang jelas. Membuat barang adalah keahlian dan kebanggaan ummat Nasrani, dan ciri-khas inilah yang dituju oleh ayat tersebut. Mereka berlumba-lumba membuat barang-barang, dan mereka begitu sibuk mahir dalam urusan ini, sehingga penglihatan mereka akan nilai-nilai kehidupan yang tinggi, menjadi kabur sama sekali. Membuat barang-­barang, sekali lagi membuat barang-barang, adalah satu-satunya tujuan hidup mereka di dunia. Jadi, sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi menerangkan dengan jelas bahayanya ajaran Kristian tentang ‘Putra Allah’, dan tentang kegiatan bangsa-bangsa Kristian di lapangan kebendaan, dan inilah yang dimaksud dengan fitnahnya Dajjal.

Ya'juj wa-Ma'juj dihuraikan dua kali dalam Al-Quran. Yang pertama dihuraikan dalam surah al-Kahfi, sehubungan dengan huraian tentang gambaran Dajjal. Menjelang berakhimya surat al-Kahfi, dihuraikan tentang perjalanan Raja Zul-Qarnain* ke berbagai jurusan untuk memperkuat batas-batas kerajaannya.

Diterangkan dalam surah tersebut, bahwa perjalanan beliau yang pertama, berakhir di laut Hitam. "Sampai tatkala ia mencapai ujung yang paling Barat, ia menjumpai matahari terbenam dalam sumber yang berlumpur hitam." (18:86). Ternyata bahwa yang dimaksud sumber yang berlumpur hitam ialah Laut Hitam.

Selanjutnya dihuraikan dalam surah tersebut, kisah perjalanan beliau ke Timur "Sampai tatkala ia mencapai tempat terbitnya matahari, ia menjumpai matahari terbit di atas kaum yang tidak Kami beri perlindungan dari (matahari) itu" (18:90). Selanjutnya dihuraikan tentang perjalanan beliau ke Utara. "Sampai tatkala ia mencapai (suatu tempat) diantara dua bukit" (18:93).

Yang dimaksud dua bukit ialah pegunungan Arme­nia dan Azarbaijan. Dalam perjalanan ke Utara ini, raja Zhul-Qarnain berjumpa dengan suatu kaum yang berlainan bahasanya, Ertinya, mereka tidak mengerti bahasa Persi. Kaum ini mengajukan permohonan kepada raja Zhul-Oarnain sbb: "Wahai Zhul-Qarnain! Sesungguhnya Ya'juj wa-Ma'juj itu membuat kerusakan di bumi. Bolehkah kami membayar ufti kepada engkau, dengan syarat kiranya engkau membangun sebuah rintangan antara kami dan mereka" (18:94).

Selanjutnya Al-Qur'an menerangkan, bahwa raja Dhul-Qarnain benar-benar membangun sebuah tembok** dan sehubungan dengan itu, Al-Qur'an menyebut-nyebut besi dan tembaga sebagai bahan untuk membangun pintu gerbang:

"Berilah aku tumpukan besi, sampai tatkala (besi) itu memenuhi ruangan di antara dua bukit, ia berkata: 'Bawalah kemari cairan tembaga yang akan kutuangkan di atasnya' (18:96). Dalam ayat 97 diterangkan, bahwa tatkala tembok itu selesai, mereka (Ya'juj wa-Ma'juj) tidak dapat menaiki itu, dan tidak dapat pula melobangi itu. Dalam ayat 98, raja Dhul-Qarnain menerangkan, bahwa bagaimanapun kuatnya, tembok ini hanya akan berfaedah sampai jangka waktu tertentu, dan akhirnya tembok ini akan runtuh. Lalu kita akan dihadapkan kepada peristiwa yang lain. "Dan pada hari itu, Kami akan membiarkan sebagian mereka (Ya'juj wa-Ma'juj) bertempur melawan sebagian yang lain" (18:99).

*[Kata Dhul-Qarnain makna aslinya "mempunyai dua tanduk", tetapi dapat berErti pula "orang yang memerintah dua generasi", atau, "orang yang memerintah dua kerajaan. Makna terakhir ini diberikan oleh musafir besar Ibnu Jarir. Dalam kitab perjanjian   lama, Kitab Nabi Daniel, terdapat huraian tentang impian nabi Daniel, dimana ia melihat seekor kambing bertanduk dua. Impian itu ditafsirkan dalam al-Kitab dengan kata-kata sebagai berikut: "Adapun kambing jantan, yang telah kau lihat dengan tanduk dua pucuk, yaitu raja Media dan Persi, (Daniel 8:20). Diantara raja Media dan Persi, yang paling cocok dengan gambaran Al-Quran, ialah raja Darius I (521-485 sebelum Kristian).

Jewish Encyclopaedia menerangkan sbb : "Darius adalah negarawan yang ulung. Peperangan yang beliau lakukan hanyalah dimaksud untuk membulatkan tapal-batas kerajaannya, yaitu di Armenia, Kaukasus, India, sepanjang gurun Turania dan dataran tinggi Asia Tengah". Pendapat ini dikuatkan oleh Encyclopaedia Britannica sbb: "Tulisan yang diukir dalam batu menerangkan bahwa raja Darius adalah pemeluk agama Zaratustra yang setia. Tetapi beliau juga seorang negarawan yang besar. Pertempuran yang beliau lakukan, hanyalah untuk memperoleh tapal-batas alam yang kuat bagi kerajaannya, demikian pula untuk menaklukkan suku bangsa biadab di daerah perbatasan. Jadi, raja Darius menaklukkan bangsa biadabdi pegunungan Pontic dan Atmenia,dan meluaskan kerajaan Persia sampai Kaukasus"].

**[Rintangan atau tembok yang dihuraikan disini ialah tembok yang termasyur di Derbent (atau Darband) yang terletak di pantai Laut Kaspian. Dalam kitab Marasidil - Ittila', kitab ilmu-bumi yang termasyur, terdapat huraian tentang hal itu. Demikian pula dalam kitabnya lbnu at-Faqih. Encyclopaedia Biblica menjelaskan tembok itu sbg :.Derbent atau Darband adalah sebuah kota kerajaan Persi di Kaukasus, termasuk propinsi Daghistan, di pantai Barat laut Kaspian Di ujung sebelah Selatan, terletak Tembok Kaukasus yang menjulang ke laut, yang panjangnnya 50 mil, yang disebut Tembok Alexander…Tembok ini seluruhnya mempunyai ketinggian 29 kaki, dan tebal ± 10 kaki; dan dengan pintu gerbangnya yang dibuat dari besi, dan berpuluh-puluh menara-pengintai, merupakan pertahanan tapal-batas kerajaan Persi yang kuat].

3. DAJJAL ADALAH IDENTITI (SAMA) DENGAN YA'JUJ WA-­MA'JUJ

Segera setelah Al-Qur'an menerangkan pertempuran satu sama lain antara Ya'juj wa-Ma'juj, ayat 102 menerangkan persoalan Dajjal. "Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku sebagai pelindung di luar Aku?" (18:102). Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an mempersamakan Dajjal dengan Ya'juj wa-Ma'juj. Mereka diberi nama yang berlainan kerana mempunyai dua fungsi yang berlainan.

Adapun mengenai identiti Ya'juj wa-Ma'juj para mufassir tidak sama pendapatnya. Ibnu Katsir berkata, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj adalah keturunan Adam, dan pendapat ini dikuatkan oleh Hadis Bukhari dan Muslim. Menurut kitab Ruhul-Ma'ani, Ya'juj wa­Ma'juj adalah dua kabilah keturunan Yafits bin Nuh, yang bangsa Turki adalah sebagian dari mereka; mereka disebut Turki, kerana mereka turiku (ditinggalkan) di sebelah sananya tembok. Selain itu, menurut uraian Al-Qur'an, terang sekali bahwa mereka adalah sebangsa manusia, yang untuk menghalang-halangi serbuan mereka, terpaksa dibangun sebuah tembok.

Adapun yang kedua, Ya'juj wa-Ma'juj diuraikan dalam Al-Qur'an sbb : "Sampai tatkala Ya'juj wa-Ma'juj dilepas, mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi" (20:96). Ternyata bahwa yang dimaksud dengan kalimat "mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi" ialah bahwa mereka akan menguasai seluruh dunia. Menilik cara Al-Qur'an menerangkan Ya'juj wa-Ma'juj dalam dua tempat tersebut, terang sekali bahwa akan tiba saatnya Ya'juj wa-Ma'juj mengalahkan sekalian bangsa di dunia. Dan terang pula bahwa pada waktu Al-Qur'an diturunkan, Ya'juj wa-­Ma'juj sudah ada, tetapi gerak-gerik mereka masih tetap terkekang sampai saat tertentu, yang sesudah itu, mereka akan terlepas untuk menguasai seluruh dunia.

4. MENGAPA AL-QUR'AN TIDAK MENYEBUT-NYEBUT DAJJAL

Mungkin orang akan bertanya, jika sekiranya Dajjal dan Ya'juj wa-Ma'juj adalah dua sebutan yang berlainan untuk menamakan satu bangsa, mengapa Al-Qur'an anya menyebutkan nama Ya'juj wa-­Ma'juj sahaja, dan tidak sekali-kali menyebutkan nama Dajjal? Sebabnya ialah bahwa kata Dajjal, sebagaimana kami terangkan di atas, Ertinya "pembohong" atau "penipu", dan tidak seorangpun suka disebut pembohong atau penipu, walaupun ia benar-benar seorang pembohong atau penipu yang ulung.

Sebaliknya, oleh kerana Ya'juj wa-Ma'juj itu nama suatu bangsa, maka tidak seorangpun akan merasa keberatan memakai nama itu. Bahkan sebenarnya, bangsa Inggris sendiri telah memasang patung Ya'juj wa-Ma'juj di depan Guildhall di London. Inilah sebabnya mengapa Al-Qur'an hanya menggunakan nama Ya'juj wa-Ma'juj, dan tidak menggunakan nama Dajjal yang Ertinya pembohong. Sebaliknya, kitab-kitab Hadis menggunakan kata Dajjal, kerana nama Dajjal atau Anti Christ, dan ramalan-ramalan yang berhubungan dengan ini, disebutkan dalam Kitab Suci yang sudah-sudah. Oleh kerana itu, perlu sekali dijelaskan bagaimana terpenuhinya ramalan-ramalan itu.

Selain itu, kata Dajjal hanya menunjukkan satu aspek persoalan, yakni, kebohongan dan penipuan yang dilakukan oleh bangsa itu, baik mengenai urusan agama, maupun mengenai urusan duniawi. Akan tetapi terlepas dari sifat-sifatnya yang buruk, ada pula segi kebaikannya.

Dipandang dari segi duniawi, kesejahteraan material mereka harus dipandang sebagai segi kebaikan mereka. Itulah sebabnya mengapa dalam Hadis digambarkan, bahwa mata Dajjal yang hanya satu, yaitu mata duniawi; gemerlap bagaikan bintang. Al-Our'an juga menerangkan keahlian mereka dalam membuat barang-barang. Jadi julukan Dajjal hanyalah sebagian dari gambaran bangsa itu.

Dalam Al-Qur'an, bangsa-bangsa Kristian disebut "para penghuni Gua dan inskripsi" (18:9). Gambaran ini menggambarkan dua aspek sejarah agama Kristian. "Para penghuni Gua" merupakan gambaran yang tepat bagi kaum Kristian dalam permulaan sejarah mereka kerana pada waktu itu ciri khas mereka yang paling menonjol ialah hidup dalam biara. Mereka meninggalkan sama sekali urusan duniawi untuk mengabdikan sepenuhnya dalam urusan agama. Dengan perkataan lain, mereka membuang dunia guna kepentingan agama.

Akan tetapi pada zaman akhir, mereka digambarkan sebagai "Bangsa Inskripsi (ar-raqimi)". Kata raqmun Ertinya barang yang ditulis. Kata ini khusus digunakan bagi harga yang ditulis pada barang-barang dagangan, seperti pakaian dan sebagainya. Gambaran ini mengandung Erti penyerapan mereka yang amat dalam, dalam urusan duniawi, fakta ini diuraikan dalam Al-Qur'an sbb: "Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia ini" (18:104).

Jadi, bangsa Kristian yang pada permulaan sejarah mereka membuang dunia untuk kepentingan agama, tetapi pada zaman akhir, mereka membuang agama untuk kepentingan dunia; oleh sebab itu, mereka dikatakan dalam Al-Qur'an sebagai "salah satu pertanda Kami yang mengagumkan" (18:9). Perkataan Al-Qur'an tersebut di atas adalah gambaran yang tepat tentang kecondongan mereka kepada kebendaan. Oleh kerana dalam urusan duniawi, mereka lebih maju dari bangsa-bangsa lain, maka bangsa lain itu mengikuti mereka secara membuta-tuli, kerana terpikat oleh keuntungan-keuntungan duniawi yang dijamin oleh mereka.

Jadi, bangsa-bangsa Kristian menyesatkan bangsa-bangsa lain di dunia, bukan sahaja dengan pengertian yang salah tentang Putra Allah dan Penebusan dosa, melainkan pula dengan cita-cita mengejar-ngejar kebendaan secara membuta-tuli, dengan mengabaikan sama sekali nilai-nilai hidup yang lebih tinggi. Oleh kerana itu, dalam Hadis, mereka diberi nama Dajjal, atau penipu ulung.


5. YA'JUJ WA-MA'JUJ MENURUT KITAB BIBLE

Dalam kitab Bible, Ya'juj wa-Ma'juj dihuraikan dengan kata-kata yang amat jelas, sehingga tidak diragukan lagi siapa Ya'juj dan Ma'juj itu.
Dalam Kitab Yehezkiel 38:1-4, diterangkan sbg:

"Dan lagi datanglah firman Tuhan kepadaku, bunyinya: Hai anak Adam! Tujukkanlah mukamu kepada Juj dan tanah majuj, raja Rus, Masekh dan Tubal, dan bernubuatlah akan halnya. Katidakanlah: Demikianlah firman Tuhan Hua. Bahwasanya Aku membalas kepadamu kelak, hai Juj, raja Rus, masekh dan Tubal. Dan kubawa akan dikau berkeliling dan kububuh kait pada rahangmu ... "

Di sini Juj dihuraikan seterang-terangnya, dan Juj di sini adalah sama dengan Ya'juj dalam Al-Qur'an. Dia dikatakan sebagai raja Rusia, Moscow dan Tubal. Adapun Majuj (Ma'juj), hanya dikatakan "tanah Ma'juj".

Tiga nama yang disebutkan dalam kitab Bible ialah: Rus atau Rusia, Masekh atau Moscow, dan Tubal atau Tobolsk. Rusia adalah nama negara, sedangkan Omask dan Tubal adalah nama dua sungai di sebelah Utara pegunungan Kaukasus. Pada sungai Omask terletak kota Moscow, dan pada sungai Tubal terletak kota Tobolsk; dua-duanya merupakan kota Rusia yang termasyur. Mengingat terangnya gambaran ini, maka tidak diragukan lagi siapa Ya'juj itu.

Jadi terang sekali bahwa Juj ialah Russia, tempat kediaman bangsa Slavia. Adapun Ma'juj adalah negara itu juga. Jadi di satu pihak, Juj dikatakan sebagai raja Rusia, di lain pihak, ia digambarkan mendiami tanah Majuj. Rusia terletak di Eropah. Penduduk Eropah terdiri dari dua pokok suku-bangsa, yaitu Slavia dan Teutonia. Bangsa Teutonia meliputi bangsa British dan bangsa Jerman. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa Juj adalah nama bangsa-bangsa Eropah Timur (Slavia), sedangkan Majuj adalah nama bangsa-bangsa Eropah Barat, yaitu bangsa Teutonia.

Dan terang pula bahwa dua bangsa ini mula-mula sekali mendiami tanah yang sama. Boleh jadi, Juj dan Majuj adalah nama atau julukan nenek-moyang dua bangsa ini. Hal ini dibuktikan adanya kenyataan bahwa patung Ya'juj dan ma'juj itu sejak zaman dahulu sudah berdiri di depan Guildhall di London yang termasyur. Jika dua nama itu tidak ada hubungannya dengan nenek-moyang bangsa-bangsa ini, mengapa patung mereka itu dipasang di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat ?

Berdasarkan keterangan tersebut dalam kitab Bible ditambah dengan bukti sejarah yang dilengkapi dengan dua patung di London, sudah dapat dipastikan bahwa Ya'juj wa-Ma'juj bukanlah nama khayalan, melainkan nama dua suku bangsa yang mendiami Benua Eropah, dan yang seluruhnya menutupi dataran Eropah. Menilik tanda-tanda yang terang tentang identiti bangsa-bangsa itu, maka apa yang dihuraikan dalam Al-Qur'an bahwa Ya'juj wa-Ma'juj akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi, ini tidak dapat diErtikan lain selain bahwa bangsa-bangsa Eropah akan menguasai seluruh muka bumi.

Bahkan kalimat "kulli hadabin" yang Ertinya tiap-tiap tempat tinggi ini menunjukkan, bahwa mereka bukan sahaja unggul dalam bidang fisik, melainkan pula dalam bidang intelektual, sehingga bangsa-bangsa lain di dunia bukan sahaja diperbudak jasmaninya, melainkan pula rohaninya. Jadi, Al-Qur'an memberi gambaran yang nyata kepada kita tentang maharajalelanya kekuasaan politik dan kebudayaan Eropah di seluruh dunia, dan runtuhnya ummat Islam pada akhir zaman; kenyataan ini memang aneh, tetapi ini membuktikan seterang-terangnya akan kebenaran Islam.


6. DAJJAL MENURUT Al-HADIS

Ada beberapa masalah penting yang harus diingat sehubungan dengan gambaran Dajjal yang termuat dalam Al-Hadis. Yang pertama ialah bahwa ramalan Nabi Muhammad SAW tentang munculnya Dajjal itu didasarkan atas kasyaf (vision). Sebuah Hadis sahih dari Nawas bin Sam'an mengenai Dajjal, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidhi, terdapat kata-­kata sbg:

"Seakan-akan ia (Dajjal) mirip dengan "Abdul-'Uzza". Kata seakan-­akan ini terang sekali menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menggambarkan keadaan yang beliau lihat dalam vision (kasyaf); hal ini memberi keyakinan kepada kita bahwa ramalan Baginda mengenai Dajjal itu berasal dari kasyaf atau ru'yah. Tetapi pada waktu menceritakan ramalan-ramalan itu, biasanya tidak diterangkan bahwa kenyataan itu dilihat dalam kasyaf atau ru'yah.

Apa-apa yang dilihat dalam ru'yah (kasyaf) itu biasanya harus ditafsirkan. Al-Qur'an sendiri menceritakan beberapa impian, yang Ertinya berlainan sekali dengan Erti kalimatnya. Misalnya, dalam mimpi Nabi Yusuf melihat matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud ke­pada beliau. Tetapi Erti impian ini yang sesungguhnya ialah bahwa Allah akan menaikkan derajat dan kedudukan beliau.

Selanjutnya dalam mimpi Raja melihat tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi gemuk. Adapun Ertinya ialah simpanan gandum selama tujuh tahun musim baik akan habis dimakan dalam tujuh tahun musim kering.

Dalam Hadis juga diriwayatkan impian Nabi Muhammad yang Ertinya berlainan sekali dengan kejadian yang dilihat dalam mimpi. Misalnya, dua gelang yang beliau lihat dalam mimpi, Ertinya, dua nabi palsu; tangan panjang Ertinya dermawan. Selain itu, pada umumnya orang mengakui bahwa ramalan-ramalan itu dibungkus dengan kalam ibarat.

Oleh kerana itu, apa yang nombor satu harus diingat sehubungan dengan ramalan-ramalan tentang Dajjal, ialah bahwa ramalan itu penuh dengan kalam ibarat. Selanjutnya, kerana ramalan itu tidak berhubungan dengan Hukum Syari'at, maka akan mengalami dua macam kesukaran.

Pertama, orang-orang yang menceritakan ramalan itu kurang begitu hati-hati terhadap penyimpanan sabda yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai masalah ini, seperti hati-hati mereka terhadap penyimpanan sabda beliau mengenai Hukum Syari'at.

Kedua, oleh kerana tidak ada alat untuk mengetahui Erti yang sebenarnya dari ramalan itu, sebelum ini menjadi kenyataan, maka tidak jarang terjadi bahwa ucapan Nabi Muhammad SAW itu keliru ditangkapnya, sehingga kesan yang keliru ini mengakibatkan adanya penambahan dan perubahan dalam Hadis itu.

7. MENURUT AL-QUR'AN DAN AL-HADIS, KEMENANGAN GEREJA ITU SAMA DENGAN FITNAHNYA DAJJAL

Sebagaimana kami terangkan di muka, Al-Qur'an tidak menyebutkan nama Dajjal secara khusus. Tetapi dalam Hadis sahih diterangkan bahwa barang siapa membaca surat al-Kahfi, ia akan diselamatkan dari fitnahnya Dajjal, padahal surat ini khusus membahas agama Nasrani dan ajarannya yang palsu. Terutama sekali sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat ini, khusus dibahas kepercayaan dan kegiatan bangsa-bangsa Kristian. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa rnenurut Al-Qur'an, f'itnahnya Dajjal itu hanya sebutan lain sahaja bagi kemenangan agama Nasrani. Dengan perkataan lain, apa yang digambarkan dalam Hadis sebagai fitnahnya Dajjal itu tiada lain hanyalah kemenangan agama Nasrani.

Dengan suara bulat semua kitab Hadis mengumumkan bahwa fitnahnya Dajjal adalah fitnah yang paling besar, sampai-sampai kaum Muslimin diajarkan agar pada tiap-tiap sholat berdo'a kepada Allah untuk diselamatkan dari fitnahnya Dajjal: "Ya Allah, aku mohon perlindungan Dikau dari fitnahnya Masih ad-Dajjal". Selanjutnya diterangkan pula dalam Hadis bahwa setiap Nabi memperingatkan ummatnya terhadap fitnahnya Dajjal. Dalam Hadis dinyatakan seterang-­terangnya sbg:

"Tidak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal, sejak terciptanya Adam hingga Hari Kiamat".

Semua kitab Hadis sama pendapatnya tentang hal ini, dan peringatan ini diulang berkali-kali dalam berbagai bentuk kalimat. Oleh kerana itu timbullah pertanyaan, mengapa Al-Qur'an tidak membicarakan peristiwa yang digambarkan dengan tegas oleh Nabi Muhammad SAW sebagai fitnah yang paling besar?

Sebelum kami menjawab pertanyaan ini, baiklah kami periksa lebih dahulu sifat dua macam fitnah yang kaum Muslimin diperingatkan akan terjadi pada akhir zaman. Pertama tentang fitnahnya Ya'juj wa-­Ma'juj, ini diuraikan seterang-terangnya, baik dalam Al-Qur'an maupun dalam Hadis; akan tetapi Al-Qur-an tidak menerangkan tentang Dajjal, melainkan sebagai penggantinya, Al-Qur'an hanya menerangkan fitnah besar berupa ajaran Kristian tentang Ketuhanan nabi 'Isa. Dengan kata-­kata yang tegas, Al-Qur'an mencela ajaran ini sebagai fitnah yang paling besar bagi manusia:

"Langit hampir-hampir pecah dan bumi membelah dan gunung-­gunung runtuh berkeping-keping, kerana mereka mengakukan seorang putra kepada Tuhan Yang Maha-pemurah" (19:90-91)

Selanjutnya Al-Qur'an menerangkan, bahwa ajaran semacam itu tidak pernah diajarkan oleh nabi 'Isa. bahkan sebenarnya, ajaran itu bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh nabi 'Isa.

"Tatkala Allah berfirman: Wahai 'Isa anak Maryam, apakah engkau berkata kepada manusia ambillah aku dan ibuku sebagai Tuhan selain Allah ? la ('Isa) berkata: Maha suci Engkau, tidak pantas bagiku mengatidakan sesuatu yang aku tidak berhak mengatidakan itu… Aku tidak berkata kepada mereka selain apa yang Engkau perintahkan kepadaku, yakni mengabdilah kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu" (5:116-117).

Jadi menurut Al-Qur'an, ajaran tentang Ketuhanan nabi 'Isa tidak diajarkan oleh beliau, melainkan diajarkan oleh Anti-christ atau Dajjal. Walaupun Al-Qur'an tidak menyebut-nyebut nama Dajjal, namun Al-Qur'an membicarakan ajaran Dajjal yang sesat berupa ajaran Kristian tentang Putra Allah.

Jika kami memperhatikan Hadis yang bersangkutan, inipun membenarkan apa yang tersebut di atas. Dalam hubungan ini, hal yang mula-pertama menarik perhatian kami ialah, bahwa Hadis yang menerangkan turunnya al-Masih, hampir semuanya memikulkan satu tugas kepada beliau, yakni "mematahkan kayu palang" (yaksirus-saliba).

Jarang sekali Hadis yang menerangkan, bahwa beliau ditugaskan untuk membunuh Dajjal. Hal ini memang aneh jika diingat bahwa menurut Hadis, fitnahnya Dajjal itu fitnah yang paling besar di dunia. Fitnah ini hanya akan disingkirkan oleh tangan Masih-Mau'ud. Akan tetapi pada waktu membicaraka turunnya al-Masih, Hadis hanya menerangkan bahwa tugas beliau yang paling besar ialah mematahkan kayu palang; ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa mematahkan kayu palang adalah sama Ertinya dengan membunuh Dajjal.

Sungguh mengesankan sekali bahwa manakala Hadis menerangkan fitnah zaman akhir, maka fitnah yang paling besar adalah fitnahnya Dajjal; tetapi manakala Hadis menerangkan obat yang dapat memberantas fitnah itu, maka hanya disebut patahnya kayu palang. Mengingat bahwa tugas utama Masih-Mau'ud ialah mematahkan kayu palang, maka teranglah bahwa fitnahnya Dajjal dan maharajalelanya agama Kristian adalah, dua sebutan belaka bagi satu idee yang sama.

8. MENGAPA DAJJAL DISEBUT AL-MASIH

Sebenarnya jika orang mau berfikir sejenak sahaja, pasti akan menemukan kebenaran, mengapa Dajjal disebut Masihid-Dajjal. Mengapa Dajjal disebut al-Masih? Kerana Dajjal selalu menunaikan tugasnya atas nama "al-Masih", yang julukan ini diberikan oleh Allah kepada nabi 'Isa berdasarkan wahyu-Nya. Diberikannya julukan al-Masih kepada Dajjal menunjukkan, bahwa Dajjal akan menunaikan pekerjaan atas nama orang suci ini, dan inilah sebenarnya yang menyebabkan dia disebut Dajjal atau penipu, kerana ia menggunakan nama "al-Masih", seorang Nabi dan hamba Allah yang tulus, tetapi ia berbuat sesuatu yang bertentangan sama sekali dengan ajaran beliau.

Al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa Allah itu Esa, dan tidak ada Tuhan selain Dia yang wajib disembah; tetapi Dajjal mengangkat nabi 'Isa itu sendiri sebagai Tuhan. Selanjutnya, al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa semua Nabi adalah hamba Allah yang tulus, tetapi Dajjal mengutuk semua Nabi yang suci sebagai orang berdosa. Mengapa demikian ? Kerana jika para Nabi Utusan Allah ini tidak dikutuk sebagai orang berdosa, maka tidak perlu timbul Putra Allah yang tidak berdosa, untuk menebusi dosa sekalian manusia.

Selanjutnya, al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa setiap orang akan mendapat ganjaran atau hukuman sesuai perbuatan yang ia lakukan, tetapi Dajjal yang berdalih al-Masih mengajarkan bahwa Putra Allah sudah cukup menebus dosa ummat Kristian. Al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa orang kaya tidak dapat masuk dalam kerajaan Surga, tetapi Dajjal yang mengaku-ngaku al-Masih mengajarkan supaya manusia menumpuk-numpuk kekayaan. Singkatnya, kitab-kitab Hadis menggunakan julukan "Al-Masihid Dajjal" hanyalah untuk menjelaskan, bahwa Dajjal adalah nama lain belaka bagi agama Kristian sekarang ini. Nama Al-Masih dan agama al-Masih hanyalah digunakan sebagai dalih untuk menutupi penipuan (dajal) yang ada di belakang itu.

9. HADIS TENTANG DAJJAL

Hadis tentang Dajjal adalah banyak sekali, dan diriwayatkan oleh sejumlah besar Sahabat Nabi, sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi tentang mutawatir-nya; walaupun masih perlu dipersoalkan tentang terpenuhinya ramalan itu secara terperinci. Hadis-Hadis itu termuat dalam kitab-kitab Hadis yang amat sahih, bahkan yang termuat dalam kitab Bukhari dan Muslim tidak sedikit jumlahnya.

Hadis tentang Dajjal yang termuat dalam Musnad Imam Ahmad bin Hambal berjumlah seratus, dan di antara yang meriwayatkan Hadis; terdapat sahabat kenamaan, seperti sayyidina Abubakar, 'Ali, Siti 'Aisyah, Sa'd bin Abi Waqqas; Abdullah bin Abbas, Abdullah bin 'Umar, Abdullah bin 'Amr, Abu Hurairah, Abu Said Khudri, Anas bin Malik, Jabir, Hisyam bin Amir, Samrah bin Jundab, Ubayya bin Ka'b, Safinah, Imran bin Husain, Nawas bin Sam'an, Ummu Syarik, Fatimah binti Qais, Ubadah bin Samit, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Asma' binti Yazid, dan Mughirah bin Syu'bah.

Masih banyak Sahabat lagi yang meriwayatkan Hadis tentang Dajjal. Para Sahabat ini semua sependapat bahwa Nabi Muhammad SAW berulang-­ulang menceritakan hal Dajjal, hingga tidak perlu diragukan lagi tentang adanya kenyataan bahwa sumber yang mengalirkan ramalan itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri.

10. APAKAH DAJJAL ITU ORANG ATAUKAH BANGSA ?

Memang benar bahwa kebanyakan Hadis menggambarkan seakan-­akan Dajjal itu orang yang bermata satu, yang di dahinya terdapat tulisan Arab yang terdiri dari huruf  kaf, fa' dan ra' (atau kafara, Ertinya kafir), dan yang membawa keledai, sungai dan api. Tetapi jika Hadis-­Hadis itu kita bandingkan dengan huraian Al-Qur'an, maka akan nampak dengan jelas, bahwa Dajjal bukanlah nama orang, melainkan suatu bangsa, atau lebih tepat lagi, segolongan bangsa.

Dengan tegas Al-Qur'an mempersamakan Dajjal dengan bangsa-bangsa Kristian, dan lagi, Al-Qur'an menyatakan bahwa Dajjal dan Ya'juj wa-Ma'juj bukanlah dua jenis makhluk yang berlainan, kerana fitnah yang ditimbulkan oleh mereka itu disebutkan bersama-sama.

Kami juga mempunyai bukti dari kitab Bible yang menerangkan, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj adalah bangsa-­bangsa Eropah. Dengan demikian teranglah bahwa Dajjal juga berErti bangsa. Sebagaimana telah kami terangkan di muka, fitnah Dajjal itu bersumber pada menangnya agama Kristian.

Ada sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang membuktikan bahwa Dajjal itu bukan orang melainkan bangsa, sebagaimana Roma dan Persi yang dihuraikan dalam Hadis itu bukanlah tempat melainkan bangsa. Hadis itu (mafhumnya) :

"Rasulullah SAW bersabda: Kamu akan bertempur dengan Jazirah Arab, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu, lalu kamu akan bertempur dengan Persi, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertampur dengan Rome, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertempur dengan Dajjal, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu".

Di sini pertempuran dengan Dajjal dihuraikan dengan kalimat yang sama seperti pertempuran dengan Arab, Persi dan Rome. Ini menunjukkan bahwa Dajjal adalah bangsa, seperti halnya Arab, Persi dan Rome. Boleh jadi yang diisyaratkan di sini ialah Perang Salib, tetapi mungkin pula mengisyaratkan peristiwa yang terjadi di dunia pada zaman sekarang. Namun satu hal sudah pasti, yakni bahwa menurut Hadis ini, Dajjal berErti bangsa atau segolongan bangsa; seperti halnya Persi atau Rome.

Tetapi masih sahaja perlu dijelaskan, mengapa dalam Hadis dijelaskan seakan-akan Dajjal itu orang. Sebagaimana telah kami terangkan, semua ramalan Nabi saw itu didasarkan pada ru'yah atau kasyaf (vision), dan dalam ru'yah atau kasyaf, suatu bangsa hanya digambarkan sebagai orang-perseorangan. Sebenarnya, bangsa itu dikenal dari ciri-cirinya; dan dalam ru'yah, ciri-ciri ini hanya dapat diperlihatkan dalam bentuk orang-­perseorangan. Bahkan dalam bahasa sehari-hari, bangsa itu diajak bicara bagaikan orang. Misalnya, Al-Qur'an mengajak bicara bangsa Israil, seakan-­akan bangsa Israil itu orang. Bacalah misalnya, ayat Al-Qur'an berikut ini:

"Wahai kaum Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kamu, dan bahwa Aku memuliakan kamu di atas sekalian bangsa" (2:47).

Kaum Bani Israil yang diperingatkan di sini ialah mereka yang hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW, tetapi peristiwa yang dimaksud ialah yang terjadi pada zaman nabi Musa, atau beberapa abad sesudah Baginda. Kenikmatan yang dihuraikan dalam ayat ini telah diberikan, ke­pada kaum Bani Israil zaman dahulu, tetapi ayat Al-Qur'an ini ditujukan kepada kaum Bani Israil zaman sekarang yang sedang dalam keadaan hina dan suram. Tetapi seluruh kaum Bani Israil ini dikatakan bagaikan satu orang.

Demikianlah seluruh bangsa Dajjal diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam ru'yah bagaikan satu orang, padahal Dajjal seperti yang digambarkan oleh Al-Qur'an menunjukkan bahwa Dajjal adalah segolongan bangsa yang ciri-ciri khasnya sudah dikenal.

11. GAMBARAN DAJJAL MENURUT AL-HADIS

Segala macam keistimewaan yang kami lihat pada peradaban Barat sekarang ini, semuanya cocok dengan ciri-ciri Dajjal yang dilihat oleh Nabi Muhammad SAW dalam ru'yah. Memang benar bahwa bangsa-bangsa ini mempunyai sedikit perbezaan satu sama lain, tetapi ada satu hal yang semuanya sama. Dan ciri yang sama inilah yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam memberi gambaran tentang Dajjal.

Kami hanya akan mengutip Hadis-Hadis yang menghuraikan ciri-ciri Dajjal. Marilah kita mulai dengan Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :

1. "Dan aku melihat orang yang berambut ikal pendek, yang mata-kanannya buta Aku bertanya: Siapakah ini? Lalu dijawab, bahwa ia adalah Masihid - Dajjal" (Bukhari 77:68,92)

2. "Awas! dia pecak (buta sebelah)… dan diantara dua matanya, tertulis 'Kafir'…" (Bukhari 93:27).

Dari gambaran tersebut dapatlah kami catat:
1.      Bahwa mengenai bentuknya, Dajjal digambarkan berbadan sasa.
2.      Bahwa roman-mukanya putih dan mengkilat.
3.      Bahwa rambut kepalanya pendek dan ikal.

Tiga gambaran ini cocok sekali dengan bentuk orang-orang Eropah pada umumnya. Mereka itu pada umumnya berbadan sasa; bertubuh baik dan kuat; rambutnya pendek dan ikal, sampai-sampai wanitanya ­pun memotong pendek rambutnya; kulit mereka putih dan mengkilat. Jadi, gambaran tentang ciri-ciri Dajjal tersebut, cocok sekali dengan perwujudan orang-orang Eropah.

Adapun dua ciri lainnya, yakni, bahwa mata kanan Dajjal buta, dan pada dahinya tertulis kaf, fa'dan ra' atau kaflr, ini menggambarkan keadaan rohani Dajjal yang sebenarnya. Sebagaimana telah kami terangkan, Dajjal menggambarkan suatu bangsa. Sebagai bangsa, tidak mungkin semuanya buta mata jasmaninya.

Selain itu, Dajjal yang digambarkan buta mata kanannya, mata-kiri Dajjal digambarkan bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Dengan perkataan lain, mata-kanan Dajjal digambarkan hilang cahayanya, tetapi mata-kirinya bersinar terang. Penjelasan yang diberikan oleh Imam Raghib tentang mata Dajjal yang buta sebelah kanannya, sungguh ilmiyah sekali. Pada waktu menjelaskan Erti kata al-Masih, beliau menerangkan bahwa kata masaha berErti menghapus sesuatu, lalu beliau menambahkan keterangan sbg:

"Diriwayatkan bahwa mata-kanan Dajjal hilang penglihatannya, sedangkan nabi 'Isa mata-kiri beliaulah yang hilang penglihatannya; dan ini berErti bahwa Dajjal tidak mempuyai sifat-sifat akhlak tinggi, seperti misalnya kearifan, kebijaksanaan dan rendah hati; sedangkan nabi 'Isa tidak mempunyai kejahilan, keserakahan, kerakusan dan sebagainya yang termasuk jenis akhlak yang rendah".

Jadi, gambaran Dajjal buta mata-kanannya janganlah ditafsirkan secara harfiyah, melainkan secara kalam ibarat, yakni harus diErtikan bahwa Dajjal tidak mempunyai akhlak yang baik.

Bahwa dua mata manusia itu, yang satu digunakan untuk melihat hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian dan agama, dan yang satu lagi digunakan untuk melihat hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan keduniaan. Oleh kerana hal-hal yang berhubungan dengan agama dan kerohanian itu lebih tinggi kedudukannya daripada hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan keduniaan, maka buta mata kanan Dajjal berErti bahwa Dajjal sedikit sekali perhatiannya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan agama atau kerohanian, dan ini cocok sekali dengan apa yang dialami oleh bangsa-bargsa Eropah sekarang ini.

Seluruh parhatian mereka ditujukan kepada hal-hal yang berhubungan dangan kebendaan dan keduniaan dan kemajuan mereka dalam bidang ini tidak ada bandingannya. Inilah yang dimaksud dengan apa yang dihuraikan dalam Hadis, bahwa mata-kiri Dajjal bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Ertinya, Dajjal mampu melihat segala macam barang-barang duniawi, yang bangsa-bangsa lain tidak mempunyai pengertian tentang itu. Tetapi mata rohani Dajjal tidak mempunyai penglihatan yang tajam, kerana semua kekuatan Dajjal dihabiskan guna kepentingan urusan duniawi. Kehebatan Dajjal yang tidak ada taranya dalam urusan duniawi mengakibatkan buta sebelah. Penjelasan ini sungguh mengagumkan dan cocok sekali dengan apa yang dikatakan oleh Al-Qur'an  tentang bangsa-bangsa Kristian:

"Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka amat pandai dalam membuat barang-barang" (18:104)

Hadis Nabi melukiskan hal ini dengan kalam ibarat, bahwa mata­ kiri Dajjal, yaitu, mata-duniawi bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Adapun keadaan rohani bangsa-bangsa Dajjal Allah berfirman sbb:

"Mereka adalah orang-orang yang mengkafiri ayat Tuhan, dan (mengakhiri) perjumpaan dengan Dia" (18 : 105).

Hadis Nabi menjelaskan hal ini dengan caranya sendiri, yaitu, bahwa mata-kanan Dajjal tidak mempunyai kekuatan untuk melihat ayat Tuhan.

Tanda Dajjal yang lain, yakni tulisan kafara atau kafir pada dahinya ini berkenaan pula dengan keadaan rohaninya. Jika orang berkata, bahwa pada dahi seseorang terdapat tulisan anu, ini sama Ertinya dengan mengatakan, bahwa anu itu adalah fakta senyata-nyatanya bagi dia. Maka dari itu, huraian Hadis bahwa pada dahi Dajjal terdapat tulisan kafir, ini hanyalah berErti bahwa kekafiran itu merupakan kenyataan yang senyata-nyatanya bagi dia.

Kata-kata Hadis itu sendiri sudah menerangkan; bahwa demikian itulah nyatanya. Pertama-tama, Hadis menerangkan bahwa tiap-tiap mukmin dapat membaca tulisan itu; jadi bukan tiap-tiap orang dapat membaca tulisan itu. Lalu ditambahkan kata penjelasan tentang orang mukmin itu, yakni, "baik ia buta huruf atau mengerti tulis menulis." Ertinya, tiap-tiap orang mukmin dapat memahami tulisan itu, baik ia mengerti tulis-menulis atau tidak.

Sudah terang, bahwa tulisan yang dapat dibaca oleh tiap-tiap orang mukmin, baik ia mengerti tulis-menulis atau buta huruf, tidak mungkin berwujud kata-kata atau huruf. Jika tulisan itu berwujud kata-kata atau huruf, nescaya tidak dipersoalkan lagi apakah pembacanya mukmin atau kafir, demikian pula tidak perlu dinyatakan bahwa orang mukmin dapat membaca tulisan itu sekalipun ia buta-huruf.

Kepandaian membaca tulisan, tidak ada sangkut pautnya dengan urusan iman. Setiap orang yang tidak buta huruf pasti dapat membaca tulisan, sedangkan orang buta huruf, sekalipun ia orang mukmin sejati, ia tetap tidak dapat membaca tulisan. Oleh kerana itu, tulisan yang dimaksud bukanlah tulisan biasa, melainkan menifestasinya perbuatan seseorang. Pernyataan bahwa tulisan itu hanya dapat dibaca oleh orang mukmin sahaja, ini berErti, bahwa orang kafir tidak pernah sadar akan kekafirannya, sehingga membutuhkan mata orang mukmin untuk membaca buruknya kekafiran mereka.

12. TEMPAT TINGGAL DAJJAL PADA ZAMAN NABI

Sebuah Hadis menerangkan, bahwa pada suatu hari sehabis salat berjama'ah, Nabi Muhammad SAW menahan para Sahabat dan berkata sbb : "Tamim Dari, seorang Kristian yang memeluk Islam, ia menceritakan kepadaku tentang Dajjal, yang cocok dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kamu". Lalu beliau menceritakan cerita Tamim Dari sbg :

"Pada suatu hari ia berlayar dengan beberapa orang dari kabilah Lakhm dan Judham. Setelah berlayar sebulan lamanya, mereka mendarat di sebuah pulau, dimana mereka berjumpa untuk pertama kali dengan seekor makhluk yang aneh, yang menamakan dirinya Jassassh (makna aslinya mata-mata). Jassasah memberitahukan kepada mereka tentang seorang laki-laki yang tinggal dalam Gereja. Kemudian mereka mengunjungi orang itu dalam Gereja, yang nampak seperti raksasa, yang tangannya diikat pada lehernya, dan kakinya diikat dengan rantai, dari lutut hingga mata-kaki. Mereka bercakap-cakap dengan orang ini, yang tiba-tiba ia bertanya kepada mereka tentang Nabi SAW, dan ia mengakhiri percakapannya dengan ucapan: 'Aku adalah Masihid ­Dajjal, dan aku berharap semoga aku segera dibebaskan, lalu aku dapat menjelajahi seluruh dunia, kecuali Makkah dan Madinah".

Satu hal yang sudah pasti ialah bahwa seluruh ceritera ini bukanlah kejadian biasa, melainkan sebuah vision (ru'yah). Adapun bukti bahwa kejadian itu terjadi dalam ru'yah ialah adanya kenyataan bahwa Dajjal bertanya kepada mereka sbg: "Ceriterakanlah kepadaku tentang Nabi bangsa Ummi (bangsa Arab), apakah yang ia kerjakan".

Pertanyaan mereka dijawab sbg: "Beliau meninggalkan Makkah dan sampai di Madinah". Dalam Hadis lain, Dajjal diriwayatkan bertanya sbg: "Orang ini yang muncul di antara kamu, apakah yang ia kerjakan?" (Kanzul­-Ummal jilid VII, hal 2024).
Bagaimana mungkin Dajjal tahu bahwa Nabi bangsa Arab telah muncul? Apakah Dajjal telah menerima wahyu? Sudah barang tentu tidak. Dan pula tidak mungkin bahwa ini adalah perkara tekaan.

Kejadian-kejadian lain yang diceriterakan dalam Hadis ini, semuanya menguatkan pendapat bahwa ini terjadi dalam ru'yah. Misalnya, siapakah yang mengikat tangan Dajjal pada lehernya? Siapakah yang mengikat kakinya dengan rantai? Bolehkah kami mengira bahwa Dajjal dilahirkan dalam keadaan demikian? Mengapa jassasah tidak melepas rantai Dajjal? Segala persoalan yang rumit ini hanya dapat dipecahkan apabila kami menganggap cerita ini berasal dari ru'yah Tamim Dari.

Segala sesuatu yang diketahui oleh Nabi saw yang berhubungan dengan masalah ini juga berlandaskan ru'yah. Allah tidak pernah membawa baginda ke sebuah pulau, dan menyuruh baginda melihat Dajjal dengan mata-kepala sendiri. Sebaliknya, hanya melalui ru'yah sahajalah, baginda melihat sifat-sifat Dajjal. Baginda menyajikan ru'yah Tamim Dari ini, sekadar untuk memperkuat apa yang diketahui oleh baginda dalam ru'yah sebagaimana baginda menceritakan juga impian para Sahabat lainnya. Hadis ini memberi petunjuk kepada kita, di mana tempat-tinggal Dajjal :

1. Ia bertinggal di sebuah pulau.
2. Letak pulau ini sejauh satu bulan pelayaran dari Syria.

Masih ada satu lagi yang orang dapat ketahui dari Hadis ini, yakni, bahwa pada zaman Nabi, Dajjal sudah ada, tetapi ia belum diizinkan keluar. Hal ini akan kami huraikan nanti dengan panjang-lebar.

Dua catatan tersebut di atas memberi petunjuk seterang-terangnya akan tempat-tinggal Dajjal. Sudah terang bahwa Eropah didiami pula oleh bangsa-bangsa lain, tetapi bangsa Inggris mempunyai kekuasaan dan kebesaran yang tidak pernah jatuh di tangan bangsa lain di benua itu. Itulah sebabnya mengapa benua Barat disebutkan secara khusus sebagai tempat-tinggal Dajjal.

13. AGAMA DAJJAL

Ada sebuah Hadis yang menerangkan bahwa kaum Yahudi akan menyertai Dajjal. Dari Hadis ini orang menyangka bahwa Dajjal akan memeluk agama Yahudi. Akan tetapi Al-Qur'an menerangkan seterang-­terangnya bahwa bangsa Dajjal mengakukan Allah mempunyai anak laki-laki. Oleh sebab itu tidak ragu-ragu lagi bahwa bangsa Dajjal adalah bangsa Nasrani.

Kelak akan kami terangkan apakah yang dimaksud kaum Yahudi menyertai Dajjal. Bahkan kaum Yahudi akan menyertai Dajjal tidaklah berErti bahwa Dajjal adalah kaum Yahudi. Kerana jika berErti demikian, bagaimanakah Erti Hadis lain yang menerangkan bahwa sebagian ummat Nabi Muhammad akan mengikuti Dajjal dan menjadi korban tipu-muslihatnya. Adapun Hadis itu berbunyi sbg :

"Tujuh puluh ribu ummatku akan mengikuti Dajjal" (Misykat, ha1.477)

Sebagaimana telah kami terangkan, julukan Masihid-Dajjal itu menunjukkan, bahwa bangsa Dajjal akan mengaku sebagai pengikut Masih-'Isa. Hal ini diterangkan sejelas-jelasnya dalam Hadis Tamim Dari tersebut di atas. Isyarat supaya mengunjungi orang yang berada di dalam Gereja itu seperti yang diterangkan dalam Hadis Tamim Dari, adalah penting sekali Ertinya.

Sudah terang bahwa Gereja adalah simbol agama Nasrani, dan raksasa yang menyimbulkan ummat yang terdapat dalam Gereja itu tiada lain ialah ummat Nasrani. Adapun Jassasah (mata-mata Dajjal) hanya mempunyai satu tugas, yaitu, menganjurkan supaya orang-orang pergi ke Gereja, Ertinya, supaya menjadi orang Kristian. Berikut ini adalah ucapan Jassasah yang sebenarnya: "Gereja yang kamu lihat itu, masuklah ke dalam".

bersambung........

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...